BAB 20

140 22 44
                                    

BAB 20
First

***

Lala mendecak, agak memicingkan mata mengamati Adam yang baru turun dari mobil setelah mencari tempat untuk memarkirkan mobil. Gadis itu bergegas membuang muka sambil melipat kedua lengan di depan dada.

Sedangkan Adam yang kini sudah berdiri di sebelah Lala hanya cengar-cengir garing. "Lala, jangan marah dong," katanya seraya menepuk-nepuk bahu Lala menggunakan telunjuk.

Lala sontak berkilah, mendelik sinis menatap Adam dari ekor mata. "Diem ya, Dam. Gue nggak mau ngomong sama lo," sahutnya masih meneguhkan ego.

Adam mengatupkan bibir. Cowok itu akhirnya berdecak. "Maaf deh, La. Lagian gila aja, cumi-cumi satu porsi harganya hampir lima puluh ribu," ucapnya dengan gaya yang melebih-lebihkan. "Nih ya, La. Lima puluh ribu lo buat jajan burjo udah dapat lima mangkuk, jelas kenyangnya."

Lala mengelos. Makin merasa kesal ketika ingat bagaimana Adam langsung menariknya keluar dari pusat perbelanjaan setelah melihat harga yang tertera di daftar menu salah satu food court seafood.

Gadis mungil itu sebenarnya tak masalah makan di mana saja. Mau di pinggir jalan, atau di restoran mewah. Hanya saja, Lala yang sedang ingin makan udang malah dibawa Adam ke tukang burjo.

Hubungannya di mana?!

Lala tahu Adam memang sering tidak jelas. Dari masalah A, cowok itu bisa tiba-tiba melompat ke masalah C yang tak punya relasi sama sekali.

Tapi untuk masalah makanan, Lala tidak bisa memberikan toleransi.

"Lala."

Lala kembali mendecak. Gadis itu menoleh cepat dengan mata menyipit. "Nggak semahal itu ya," balasnya masih dengan raut kesal, "Lagian kan bayarnya bisa dibagi dua, Adam Pinter."

Adam mengerucutkan bibir, agak menundukkan kepala ketika menyahut pelan, "Ya kali dibagi dua. Gue cowok, La. Harusnya kan gue yang traktir lo."

"He, inget ya. Kita pacaran nggak beneran," Lala merapatkan bibir. "Nggak perlu lo pakai acara mau traktir makan. Gue juga nggak mau ada utang apa-apa sama orang lain."

Adam mengerjap, langsung memasang wajah terharu. "La, lo tipe girl crush gue banget sih," cetusnya kemudian.

Lala mendengkus. Gadis itu sejenak mengamati warung tenda yang menjual burjo di hadapannya. "Kita makan di sini?" tanyanya sambil menunjuk kecil.

Adam mengangguk, lalu segera maju satu langkah dengan gerakan sombong. "Dijamin ya, La. Ini lebih enak dari seafood-seafood yang pengen lo makan," katanya kembali ceria. "Lo tahu Ariel Tatum kan, La?"

Lala melebarkan mata. "Kenapa? Pernah makan di sini?"

Adam menyengir, sedikit membalikkan tubuh menatap Lala. "Nggak sih. Cuma ngetest aja. Gue kira lo cuma tahu pemeran Larva," sahutnya yang membuat Lala hampir maju menabok lengannya jika cowok itu tak langsung berkelit.

Lala meniup poni ratanya. Gadis itu lalu tertarik pasrah mengikuti langkah Adam yang mengalungkan lengan di lehernya. Menyeret Lala mendekat ke warung tenda penjual burjo.

"Habis, Mas."

Adam menarik napas secara berlebihan. Sementara Lala langsung membulatkan mata.

"Habis, Pak?" ulang Adam dengan nada bertanya, masih belum percaya. Siapa tahu sebentar lagi akan ada kamera keluar dari dalam panci pengukus sambil berteriak 'prank' dengan suara memekik.

Baiklah. Sepertinya Adam terlalu banyak menonton YouTube.

Bapak penjual yang nampak berusia empat puluh tahunan itu mengangguk seadanya. Meski ketika melihat raut cengo Adam, ia merasa tak tega juga.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang