Bagian 24 : Letting Me be Me

1.1K 129 0
                                    

Aku terbangun karena merasakan sakit di kepalaku. Saat aku membuka mata, semuanya terlihat berputar di mataku. Ada apa ini? Tubuhku terasa sangat lemah. Aku tidak bisa bangun, bahkan menggerakkan tubuhku saja terasa sulit.

Aku menolehkan kepalaku dan mataku langsung menangkap jarum yang menunjuk angka di jam dinding. Ah, aku harus membantu Jin hyung memasak hari ini. Aku harus bangun sekarang.

Akhirnya dengan memaksakan diri aku menggerakkan tubuh dan bangun. Setelah terduduk cukup lama, aku akhirnya berdiri dan berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi.

"Ah, sakit sekali." aku mengerang kecil saat merasakan pusing yang teramat hingga tubuhku sedikit terhuyung dan nyaris terjatuh. Beruntung aku langsung meraih dinding dan berpegangan sebelum tubuhku ambruk.

"Jungkook-ah, ada apa denganmu?"

Mendengar namaku disebut, kepalaku langsung menoleh ke arah sumber suara. Sebelum aku benar-benar melihat siapa yang ada di sana, aku dapat merasakan sepasang tangan kokoh membimbingku untuk berjalan lalu mendudukkanku di sebuah kursi.

"Kau sakit?" saat orang itu bersuara lagi, akhirnya aku menyadari jika itu adalah Hoseok hyung.

"Tidak, hyung." aku menjawabnya sambil menyelipkan senyum di bibirku.

"Kau selalu saja seperti ini." Hoseok hyung bergumam pelan, tapi itu cukup untuk didengar oleh telingaku. "Kau belum makan sejak semalam, ya? Ah, jangan-jangan kau juga tidak makan siang? Aku juga melihat obatmu tidak berkurang." kata Hoseok hyung tiba-tiba. Tapi yang paling penting, mengapa dia bisa mengetahui semuanya? Apa semua hyungku bisa membaca pikiran?

"Kau benar-benar melakukannya, ya?" kata Hoseok lagi yang hanya dibalas cengiran olehku. Aku tidak mungkin berbohong, kan? Lagi pula dia tahu sedetil itu. Dia bahkan mengecek jumlah obatku? Aku rasa Hoseok hyung membutuhkan lebih banyak pekerjaan.

"Kau seharusnya lebih memperhatikan dirimu, Jungkook-ah. Kenapa kau senang sekali membuat kami cemas?" kata Hoseok hyung lagi.

"Maafkan aku, hyung." ucapku menyesal.

"Kau..."

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tiba-tiba suara Namjoon hyung menginterupsi percakapan kami. Dia sedang berjalan dari arah dapur.

"Jungkook-ah, wajahmu pucat sekali. Kau baik-baik saja?"

Ah, kenapa tiba-tiba Namjoon hyung menyadari itu? Apakah wajahku memang sepucat itu? Bagaimanapun pasti tidak akan sepucat warna kulit Yoongi hyung, kan?

Oh, benar. Apa Yoongi hyung sudah keluar dari studionya? Aku ingin segera menemuinya. Sungguh aku benar-benar cemas setelah melihat dia pulang dengan penampilan acak-acakan dan langsung masuk ke dalam studionya begitu saja. Bahkan ketika aku memintanya untuk makan malam, sedikit pun dia tidak menyahut.

"Apa Yoongi hyung sudah keluar dari studionya? Kenapa aku belum melihatnya?" tanyaku cepat. Bahkan aku melupakan apa yang dikatakan Namjoon hyung sebelumnya. Sungguh aku sedang benar-benar mencemaskan Yoongi hyung.

"Entahlah. Aku juga belum melihatnya. Aku rasa dia bekerja hingga larut malam dan baru tidur saat pagi. Jin hyung berkata jika dia tidak masuk ke kamar. Dia juga mengatakan agar kita membiarkan Yoongi hyung beristirahat dengan tenang." jelas Namjoon hyung panjang lebar. Tapi entah kenapa aku tidak senang mendengar kalimat terakhir Namjoon hyung.

"Ah, maksudku sebaiknya kita tidak mengganggunya beristirahat." ujar Namjoon hyung ketika melihat ekspresi tidak senang yang ditunjukkan olehku.

"Jadi kau baik-baik saja?" Namjoon hyung mengulang pertanyaannya tadi.

Save Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang