BAB 17
Berdamai***
Lala memeluk erat boneka panda pemberian sang ayah di hari ulang tahunnya bertahun-tahun silam. Gadis itu duduk bersandar di kepala ranjang kamarnya sambil sibuk bermain games di ponsel.
Lala baru saja selesai menghafal hampir seluruh dialog bagiannya. Maka, ia ingin sejenak beristirahat dengan bermain-main santai agar otaknya tidak kelelahan.
Sampai sebuah pop-up pesan muncul mengalihkan perhatiannya.
Dari nomor Kaina. Lala langsung membukanya tanpa berpikir lebih panjang.
Ina: mbak lala
Ina: lagi ngapain?
Lala: main game sih
Lala: kenapa?
Ina: nggak sibuk dong?
Lala: nggak terlalu sih
Lala: why?
Ina: ke rumah dong mbak
Ina: temenin Ina
Ina: T_T
Lala: roti bakar dua bungkus?
Ina: mbak lala....
Ina: lagi bokek ini, mana tadi habis nonton
Ina: nggak lagi-lagi deh nonton horror, sampai sekarang masih kebayang
Ina: tolongin mbak T_T sumpah takut banget ini
Lala merapatkan bibir, lama-lama jadi tak tega membaca typing Ina. Apalagi sekarang angin kencang juga sedang bertiup. Pasti Ina ketakutan sendirian di rumahnya.
Meski kalaupun datang, Lala tak akan banyak membantu. Setidaknya, dua orang yang takut lebih baik daripada sendirian.
Maka, setelah melapisi celana pendeknya dengan trainning panjang, gadis itu segera bersiap ke rumah Ina. Sengaja ia meninggalkan ponsel dan mengecasnya di rumah karena daya benda pipih miliknya itu sudah hampir habis.
Lala berpamitan pada Mama dan Ayahnya yang menonton televisi di ruang tengah, lalu segera melesat menuju rumah sebelah. Gadis itu agak mendongak, melihat kilatan cahaya terang di langit yang seolah memberi pertanda akan datangnya hujan.
Lala menelan teguk. Makin mempercepat langkahnya karena sebenarnya juga merasa takut. Mungkin, Lala akan mengajak Ina ke rumahnya saja, alih-alih menginap di sana jika benar nanti akan ada hujan badai.
Begitu sampai di rumah Ina, seperti biasa, Lala hanya mengetuk dua kali dan membuka pintu tanpa sungkan. Gadis itu bahkan berjalan masuk tanpa menunggu dipersilakan.
Meski Lala jadi tersentak kecil ketika melihat seorang cowok berjalan menuruni tangga dengan handuk kecil yang mengalung di lehernya. Gadis itu mengerjap bingung.
Sementara Julian, cowok bule itu juga ikut terkesiap. Bahkan gerakannya mengacak rambut basah seberes keramas dan langkahnya meniti satu-persatu anak tangga juga terhenti melihat kedatangan Lala.
Tunggu. Kenapa ada Julian?
Lala mengernyit. Belum sempat keterkejutannya usai, seorang gadis yang berusia dua tahun di bawahnya tiba-tiba saja berlari menghampirinya, lalu tersenyum riang sambil menggandeng lengan Lala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Teen FictionLala terjebak friendzone dengan Julian, sahabat sekaligus tetangga rumahnya. Lala yang tidak seberani itu untuk mengungkapkan, malah sering menjadi perantara untuk Julian berkenalan dengan teman-temannya yang menyimpan rasa pada cowok itu. Kemudian...