YOONGI POV
Ah, aku sudah berusaha keras selama ini. Aku sangat senang karena bisa bekerja di bidang yang aku sukai. Tapi kenapa ya rasanya sulit sekali? Mengapa aku selalu saja mendapat masalah? Ini sangat tidak adil. Aku sudah lelah menghadapi semua ini.
Aku kembali menghela nafas kemudian menoleh ke arah jam yang tergantung di dinding ruangan. Sudah lewat tengah malam, tapi aku masih tidak bisa menutup mataku. Ah, atau aku harus menyebutnya tidak boleh memejamkan mata? Sungguh, aku sangat lelah. Tapi kegelisahan ini membuatku tak mampu melempar diriku ke dalam mimpi.
Aku melirik lembaran kertas yang berserakan di atas tuts piano. Aku masih memiliki banyak pekerjaan. Entah sudah berapa banyak lagu yang aku buat, aku terlalu lelah untuk menghitungnya. Tapi di antara sekian banyak itu, aku harus merelakan kerja kerasku terbuang sia-sia. Aku yang bekerja sebagai komposer dan penulis lagu selama bertahun-tahun ini masih harus berkembang sebanyak apa lagi? Entahlah, aku merasa jika aku sudah benar-benar mencapai batasku. Tapi berbagai pihak masih saja menuntut hal-hal yang sebenarnya telalu sulit untuk aku lakukan.
Aku pikir itu adalah hal biasa yang pasti bisa aku hadapi. Tapi ternyata menanggung semua harapan dan ekspetasi yang terlalu tinggi dari banyak orang membuatku semakin tertekan. Aku harus selalu berusaha berkembang, mencari berbagai pengetahuan, meneliti berbagai hal… Ah, apa semua penulis di dunia ini bekerja sekeras aku?
Mungkin aku sudah gila. Belakangan ini aku melakukan banyak hal aneh. Setidaknya mungkin itu yang akan dipikirkan orang-orang di sekitarku. Mereka pasti menganggap aku sudah tidak waras karena menerapkan hasil observasi aneh yang tidak diketahui oleh banyak orang. Contohnya saat aku memberi Jungkook dark chocolate saat dia sakit.
Jin hyung juga menganggapku gila saat itu. Tapi aku hanya menerapkan hasil observasi saja, jadi apa salahnya? Apa memang aku yang tidak mengerti maksud dari hasil observasi-ku sendiri? Apa aku yang salah mengartikan? Entahlah, sudah kukatakan jika aku terlalu lelah untuk memikirkan apakah penafsiranku benar atau salah. Sudahlah.
“Ah… lelah sekali.” suara serakku terdengar mengerikan bahkan di telingaku sendiri. Oh, benar. Kapan terakhir kali aku meneguk air? Rasanya tenggorokanku kering sekali. Lebih baik aku mengambil segelas air sebelum aku dehidrasi dan semakin depresi.
Ckkiiitt.
Kursi yang aku duduki berderit cukup keras saat aku bergerak dan berdiri sebelum kemudian berjalan menuju pintu. Sisa-sisa udara musim dingin menyebabkan pegangan pintu yang terbuat dari besi langsung menyengat indera-ku ketika aku menyentuhnya. Karenanya aku cepat-cepat pergi dari dalam studio dan berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.
Sepertinya ini memang sudah terlalu larut. Semuanya pasti sudah tidur di kamar masing-masing. Bahkan lampu di ruangan-ruangan yang kulewati sudah dimatikan. Dari tadi juga tidak terdengar suara, pantas saja jika tidak ada siapapun.
Saat aku membuka pintu lemari pendingin dan melihat apa yang ada di sana, perhatianku langsung tertuju pada sebuah kertas kecil yang terlihat tepat setelah pintu terbuka.
Makanlah sedikit saja, hyung. Panaskan terlebih dahulu, ya.
Aku terdiam sejenak. Itu tulisan tangan Jungkook. Dia benar-benar tidak menyerah setelah menggedor pintu studio-ku berkali-kali tadi. Untuk apa dia peduli padaku?
"Hyung, keluarlah! Kau belum makan malam, kan?"
"Yoongi hyung, jangan mengurung diri di dalam terus. Keluarlah sebentar, hyung."
"Hyung, aku mohon..."
"Hyung..."
Ah, dia terus memanggilku tadi. Padahal aku sama sekali tidak menyahutinya. Aku juga sudah memutuskan untuk tidak memedulikan panggilan siapapun lagi. Aku hanya ingin fokus pada pekerjaanku dan menyelesaikan lagu yang sedang aku garap. Tapi Jungkook sama sekali tidak menyerah untuk membujukku hingga akhirnya aku mendengar Taehyung dan Jimin memaksanya untuk membiarkanku sendiri.
Anak itu... Aku tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjelaskan tentangnya.
Aku tidak tahu apakah Jungkook sudah makan malam atau belum. Aku yakin jika Jimin berteriak dari luar studio-ku dan mengatakan jika Jungkook tidak akan mau makan jika aku tidak keluar. Ah, tapi aku malah mengacuhkannya. Aku ini terdengar jahat, kan? Jungkook hanya mencemaskanku, tapi aku sama sekali tidak peduli.
Ah, ya sudahlah
Aku menghela nafas panjang sebelum kemudian kembali menutup pintu lemari pendingin dan meraih gelas dari rak. Setelah mengisi gelas dengan air putih, aku kembali ke dalam studio-ku dan kembali berkutat di sana.
Awalnya aku ingin langsung melanjutkan pekerjaanku. Tapi aku malah tergoda untuk melihat media sosial dan mencari 'berita' tentangku. Tidak, aku tidak seterkenal itu hingga banyak yang mengetahui tentangku. Tapi baru-baru ini aku mengalami masalah serius. Meskipun begitu aku tidak pernah mengatakan apapun kepada orang-orang di dekatku.
Setelah aku mengetikkan beberapa kata di kolom pencarian, berbagai komentar langsung menarik perhatianku. Sudah kuduga, ini memang lebih buruk dari yang aku pikirkan. Sudah berminggu-minggu hal ini mengusikku. Aku sangat lelah menghadapi semua ini.
Ah, aku tidak tahu harus melakukan apa. Karirku sebagai penulis dan komposer lagu akan berakhir tak lama lagi. Dengan skandal seperti ini, memangnya apa yang bisa aku lakukan?
@kim45_ apa-apaan dia itu? Bagaimana mungkin dia bisa melakukan plagiarism hingga sebesar itu?
@kang21 lagu-lagunya sangat tidak berkelas. Semua yang seperti itu lebih tepat jika disebut sampah
@song_ plagiator sepertinya seharusnya mati saja
@park_12 aku harap orang sepertinya tidak pernah ada di dunia ini. Dia sangat menjijikan
Aku menghela nafas sekali lagi. Lelah, aku lelah sekali. Meskipun aku mencoba untuk mengabaikan semua ini, tapi tetap saja ini menyakitiku. Mereka hanya bisa berkomentar dan membenci orang lain tanpa tahu bagaimana perasaan orang yang mereka hujat.
Plagiarisme katanya? Justru aku yang harusnya mempertanyakan itu kepada orang yang katanya lagunya aku tiru. Seharusnya aku tidak mempercayai orang asing begitu saja. Seharusnya aku tidak sebodoh ini. Padahal aku sudah bekerja keras untuk semua ini. Mengapa aku yang harus menanggung beban yang sama sekali bukan hasil kesalahanku?
Orang itu benar-benar sudah menghancurkan hidupku. Aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan untuk mempertahankan semuanya. Orang yang mencuri karyaku adalah seorang penulis lagu yang cukup terkenal. Jikapun aku menentangnya, aku tetap akan kalah. Dia memiliki banyak koneksi dengan pihak-pihak kuat. Aku yang bukan siapa-siapa ini mana bisa menentangnya.
Lalu apa yang harus aku lakukan? Diam begitu saja dan melihat bagaimana hidupku hancur karena dituduh mencuri karya orang lain padahal orang itu yang mencuri karyaku? Lalu aku harus melihat bagaimana orang itu menerima banyak pujian atas hasil curiannya dariku?
Maaf saja, lebih baik aku mati. Jika aku diberi kehidupan lagi, aku akan memilih untuk menjadi batu dan tidak terlibat lagi dengan urusan memuakkan seperti ini.
Hidup ini sudah terlalu kejam kepadaku. Setelah dituntut bekerja keras setiap saat, kini aku harus menerima tuduhan yang sebenarnya tidak berdasar ini. Aku lelah. Aku muak dengan semua ini. Aku ingin pergi saja. Aku tidak ingin kembali. Aku tidak ingin berada di dunia yang menyakitkan ini.
Ahaha. Kalau begitu selamat tinggal. Terima kasih karena telah memberikan rasa sakit dan kebencian ini kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 전정국] Jeon Jungkook harus mampu hidup sendiri sejak kecil. Dia harus bertahan dalam lingkungan baru sendirian. Begitu lama dia menderita hingga akhirnya dia menemukan para malaikat penolongnya. Namun apakah itu saja mampu untuk membuatnya me...