BAB 31

138 22 7
                                    

BAB 31
Maaf

***

"Besok jalan yuk, La? Gue jemput ya. Nggak usah dandan cantik-cantik, tapi. Nanti gue jadi suka, gimana?"

Lala mendecak, agak mendelik menatap cowok yang berbaring cuek sambil memainkan ponsel di sebelahnya. Dalam hati tak bisa berhenti menggerutu karena merasa terganggu dan tidak bisa bebas.

Gadis itu menarik napas. Bibirnya mengerucut begitu saja. Mengingat kembali pesan yang kemarin Adam sampaikan ketika mengantar Lala pulang ke rumah, diam-diam membuatnya merasa gelisah.

Padahal beberapa menit yang lalu, Lala masih sibuk mencari pakaian terbaik di dalam lemari. Tapi kedatangan Julian yang tiba-tiba membuka pintu kamarㅡdengan wajah tanpa dosa, lalu tidur telentang di kasur Lala, mengacaukan rencana persiapannya.

"Gue di rumah sendiri, La. Bosen." Begitu kata cowok bule itu saat Lala melotot penuh protes atas kedatangannya yang tanpa diundang.

Lala mendecak tanpa sadar. Membuat Julian yang sebelumnya asyik bermain game, langsung mendongakkan kepala menatap wajah kesal Lala yang kini nampak terbalik di pandangannya.

Julian merapatkan bibir, baru sadar sejak tadi diam larut dalam dunianya sendiri. Ia berdeham kecil, langsung beranjak duduk dan ikut menyandar ke kepala ranjang, tepat di sebelah Lala.

"Laper nggak, La?" tanya cowok yang hanya mengenakan kaos putih tanpa dengan dan celana jersey lusuh sebatas lutut.

Lala melengos saja. "Kenapa? Lo mau makan?" sahutnya tanpa sadar menggunakan nada ketus tak bersahabat, bahkan meninggikan suara dengan sebal.

Julian agak termundur, jelas kaget mendengar ucapan Lala. Cowok itu mengerjap beberapa kali. "Mau sih. Nasi goreng enak kali ya, La? Beli yuk? Online aja kalau lo mager," katanya malah jadi menawarkan seolah tak sadar situasi.

Lala refleks mendorong Julian menjauh dari tubuhnya ketika cowok bule itu makin merapat dan menyenggol-nyenggol lengannya dengan jahil. "Apa sih, Yan?!" tukasnya sambil melotot tajam. "Lagian lo kenapa pakai acara ke sini sih? Gue sibuk, tahu."

Julian sejenak mengatupkan bibir. "Tunggu bentar. Ini ... lo lagi ngusir gue, La?" tanyanya dengan suara memelan seolah sangat kecewa.

Kini giliran Lala yang terdiam dengan bibir merapat. Gadis itu diam-diam merutuk menyalahkan diri sendiri melihat Julian yang mengeruhkan wajah dan membuang pandangan ke jendela kamar.

"Bukan. Nggak gitu." Lala berusaha cepat merangkai kata yang tiba-tiba saja hilang dari dalam kepala. "Maksudnya tuhㅡ"

"Ya udah sih, La. Bilang aja lo udah nggak butuh gue." Julian meracau sendiri dengan bibir mencebik. "Gue tahu ya, kemarin lo pergi berdua sama Adam. Beneran pacaran ya? Gue kira waktu di pensi Ina, lo cuma bercanda."

Lala agak tergagap, diam tak berkutik. Pertama karena pertanyaan Julian adalah jebakan: dijawab tidak salah, dijawab iya apalagi. Kedua, Lala sendiri bingung. Sebenarnya, ia sudah pacaran dengan Adam atau belum sih?

Julian berdecih, makin larut dalam dramanya sendiri yang sedikit berlebihan. "Jangan-jangan lo daritadi ngusir gue gara-gara mau pergi sama Adam? Ngaku deh."

Lala menelan ludah. "Nggak usah baper deh, Yan."

Tapi Julian tak benar-benar mendengarkan sahutan Lala dan kembali melanjutkan, "Padahal gue ke sini gara-gara deg-degan. Minggu depan gue porda, La. Gue takut nggak bisa kasih yang terbaik. Apalagi tahun kemarin gue gagal ikut. Lo ngerti perasaan gue nggak sih, La?"

Lala langsung menegapkan punggung, merasa semakin tersudutkan dan serba salah. "Maaf elah, Yan. Gue nggak maksud bikin lo down," katanya kemudian.

Julian mendenguskan hidung. "Padahal gue pengen makan nasi goreng buatan lo," ucapnya lagi-lagi tak menanggapi kalimat Lala.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang