BAB 10
Kucing***
Lapangan dekat sebuah pusat perbelanjaan itu terlihat lebih ramai daripada biasanya. Ada banyak motor yang terparkir berjajar di sepanjang jalan, dengan beberapa orang yang sibuk berlalu-lalang.
Lala beranjak turun dari motor Adam setelah cowok itu menghentikan motor di salah satu bahu jalan.
Sembari melepas pelindung kepalanya, Lala sejenak mengamati suasana ramai di sekitar. Hal yang membuat kening gadis itu berkerut heran.
"Kok ramai banget?" tanya Lala kepada Adam yang kini berdiri di sebelahnya. "Ada acara apaan?"
Adam mengangkat sebelah alis. "Oh itu. Kayaknya lagi ada cosplay upin-ipin tanding sama ultraman gaia," sahutnya asal saja, sedikit kesal karena Lala memang terus bertanya seolah tak sepenuhnya percaya pada Adam.
Lala makin mengernyit, merasa ada yang salah dengan kalimat Adam.
"Bukannya Upin-Ipin temennya Ultraman?"
Adam menoleh cepat dengan mata membulat terkejut. "Emang temenan?" tanyanya kembali menanggapi.
Lala mengangguk yakin. "Itu loh, yang waktu mereka punya jam yang buat masuk ke dunia ultraman. Eh, apa deh namanya?"
Adam menggaruk belakang telinga. Kenapa jadi ngomongin ultraman? "Apaan sih, La. Bocah banget masih nonton kartun," cibirnya kemudian.
Membuat Lala langsung melotot tidak terima. "Yang selalu ngomongin Spongebob, Naruto, atau Teletubies itu siapa ya?" sahutnya sambil mendesis sinis.
Adam menyengir saja.
Sementara Lala jadi mendengkus jengah. "Ngapain sih ke sini? Kalau nggak penting mending pulang. Gue masih harus ngehafalin dialog."
Adam melebarkan mata, lalu dengan jahil menyikut pelan lengan kecil Lala. "Cie yang mau jadi pemeran utama," godanya yang hanya dibalas lirikan sebal oleh Lala.
Lala melengos saja, berusaha menyembunyikan senyum. "Apaan sih. Kan baru seleksi besok, ege. Emangnya lo dukun?" sahutnya kemudian.
Adam tertawa ringan. "Iya. Tapi bentar lagi jadi pemeran utama, kan?" tanyanya yang langsung dibalas dengusan geli oleh Lala.
"Semoga."
Lala menunduk, diam-diam tersenyum senang mendengar dukungan Adam. Berikutnya, ia sedikit melirik ke arah Adam yang sedang mengedarkan pandang sambil berjinjit kecil mengamati suasana di sekitarnya.
"Kayaknya masuk lewat sana deh, La." Adam menunjuk kecil ke salah satu sudut. "Yuk?"
Lala ikut melihat ke arah yang ditunjuk Adam. Tapi belum sempat menjawab, tangan Lala sudah terlebih dahulu digenggam oleh Adam.
Lalu, tanpa menjelaskan lebih lanjut, seolah bukan apa-apa, Adam menarik pelan tubuh Lala melewati kerumunan orang.
Lala menelan teguk, diam-diam merasa berdesir ketika melihat tangan lebar Adam yang kini bersinggungan langsung dengan tangannya. Tak hanya bersinggungan, bahkan kelima jari Adam menyusup di sela-sela jarinya.
Menggenggamnya dengan erat. Menyalurkan kehangatan yang sekaligus terasa tidak nyaman. Karena selain Julian dan sang ayah, belum ada satupun laki-laki yang melakukan kontak fisik seperti ini pada Lala.
Adam adalah yang pertama.
Tapi anehnya, gadis itu sama sekali tak mengelak atau marah-marah dengan mata melebar khasnya.
Lala justru diam. Mengamati punggung tegap Adam yang masih berbalut kemeja seragam, kini memimpin langkah di depannya.
Gadis itu lalu menunduk, melihat dirinya juga masih mengenakan seragam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Teen FictionLala terjebak friendzone dengan Julian, sahabat sekaligus tetangga rumahnya. Lala yang tidak seberani itu untuk mengungkapkan, malah sering menjadi perantara untuk Julian berkenalan dengan teman-temannya yang menyimpan rasa pada cowok itu. Kemudian...