"Soobin!"
"Apa, hah?! Pulang? Sudah ratusan kali kukatakan, aku tidak akan pulang!" seru Soobin seraya menyentak tangan Riho yang menyekik pergelangan tangannya penuh amarah. Ketika dipaksa melakukan apa yang tidak diinginkan, siapa yang tidak diliputi emosi durjana. Ditambah aksi menyebalkan semacam menggelayuti tangan bersama mata memerah seolah hendak meledak menjadi rinai.
Memuakkan.
"Kumohon pulanglah! Paman Choi membutuhkanmu, Soobin!"
"Seperti mengambil tempat Kak Yeonjun, kau dapat mengisi keinginan itu dengan mudah, Tomioka! Aku memberimu izin seluas-luasnya untuk menjadi Soobin kedua. Bukankah itu menguntungkan? Mana tahu nanti kau bisa menjadi satu-satunya anak Ayah." Kelancaran semburan Soobin didukung fragmentasi betapa Ayah menyukai Riho, seberapa besar ketertarikan kakek dan neneknya terhadap Riho, yang tercampur aduk dengan keberangan Soobin karena gadis itu begitu tidak becus mengimbangi afeksi yang ia kantongi.
"Maaf jika kau merasa begitu, tapi aku benar-benar tidak bermaksud mengambil tempat siapa pun, tidak bermaksud menjadi duri di antara keluarga kalian. Meskipun Paman begitu baik kepadaku, tetap saja kaulah satu-satunya anak Paman, Soobin. Hanya Soobin, bukan Riho." Bersama lelehan liquid membelah pipi, nyatanya Riho dapat berujar sebanyak itu. Napas gadis itu semakin tersendat tatkala menyelesaikan kalimat, "Maka dari itu, pulang, Soobin! Ayo kembali! Paman sangat membutuhanmu! Ayahmu membutuhkanmu! Paman sakit, dia ... sekarat!"><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...