BAB 4
Double Date***
Adam mengusap punggung lehernya, berdiri canggung di antara tiga orang yang saling tatap dengan bingung. Atau lebih tepatnya, dua orang gadis yang memandang ke satu arah.
Pada Julian Abi yang hanya menyengir garing seolah tak terjadi apa-apa. "Nah, La. Kenalin. Ini namanya Adam," katanya sambil menunjuk Adam yang makin tersentak karena tiba-tiba dilibatkan. "Eh, kalian udah ketemu kan kemarin?"
Lala mengangguk canggung. Masih terbayang dengan jelas kejadian aneh di ruang kesehatan. Hal yang membuatnya mendelik tajam ke arah Julian sambil mengulurkan tangan pada Adam.
"Lala," kata gadis itu menyebutkan namanya.
Adam langsung menyambut uluran tangan itu. "Adam, tapi bukan Adamnya Hawa, apalagi Adam Levine. Cowok tulen, dan gue masih jomblo kok."
Lala tertawa kering, sementara Julian hanya melengos lelah.
Meski cowok itu jadi tersentak, lalu menoleh ke arah Alda yang mengatupkan bibir dengan raut datar di sebelahnya. "Eh iya. Dam, ini Alda. Temennya Lala," katanya memperkenalkan.
Adam mengangkat alis, lalu tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Adam. Temennya Julian."
Alda menjabat tangan Adam, balik tersenyum meski dengan kaku dan canggung. "Alda."
Julian melebarkan mata, langsung memukul tangan Adam yang masih menjabat Alda setelah beberapa detik berlalu. "Udah, anjir. Modus lo," sewotnya yang membuat Adam mencibir.
Berikutnya, Adam menatap bergantian tiga orang di depannya. Lalu, dengan cengiran jahil khasnya, ia menyenggol lengan Julian. "Senangnya dalam hati, bila beristri dua," ucapnya sambil berdendang kecil.
Julian dan Lala kompak melotot sambil berseru bersama, "HE, NGGAK YA!"
Adam agak termundur, tapi lalu tertawa ringan. Meski ekor matanya sedikit melirik, menangkap dengan jelas bagaimana Alda bergerak tak nyaman dan membuang wajah ke sembarang arah.
Membuat bibir Adam berkedut. Hampir saja cowok jangkung itu tersenyum miring dengan ekspresi sinis.
Wah, seru nih.
Lala mendengkus. "Udah deh. Gue jadi lupa kan mau pipis," katanya sambil bersiap untuk berbalik pergi.
Julian segera menahan tangan Lala. "Bentar dulu, La." Cowok itu lalu mengalihkan pandangan pada Adam, tak peduli meski Lala sudah berdecak mengancam. "Dam, lo ngapain sendirian? Mending sama Lala."
Eh?
Lala mengumpat lirih. Sementara Adam malah melebarkan mata sipitnya, nampak tertarik.
"Gue sebenernya cuma gabut aja sih. Males di rumah." Adam merapatkan bibir, lalu melirik ke arah Lala. "Kalau Lala nggak masalah...."
Julian langsung menepuk tangan satu kali. "Ya udah. Kalian jalan-jalan aja dulu, ke mana kek. Makan atau ke timezone. Nanti ketemuan lagi di sini, oke?"
Lala makin melotot.
Sementara Julian hanya menyengir tanpa dosa. Ketika cowok itu hampir berbalik untuk menghadap Alda, ia tersentak ketika gadis itu tahu-tahu memajukan diri.
"Ju, kayaknya nggak jadi nonton hari ini aja deh," kata Alda sambil meringis membuat Julian tersentak. "Kita jalan-jalan aja. Bareng Lala sama Adam. Berempat biar rame."
Julian ternganga. Begitu juga dengan Lala yang sudah berulang kali mengumpat dalam hati karena rencananya gagal.
"Hm. Boleh tuh." Adam jadi yang pertama menyahut membuat Lala dan Julian kompak menoleh ke arahnya. "Kan sekalian bisa double date."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
أدب المراهقينLala terjebak friendzone dengan Julian, sahabat sekaligus tetangga rumahnya. Lala yang tidak seberani itu untuk mengungkapkan, malah sering menjadi perantara untuk Julian berkenalan dengan teman-temannya yang menyimpan rasa pada cowok itu. Kemudian...