"Aku pikir kau sibuk belakangan ini, hyung."
Aku dapat mendengar helaan nafas Tae hyung ketika aku mengatakan itu. Dia tetap tak mengatakan apapun selama beberapa saat. Aku juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Terkadang hyungku yang satu ini sulit untuk ditebak.
"Aku lelah sekali akhir-akhir ini. Aku baru bisa menemui mu sekarang. Padahal para hyung susah berkali-kali datang dan pergi."
Aku menoleh dan memandangnya sebentar sebelum kemudian kembali mengalihkan pandanganku ke arah ranting-ranting pohon yang mulai ditumbuhi daun-daun muda. Ah, aku ingat bahkan kemarin tumpukan salju di sini belum mencair.
"Kau harus beristirahat juga, hyung. Para hyung akan kesusahan jika dua dongsaeng nya sakit. Setidaknya mengantre setelahku." candaku sembari mengusap salju yang tertinggal di kursi panjang yang sekarang kami duduki.
"Wah, sepertinya kau sama sekali tidak menyesal setelah membuat kami cemas, ya." Tae hyung tertarik untuk meladeni candaanku.
"Aku justru bahagia karena mendapat banyak perhatian dari kalian." ucapku sembari tersenyum puas. "Ah, tidak. Kau sama sekali tidak memperhatikanku, hyung. Dasar jahat!" lanjutku setelah sempat mengerling jahil kepada Tae hyung.
"Kau benar-benar, ya." Tae hyung tertawa kecil. "Ah, aku masih tidak percaya jika kau mengalami hal seperti itu. Kau tidak akan mengalami trauma, kan?" tiba-tiba Tae hyung mengalihkan pembicaraan.
"Sepertinya aku tidak akan berani pergi sendiri lagi. Sampai sekarang aku belum bisa menggerakkan lenganku dengan benar." jawabku dengan jujur. Meskipun sudah seminggu lebih berlalu, bagian tanganku yang sempat patah masih sangat sakit jika digerakkan.
"Apa masih sakit?" meskipun nada suaranya terdengar datar, tapi Tae hyung memberikan tatapan cemas kepadaku. Aku berhasil membuatnya lebih memperhatikanku. Misi selesai.
"Aku rasa hanya perlu menunggu sampai beberapa hari lagi. Tapi jujur saja ini memang sakit." aku mengakuinya.
"Apa ini akan meninggalkan bekas?" Tae hyung menyingkap rambut yang sedikit menutupi dahiku untuk melihat bagian kepalaku yang terluka. Saat ini kepalaku sudah tidak dibebat. Luka ini hanya ditutup dengan plester.
"Mungkin saja." jawabku tanpa bergerak sedikitpun. Tae hyung masih memperhatikan luka ini. Jujur saja sikapnya itu membuatku sedikit gelisah. Posisi kami tidak terlihat... ekhem. Lupakan saja.
"Ah, sayang sekali." ujarnya sembari melepaskan tangannya dari rambutku. "Jika itu terjadi, maka kau tidak akan bisa melampaui ku." lanjutnya dengan wajah serius.
"Tentang apa?" tanyaku tak mengerti apa yang dimaksudnya.
"Kau tahu mengapa aku bekerja sebagai model?" Tae hyung balas bertanya.
Aku sontak memandangnya dengan tatapan jengah. Aku rasa kenarsisan Jin hyung menular kepada Tae hyung. Belakangan ini dia begitu percaya diri dengan ketampanannya itu. Atau jangan-jangan dia bukan Tae hyung, tapi Jin hyung yang wajahnya telah bertransformasi.
Baiklah, maafkan aku. Lupakan saja yang barusan itu.
"Karena itu juga kau menjadi terlalu sibuk untuk melihat dongsaeng mu yang terluka. Dasar hyung menyebalkan." ujarku pura-pura kesal.
"Ya! Kau masih saja membicarakan itu." dia nampaknya tidak senang jika aku menyinggung pekerjaannya lagi.
"Jimin hyung juga tidak pernah menemuiku lagi belakangan ini. Apa dia sangat sibuk, hyung?" aku mengalihkan pembicaraan sebelum Tae hyung benar-benar marah.
"Entahlah. Akhir-akhir ini dia terlihat lelah. Setelah pulang bekerja, dia langsung tidur. Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk sarapan bersama seperti biasa." jawab Tae hyung. "Aku rasa dia benar-benar sibuk setelah meninggalkan pekerjaannya selama dua hari hanya untuk menemani dongsaeng nya yang ceroboh." lanjutnya yang sukses membuatku meringis. Ucapanmu itu sangat tepat sasaran, hyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 전정국] Jeon Jungkook harus mampu hidup sendiri sejak kecil. Dia harus bertahan dalam lingkungan baru sendirian. Begitu lama dia menderita hingga akhirnya dia menemukan para malaikat penolongnya. Namun apakah itu saja mampu untuk membuatnya me...