BAB 1

548 45 15
                                    

BAB 1
Cupid Lala

***

"Kalau begitu untuk hari ini, latihan kita cukupkan. Jangan lupa minggu depan, kita akan ada seleksi untuk drama musikal akhir tahun nanti. Selamat berlatih."

Kalimat penutup yang menggema di sepenjuru gedung auditorium itu langsung disambut gemuruh tepuk tangan. Bobby, pelatih sekaligus penanggung jawab dari klub theater itu segera pamit undur diri, katanya ada acara penting.

Meninggalkan riuh rendah para peserta klub yang kini nampak membereskan barang masing-masing, bersiap untuk pulang. Tak terkecuali seorang gadis mungil yang berdiri di sudut panggung, awalnya ingin mengambil tas. Tapi ketika ponsel di saku celananya bergetar, mau tak mau, ia menunduk untuk memeriksa.

Delia Anjani, gadis dengan pipi bulat dan mata lebar itu mendecak membaca nama yang tertera di layar ponsel. Setengah hati, ia menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga kiri.

"Apaan?" katanya tanpa berniat untuk melakukan basa-basi.

"Jutek banget, La." Sebuah suara yang sudah Lala hafal di luar kepala langsung menyahut di ujung sana. "Masih lama nggak? Gue udah di depan nih."

Lala melengos kecil. Sementara tangan kirinya memegang ponsel, tangan kanannya kini sibuk melipat jaket untuk dimasukkan ke dalam tas. "Kan kemarin gue udah bilang nggak usah jemput," balasnya mendadak sewot.

"Lah, nggak jemput gimana? Lagian motor lo masih di bengkel. Emang lo mau pulang jalan kaki?"

Lala hampir saja memekik gemas. "Sekarang ada aplikasi namanya gojek ya, Bapak Julian yang terhormat."

Julian, cowok itu terdengar mendengkus jengah di seberang telepon. "Ya udah sih, La. Anggap aja sekalian bantuin temen gitu."

Lala mengernyit. "Ha?"

"Prinsip hidup gue ya, La. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui."

Lala mengerjap, makin tak mengerti maksud dari perkataan Julian. Meski ketika gadis itu sudah membuka mulut dan akan mengajukan tanya, bahunya mendadak ditepuk oleh seseorang dari arah belakang.

Membuat Lala terkesiap, lalu segera menoleh untuk memeriksa. "Alda?" ucapnya menyebutkan nama gadis manis yang kini berdiri tepat di samping tubuhnya.

Sementara Julian yang juga mendengar gumaman Lala langsung berteriak heboh sendiri. "Ha? Apa, La? Siapa lo bilang? Jodoh gue?"

Lala menelan teguk, refleks memindahkan ponselnya ke tangan kanan dan meringis. Berharap Alda tak sempat mendengar kehebohan Julian yang sepertinya hampir terjengkang jatuh dari atas motor.

"Kenapa, Al?" tanya Lala setelah berhasil menguasai suasana.

Alda menggeleng samar, sementara senyumnya makin melebar. "Nggak sih. Cuma mau ngajakin pulang," sahutnya dengan suara lembut.

"Astaga. Astaga, La. Gue rasanya mau pingsan aja. Gimana ini."

Lala hampir saja merotasikan bola mata ketika mendengar kalimat Julian dari ujung sambungan telepon. Ia meringis kecil. "Bentar ya, Al."

Lalu, gadis itu sedikit memutar tubuh agar Alda tak bisa melihat ekspresi kesalnya ketika bicara pada Julian lewat telepon, "Norak banget sih, he. Udah ya, ini gue keluar sekarang. Jangan malu-maluin. Siap-siap lo. Awas aja."

Lala berdeham, langsung mematikan sambungan telepon tanpa menunggu Julian menanggapi. Berikutnya, gadis itu kembali menghadap Alda sambil menyengir lebar.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang