BAB 3

233 27 11
                                    

BAB 3
Kenalan Resmi

***

Sekarang adalah hari Minggu.

Seharusnya sejak pagi sebelum matahari terbit tadi, Lala sudah pergi bersama Julian lari keliling komplek.

Lalu lanjut mampir di tukang bubur yang sering mengkal di dekat lapangan voli, mengobrol di sana sampai siang menjelang. Atau kalau sedang tidak ingin bubur, mereka akan duduk-duduk di mekdi sambil membicarakan apa saja yang lewat di depan mata.

Mulai dari tukang loper koran yang memakai baju kebesaran, sampai kucing liar di komplek mereka yang katanya sedang hamil besar.

Sederhana memang, tapi rutinitas minggu pagi mereka tak pernah absen dilakukan.

Kecuali pagi ini.

Kini, di hari Minggu pagi, alih-alih nongkrong di tukang bubur atau mekdi, keduanya justru ada di kamar Julian. Sedang dalam persiapan bertemu seseorang nanti jam sepuluh.

Sebenarnya hanya Julian yang heboh. Sedangkan Lala duduk-duduk di kasur empuk cowok itu sambil menonton youtube bersama Ina, adik perempuan Julian, yang juga tak acuh dengan apapun yang dilakukan oleh kakaknya.

Meski nyatanya, sekeras apapun berpura-pura, Lala tetap tak sepenuhnya fokus menonton.

Gadis itu menatap jengah, lama-lama gemas juga melihat Julian berdiri di depan kaca sambil bicara sendiri mencocokkan baju dengan celana yang akan ia pakai.

"Yan, gue ingetin ya. Lo itu mau nonton film, bukannya ke acara nikahan orang. Ngapain pakai jas sih, ege?!" komentar Lala ketika Julian mengeluarkan setelan jas dari dalam lemari pakaiannya.

Julian menatap pantulan wajah Lala dari kaca, lalu menyengir tanpa dosa. "Habisnya gue bingung, La. Nggak ada yang cocok," katanya sambil melempar setelan jasnya ke sembarang arah.

Lala mendengkus, hampir saja menyahut dengan omelan ketika getaran di ponselnya mengurungkan niatnya.

Gadis itu merapatkan bibir, membaca melalui pop up pesan beruntun dari kontak dengan nama Alda yang heboh menanyakan pakaian apa yang cocok ia gunakan hari ini.

Duh.

Lala mendadak pusing sendiri. Menyesal karena kemarin setuju untuk mempertemukan Julian dengan si gadis pujaan yang diam-diam juga memujanya, Adenna Alda Hera.

Lala tersentak, langsung membalikkan ponsel ketika Julian tiba-tiba menghempaskan tubuh tepat di sampingnya.

"Gue deg-degan, La." Julian menatapi langit-langit kamar. "Malu banget nanti mau ketemu doi."

Lala melengos, berusaha meneguhkan ego seolah tak terpengaruh. Padahal batinnya sudah meresah tak keruan.

"Lebay lo. He, lo itu mau ketemu manusia, bukan malaikat pencabut nyawa. Ngapain pakai deg-degan segala sih?! Terus apa lo bilang? Malu? Cih, biasnya juga bikin malu," omel gadis mungil itu sambil merebahkan kepala ke bahu Ina yang masih diam di sebelahnya.

Julian mencebik, lalu memiringkan tubuh kini menghadap Lala yang duduk merapat pada Ina.

"La," panggil cowok itu sambil menggigiti bibir. "Temenin."

Lala melotot, segera menoleh dengan tatapan tak percaya. "Terus maksudnya gue suruh ngintilin lo berdua pacaran gitu? Ogah! Mending gue tidur di rumah," tolaknya tanpa berpikir lebih panjang.

Julian beranjak duduk, lalu mengguncangkan lengan Lala membuat si pemilik melirik sebal. "Tapi nanti aneh banget kalau nggak ada lo. Kan lo bisa pancing-pancing obrolan gitu. Gue takut gagap, La."

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang