BAB 34

117 18 11
                                    

BAB 34
Kembali

***

Lala mengatupkan bibir, agak berdeham sambil berusaha membuka tutup botol air mineral di tangannya. Meski gadis itu jadi mendecak karena tangannya terus saja terpeleset tak bisa memutar segel di tutup botol.

"Ribet banget sih, La." Julian melengos, lalu segera mengambil alih botol dari tangan Lala. Membuat si gadis tersentak kaget, tapi tak bisa mengelak. "Di dunia ini ada yang namanya minta tolong."

Lala mengerjap, kebingungan sendiri harus membalas dengan cara apa. Sampai gadis itu akhirnya pasrah saja menerima sodoran botol yang telah terbuka tutupnya dari Julian.

Tadi, setelah adegan serah-terima Lala dari Adam ke Julian, kumpulan yang datang bersama akhirnya berpencar. Meninggalkan Lala dan Julian berdua menuju ke wahana selanjutnya yang ingin mereka naiki.

Meski Lala sendiri tak cukup percaya Adam bisa melepasnya semudah itu. Lala pikir, Adam akan keras kepala dan memaksa untuk menjaga Lala. Atau justru menempatkan Lala di posisi harus memilih: Julian atau Adam?

Tapi, entah Lala yang terlalu banyak menonton drama picisan atau Adam yang terlalu bersemangat untuk ikut berkeliling menaiki wahana, kenyataannya, Adam menyerah dalam satu kali permintaan.

Lala sendiri juga tak mengerti. Apakah ia harus merasa senang karena tak perlu terjebak dalam situasi antara Julian dan Adam, atau justru merasa sedih karena ternyata ... Adam tak pernah merasa sulit untuk melepasnya.

Lala menghela napas. Setelah sesaat menimbang, gadis itu akhirnya meminum air mineral dari botol di tangannya.

Membuat Julian sedikit meredupkan pandangan. Kini jadi menatap lurus Lala yang sedikit memalingkan wajah untuk meminum air mineral yang tadi ia belikan.

Cowok itu menelan ludah, jelas dapat merasakan suasana canggung antara dirinya dan Lala semenjak keduanya duduk di bangku panjang ini. Sesuatu yang belum pernah terjadi dan tak pernah Julian harapkan untuk terjadi.

Mungkin memang seharusnya hari itu, Julian tidak jujur. Seharusnya Julian menyimpan kata suka hanya untuk dirinya sendiri.

"Makan dulu rotinya." Julian mengangsurkan sebungkus roti yang telah ia sobek plastiknya, berusaha tetap bersikap biasa. "Biar perut lo nggak kosong."

Lala menerima pemberian Julian. Tapi ketika aroma coklat bercampur roti menguar masuk ke indera penciumannya, gadis itu refleks menutup mulut dan hidung menggunakan telapak tangan.

"Kenapa?" tanya Julian yang menangkap gerakan itu.

Lala menggeleng. "Nggak mau makan," sahutnya dengan suara merendah takut-takut. "Mual."

Julian mendengkus, hampir saja tersenyum gemas melihat ekspresi penolakan di wajah Lala. "Ya udah minum lagi airnya," katanya sambil membukakan minyak kayu putih. "Ini lo cium dulu coba. Siapa tahu enakan."

Lagi, tanpa kata, Lala menuruti perintah Julian. Gadis itu meminum botol air mineralnya beberapa teguk, lalu menghirup aroma khas minyak kayu putih sambil agak mengernyit karena panasnya menyengat sampai mata.

Julian tertawa pelan, tak bisa menahan diri lebih lama. Cowok itu sedikit memajukan diri, lalu mengacak rambut Lala dengan gerakan gemas.

"Lo umur berapa sih, La? Bayi banget," komentarnya masih dengan sisa-sisa tawa.

Lala mengerucutkan bibir, perlahan menjauhkan botol minyak kayu putih di tangannya. Ego dan gengsinya runtuh begitu saja. Kalau sudah saling hina begini, Lala seperti lupa akan segalanya.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang