BAB 19

112 20 25
                                    

BAB 19
Date Pertama

***

Lala menarik napas. Dengan ragu mengoleskan lip tint warna merah muda di permukaan bibirnya. Gadis bertubuh mungil itu mundur dua langkah, agak merona menatap pantulan dirinya di depan cermin kamar.

Pagi ini, Lala terlihat manis dengan dress sepanjang lutut berwarna mocca cerah. Rambut panjangnya yang biasa terurai, kini nampak diikat rapi ke belakang. Membuat pipi bulatnya makin terlihat menggemaskan.

Lala juga dengan sengaja membubuhkan make up tipis yang biasanya hanya ia pakai untuk persiapan pertunjukan theater atau untuk hari-hari khusus. Tapi sepertinya, hari ini pun terasa cukup penting bagi Delia Anjani.

Lala berdeham, sedikit melirik melihat Ina yang sejak tadi diam di pojok kamarnya. Berlagak sibuk bermain ponsel dan tak tahu menahu akan kehebohan Lala yang terus menyemprotkan parfume sampai aromanya mengudara di sepenjuru ruangan.

"Ngapain sih, Na?" tanya Lala sambil duduk di atas ranjangnya, sekali lagi merapikan poni yang sebenarnya sudah kelewat rapi.

Ina mengembuskan napas. "Stalking cowok," balasnya yang langsung disambut dengusan geli oleh Lala.

"Dih, emang boleh sama Ian?" sahut Lala agak mengancam. "Eh, Na. Lihat deh. Ini bedak aku nggak ketebelan kan, ya?"

Ina mendecak, akhirnya mengalah menatap Lala dengan pandangan jengah karena tak tahan mendengar namanya terus dipanggil. "Iya, nggak ketebelan. Udah kok. Udah cantik," katanya kemudian, setengah terpaksa.

Lala menyengir semringah. Berikutnya jadi memeriksa layar ponsel yang menyala menampilkan notifikasi pesan baru dari nomor Adam.

Cowok itu akan segera sampai.

Lala tersenyum. Gadis itu bangkit berdiri, meraih tas selempang kecil yang telah ia siapkan, lalu sekali lagi berdiri di depan cermin sambil menepuk-nepuk ujung roknya.

"Mau ke mana sih, Mbak?" Ina mendelik kecil, tak bisa lagi menyembunyikan rasa penasaran. "Mau pacaran, ya?"

Lala agak terbatuk, tapi hanya mengibaskan tangan dan tertawa sekilas. "Kepo deh, Na."

Ina mencibir, sejenak berpikir merangkai kata. "Mas Ian tuh," mulainya yang membuat Lala menoleh. "Daritadi uring-uringan lihat Mbak Lala mau pergi. Makanya aku ngungsi ke sini, takut dimakan."

Lala terkesiap. Tadi pagi, Julian memang sempat datang ke rumahnya dan mengajak Lala pergi menghabiskan waktu di hari libur ini. Tapi Lala menjawab tidak bisa, sudah ada rencana lain.

Karena sejak semalam, Adam sudah terlebih dahulu membuat janji dengan Lala. Katanya, kencan pertama.

Lala berdecih saja. Kencan pertama dari Hongkong? Tapi toh akhirnya, gadis itu lebih memilih Adam daripada Julian.

Setidaknya untuk situasi ini.

"Mbak?"

Lala tersentak, sadar dari lamunannya setelah dipanggil oleh Ina. "Eh, iya. Kenapa?" sahutnya agak menunduk untuk menatap Ina yang duduk lesehan di bawah.

Ina mengernyit, lalu menunjuk kecil. "Hapenya bunyi daritadi."

Lala mengerjap. Ia agak tergagap melihat nama Adam muncul di layar. Gadis mungil itu berdeham, merasa gugup tanpa sebab ketika ibu jarinya bergerak menggeser tombol hijau.

"Halo?"

"Keluar dong, La." Adam segera menyahut setelah suara Lala terdengar menggantikan nada sambung. "Pangeran dateng nih. Keburu kuda putihnya lari."

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang