BAB 12

127 24 22
                                    

BAB 12
Jaket Couple

***

Lala berdeham, segera mengalihkan wajah dan pura-pura mengamati suasana dekat lapangan voli yang mulai ramai ketika Adam datang membawakan dua cup es krim.

Gadis itu merutuk samar, jelas langsung tergoda begitu Adam menyodorkan satu cup kepadanya.

"Cepetan, he. Keburu diambil Swiper nih," kata Adam kemudian, makin mendekatkan cup es krim rasa coklat itu ke depan Lala.

Membuat Lala, pada akhirnya, mau tak mau, menerima pemberian Adam. "Makasih," lirihnya dengan suara pelan yang nyaris tak terdengar.

Adam menggumam saja, tapi tak menyahut lagi dan mulai mengaduk cup es krim di tangannya tanpa minat.

Meski mata cowok itu tak bisa berhenti mencuri pandang ke arah pergelangan kaki Lala yang sedikit memar dan luka.

Adam melengos, berusaha menekan rasa pedulinya dan tak bertanya macam-macam.

"Anu," kata Lala setelah mengecap sisa es krim suapan kelima dalam mulutnya. "Jangan ... kasih tahu siapa-siapa."

Adam menoleh dengan sebelah alis terangkat. "Apanya? Yang lo jatuh kayak anak TK baru lepas dua roda bantu sepedanya?"

Lala mendecak, makin mengerut malu dengan kepala menunduk. "Bukan," balasnya kemudian. "Yang gue ... nangis di depan lo."

Adam mengerutkan kening. Kenapa harus mempermasalahkan itu? Toh, ini bukan kali pertama Lala menangis di depan Adam.

Sementara Lala kini mengerucutkan bibir dengan raut mengeruh. "Gue sebenernya nggak cengeng kok. Gue jarang nangis. Cuma waktu tadi aja. Sama ... yang waktu di UKS." Gadis itu menelan teguk, diam-diam merutuk malu. "Pokoknya, jangan kasih tahu siapa-siapa ... ya?"

Adam mendengkus saja. Ia sesaat merapatkan bibir, tak langsung memberikan balasan.

"Kenapa?" Akhirnya, cowok jangkung itu malah balik mengajukan tanya alih-alih menjawab setuju atau tidak setuju.

Lala mengerjap, lalu mengangkat kepala dan menatap Adam yang juga sedang memandang ke arahnya. "Eh, itu...." Ia berpikir sebentar. "Soalnya gue ... malu?"

Adam hampir saja tertawa geli melihat kerlingan polos dan jawaban lugu itu. "Nggak, maksud gue. Kenapa lo tadi nangis?"

Lala menelan teguk, langsung memutus kontak mata tak mau bersitatap dengan Adam lagi. "Bukan apa-apa kok," balasnya, agak melirih di bagian akhir.

Adam melengos. "Kalau ditanya kenapa itu jawabnya karena, bukan nggak apa-apa," cibirnya yang hanya dibalas dengusan tak peduli oleh Lala.

Lala mengerucutkan bibir, memilih untuk menyendokkan kembali es krim ke dalam mulut dan tak mau memperpanjang pembicaraan.

Membuat Adam akhirnya mengalah, sadar posisi tak bisa memaksa Lala untuk bercerita masalah gadis itu kepadanya.

Cowok jangkung itu lalu mengamati sepeda putih Lala yang diparkir tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Julian ke mana, La?" tanya Adam tiba-tiba kembali membuka suara.

Lala tersedak es krim, jelas tak menyangka akan mendapat pertanyaan semacam itu. Meski ini bukan kali pertama Adam menanyakan keberadaan Julian setiap Lala terlihat murung.

Tapi belum sempat menjawab, Adam malah lebih dulu menyahut melanjutkan, "Masih bobok siang apa gimana? Itu anak emang sebelas-dua belas sama Patrick, hobi tidur."

Lala mendengkus, sedikit merunduk dan memainkan cup es krimnya. "Emang Patrick hobi tidur?" tanggapnya kemudian.

Adam mengangkat bahu saja. "Yang jelas Patrick tinggal di bawah batu," balasnya kembali.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang