Pusat permainan arkade merupakan pemberhentian pertama.
Sejak turun dari kendaraan kemudian terpancang di depan pintu masuk, Soobin hanya dapat mengantongi garis alis Riho yang naik sekilas berupa reaksi. Jangankan konversasi, niat membilas keingintahuan saja agaknya nihil. Sejauh ini, gadis itu hanya mengandalkan kebisuan. Membikin Soobin harus mematut-matut sendiri apa-apa saja yang bergentayangan di dalam tempurung kepala Riho sehingga mentransparankan retorika.
Keadaan ini sama seperti yang lalu-lalun. Hanya saja, jika biasanya untuk mengintip isi kepala Riho, Soobin acapkali menyertakan urat leher dan tak luput meninggalkan gores menyakitkan, baik verbal maupun non-verbal. Maka kini, Soobin hanya menghela sekilas arkian mematri senyum samar. Sebab, untuk mendapatkan kesempatan berdamai ini, Soobin telah mengeluarkan bayaran besar, yang barangkali mustahil terjadi lagi mengingat mungkin saja ia dan Riho bakal memiliki jalur bersimpangan.
Jadi, meniadakan luka adalah yang terbaik. Lagi pula, Soobin sudah kelewat lelah untuk menyesal, dan juga bersalah.><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...