"Mendalangi perisakan terhadap seorang gadis. Siapa, siapa yang mengajarkanmu menjadi bajingan seperti ini, Choi Soobin? Siapa, hah?! Astaga, apa ada kesalahan yang kami sisipkan saat mendidikmu? Ayah benar-benar kecewa padamu, Soobin!"
Itu adalah penggalan berasal dari birai Ayah Soobin. Dilihat betapa merahnya integral wajah, Ayah seakan gunung yang hendak meletus atau memang telah meletus. Amarah jelas menempati otoritas emosi teratas.
"Tidak, Ayah! Soobin sama sekali tidak bersalah, begitupun teman-teman yang lain. Ini salahku sendiri, karena terlalu murung. Padahal teman-teman sudah mengajakku ikut bersenang-senang, tapi aku menolaknya dan lebih memilih tenggelam dalam kenanganku bersama ibuku."
Itu adalah perpotongan kalimat dari bibir Riho. Gadis itu menempatkan diri di lini, berusaha meyakinkan, menyelamatkan serta memberi ketenangan kepada dua keturunan Choi di sisinya, kendati profilnya sendiri pun sudah awut-awutan.
"Sudah selesai?"
Dan itu serangkai kalimat kelewat singkat Soobin yang didahului helaan malas. Tidak ada yang menyangka jika jauh dalam sana, Soobin sedang bergelut sengit dengan segala emosi yang tiba-tiba berkomplotan menyerangnya.
"Baiklah, untuk membayar kekecewaan Ayah, maka aku akan pergi dari rumah ini sebagai bentuk tanggung jawab." Soobin mengambil tas yang tergeletak di atas sofa. Sebelum berderap menghilangkan presensi, sambil mengabaikan panggilan frustrasi Ayah dan Riho, Soobin berujar, "Tolong jangan cari aku, apalagi memintaku kembali."><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...