BAB 33

100 19 18
                                    

BAB 33
Kencan Gagal

***

Lala berdeham kecil, sesaat membenarkan letak poni yang telah ia sisir sedemikian rupa. Lalu berikutnya, seolah tak puas, gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan membuka aplikasi kamera depan. Mulai sibuk berkaca di sana.

Setelah merasa cukup, Lala menyudahi acara bercerminnya dan ganti merapikan dress panjang di bawah lutut warna biru langit yang ia kenakan siang ini. Gadis itu menelan teguk, bibirnya bergetar menahan senyum.

Membayangkan jalan-jalan berdua keliling taman bermain, mencoba banyak wahana, lalu berakhir menonton pertunjukan kembang api. Lala rasanya hampir meledak bahagia hanya dengan membayangkannya saja.

Lala mengerjap, langsung memeriksa ponselnya yang bergetar singkat menandakan pesan masuk.

Siapa lagi? Tentu saja dari Adam.

Adam: gue udah nyampe

Adam: di mana?

Lala sejenak mengedarkan pandang, memindai apa-apa saja yang bisa dijadikan patokan untuk Adam menemukannya.

Lala: deket kora-kora

Adam: oh, nggak jauh tuh

Adam: bentar ya, La

Adam: otw ke sana

Lala tersenyum kecil. Tanpa membalas, gadis itu menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas selempangnya. Ia berikutnya menatapi sekitar, berusaha menenangkan diri sendiri yang mendadak terserang gugup.

Membayangkan Adam datang dengan cengiran khas cowok itu. Memikirkan Adam akan mengejek baju yang Lala kenakan siang ini, karena gadis itu memang tak pernah memperlihatkan sisi feminimnya seperti sekarang.

Lala tidak tahu pasti namanya apa. Tapi yang jelas, ia merasa tak sabar menunggu kedatangan Adam.

Lala ingin segera melihat cowok itu....

"Mbak Lala!"

Lala tersentak, langsung menolehkan kepala mendengar suara familiar yang memanggil nyaring namanya. Ia agak terbatuk dengan mata melebar, melihat Kaina melambai riang sambil berlari menuju ke arahnya.

"I ... na?" Lala mengerjap. Masih dengan mata membulat penuh keterkejutan. "Kamu...."

"Kaget ya, Mbak?" Ina menyengir, lalu menggandeng lengan Lala. "Sama, aku juga."

Lala mengerutkan kening. Belum sempat bertanya, suara rusuh yang makin mendekat membuat gadis itu kembali mengalihkan pandangan.

"Dipsy!" Cowok jangkung itu menyengir sambil melambaikan tangan. Bersikap seolah tak ada apa-apa, sementara empat orang lain di belakangnya sudah makin rusuh.

"Cie Dipsy. Panggilan sayang ya, Dam?" Ardan menaik-turunkan alis sembari menyenggol lengan Adam dengan sengaja.

"Anjir Adam. Kenapa nggak sekalian Hinata aja, bangsat." Kalau ini Nino yang bersuara, tak ketinggalan umpatan kasar dan gestur gelinya.

Ardan malah menepuk-nepuk bahu Adam seolah bangga. "Lanjutin. Lo udah belajar banyak dari gue kayaknya."

Aksa hanya mendengkus. Menjadi yang paling kalem dan hanya melirik mengamati perubahan ekspresi Julian tepat di sebelahnya. "Temen lo, kan?" tanyanya yang jelas ditujukan pada cowok bule itu.

Julian sedikit terkesiap. Tapi berikutnya hanya mengangkat bahu. "Hm," sahutnya berusaha terlihat tak terpengaruh.

Adam mendecak kecil. Tak mau peduli banyak, cowok itu kembali memimpin langkah makin mendekat ke arah dua gadis yang memandang mereka lurus.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang