BAB 9
Bahagia***
"Banyakin yang rasa coklat ya, Pak."
Lala sedikit melongok kini, melihat cup es krim miliknya mulai dipenuhi lelehan beku yang mengepulkan asap dingin. Membuat gadis itu tanpa sadar menggumamkan kata woah dengan mata membinar.
"Mau ditambah krim susu, Neng?" tawar sang penjual yang sepertinya bangga es krim dagangannya mendapati reaksi takjub dari Lala.
Bapak-bapak itu tidak tahu saja kalau Lala memang selalu takjub dan reaktif pada hal-hal kecil, terutama yang menyangkut makanan dengan cita rasa manis.
Lala langsung mengangguk semangat. "Boleh. Yang banyak ya, Pak," cengirnya kemudian.
"Siap, Neng." Bapak penjual itu segera melumuri satu cup es krim hasil karyanya tadi dengan tiga sendok krim susu.
Membuat Lala refleks menelan teguk, tak sabar menyantap es krim istimewa pesanannya itu.
Lalu setelah menyodorkan uang sepuluh ribuan dan mengucapkan terima kasih, Lala pamit undur diri.
Kembali melanjutkan langkah untuk pulang ke rumahnya.
Sekarang sudah hampir gelap. Lala tadinya ingin pesan ojek online agar bisa segera sampai di rumah, tapi gadis itu akhirnya mengurungkan niat.
Lala lebih memilih untuk pulang jalan kaki sendirian. Selain karena jarak sekolah dengan komplek rumahnya tak begitu jauh, gadis itu sebenarnya juga ingin melamun.
Merutuki nasibnya yang harus terus berpura-pura. Pura-pura baik-baik saja melihat Julian bersama Alda. Pura-pura bahagia mendengar curhatan Julian tentang kemajuan hubungannya. Bahkan pura-pura merelakan Julian padahal sejujurnya ingin menahan setengah mati.
Tapi tiba-tiba saja, di tengah kalut dan kemelut perasaannya, raut murung Lala berubah semringah ketika melihat gerobak penjual es krim di pinggir jalan.
Iya, memang semudah itu bagi Lala untuk melupakan masalahnya.
Karena baginya, selama ada makanan manis, Lala tak akan pernah merasa sedih.
"Makan di sini dulu deh," kata gadis itu sambil duduk pada salah satu kursi yang berjajar di trotoar bawah pohon rindang.
Lala memasukkan satu sendok es krim ke dalam mulut, lalu mulai mengecapnya dengan kaki bergerak ceria ke depan dan ke belakang.
Siapa itu Julian dan Alda?
Yang Lala tahu hanya es krim coklat dengan lumuran krim susu tiga sendok.
Gadis itu berdendang kecil dengan suasana hati yang membaik. Sembari menikmati satu cup es krimnya, Lala mengamati suasana sore di area yang memang terkenal sepi itu.
Selain penjual es krim yang menghentikan gerobaknya tak jauh dari jalan utama, beberapa orang juga nampak berlalu-lalang.
Lala mulai memindai dan dengan iseng mengabsen dalam hati.
Ada seorang anak dengan seragam SMP yang sedang mengayuh sepeda, sepertinya baru pulang sekolah.
Melihatnya, Lala tiba-tiba ingin berolahraga. Gadis itu juga sudah lama tidak bersepeda. Mungkin hari Minggu besok, Lala akan mengajak Julian main sepeda saja daripada lari pagi seperti biasa.
Tapi dengan syarat. Sebelum itu, Julian harus membelikan Lala dua kotak madu dan es krim paling mahal di Indomaret depan komplek.
Lala manggut-manggut, menyetujui idenya sendiri. Sembari mengecap sendok es krim kelimanya, gadis itu kembali mengedarkan pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Teen FictionLala terjebak friendzone dengan Julian, sahabat sekaligus tetangga rumahnya. Lala yang tidak seberani itu untuk mengungkapkan, malah sering menjadi perantara untuk Julian berkenalan dengan teman-temannya yang menyimpan rasa pada cowok itu. Kemudian...