Soobin tidak akan berdistorsi, jika sesuatu di dalam dadanya mendadak mencelos ketika ia memanggil nama gadis itu, atau saat jelaga itu menabrak lelehan cokelatnya. Seperti jutaan jarum memang sengaja ditembakan untuknya. Padahal Soobin yang paling tahu kalau terbiasa acapkali menjadi perihal yang paling menyakitkan, tetapi masih berpikiran ia mampu mengatasi anomali itu karena telah demikian.
Hasilnya, tentu tidak sebanding. Ia tetap kesakitan, atas dirinya sendiri.
Mengabaikan semua pendaran desas-desus dadakan akibatnya ulahnya menebar topik yang senantiasa disembunyikan, Soobin lebih tergugah menjulurkan tangan guna menggapai gadis di hadapan ini. Sekadar merapikan surai atau mengusap pelan bercak merah muda yang terlanjur pudar di tulang pipi. Akan tetapi, urung karena Riho yang sekonyong-konyong menutup mata lalu sedikit membuang wajah meringisnya ke sisi kiri.
Apa gadis ini mengira Soobin akan menambah jejak kerusakan padanya, lagi?
Soobin menarik tangan, menjatuhkannya begitu saja dengan gestur mengepal erat. Wajah kembali mengeras bersama sirat luka yang tahu-tahu sudah merangsek sempurna. Terluka atas perbuatannya sendiri, dan inilah bayarannya. Soobin mengatup galaksi kembar sebelum gurat tersebut makin gamblang tergambar, menghela napas sejemang, memebaskan kembali penglihat guna saksikan Riho yang ikut menaikkan kelopak. Soobin berkata, "Luangkan waktu penuhmu hari ini untukku."><
KAMU SEDANG MEMBACA
Annasach: Bluera
Fanfiction[COMPLETED] "Untuk satu hari saja, ayo berdamai." Terhadap status dan hubungan mereka yang carut-marut, terhadap semesta, terhadap semua yang membikin mereka jatuh kemudian bangkit dengan tertatih, bersama rahasia yang bersembunyi, Choi Soobin dan T...