"Kau terlambat sekali, Hoseok hyung."
Aku menoleh begitu mendengar ucapan Tae hyung yang ditujukan kepada Hoseok hyung yang sedang berjalan ke ruang makan di mana kami sedang menunggunya. Namun orang yang dimaksud hanya tersenyum dan meminta maaf.
"Ada kecelakaan di jalan tadi, jadi aku membantu mengantarkan korban ke rumah sakit terlebih dahulu." kata Hoseok hyung sembari menarik sebuah kursi dan duduk di sana.
"Mwo?! Kecelakaan apa?" tanya Jin hyung.
Hoseok hyung tak langsung menjawab. Dia justru memandang kami semua dengan serius sembari memasang wajah menakutkan. Kami masih menunggu, tapi dia tidak bersuara juga.
"Mulutmu sudah tidak berfungsi, ya?"
Hoseok hyung meringis mendengar ucapan tajam dari Yoongi hyung. Tak hanya dia, aku pun ikut meringis mendengarnya. Mulut hyung ku yang satu ini benar-benar pedas.
"Aku rasa tabrak lari. Aku melihatnya sedang dikerubungi banyak orang. Tapi mereka sama sekali tidak membantu dan hanya menonton saja." kata Hoseok hyung dengan ekspresi sedih.
"Ah, ya sudahlah. Sekarang korbannya sudah berada di rumah sakit, kan?" Namjoon hyung yang bertanya dan Hoseok hyung langsung mengangguk.
"Orang sekarang memang aneh." Namjoon hyung masih bergumam lirih. "Jadi sudah lengkap, kan? Ayo kita makan." katanya kemudian.
Semuanya mulai mengisi piring masing-masing dengan makanan yang ada di meja. Setelahnya kami mulai makan dengan tenang diselingi beberapa perbincangan.
"Wah Jin hyung, masakanmu benar-benar enak. Tidak salah kau menjadi tukang masak." komentar Tae hyung setelah menelan suapan pertamanya.
"Pekerjaanku memang memasak, tapi aku tidak senang kau menyebutnya tukang masak. Kau mengerti?" kata Jin hyung dengan sinis.
"Padahal sama saja, hyung." sahut Tae hyung.
"Lebih baik kau tidak ikut makan."
Tae hyung tersenyum masam dan memilih untuk diam. Aku yang melihatnya hanya bisa menahan senyum. Mereka itu sering seperti ini, ya?
"Ini pertama kalinya kau memasaknya di rumah. Sedang mencoba masakan baru ya, hyung?" kini Jimin hyung yang bersuara.
"Jangan-jangan kami dijadikan kelinci percobaan." kata Hoseok hyung.
"Tapi enak kok, aku malah lebih menyukai ini dari pada yang lain." Jimin hyung kembali bersuara.
"Itu masakanku, bodoh."
Serentak kami memandang Yoongi hyung yang barusan bergumam. Semuanya kecuali Jin hyung yang pasti sudah mengetahuinya dan aku yang tidak mengetahui apa-apa.
"Wah, aku tidak percaya ini." Tae hyung yang pertama bersuara setelahnya.
"Kau serius, hyung?" Jimin hyung bertanya masih dengan wajah terkejut.
"Jimin baru saja mengatakan jika dia lebih menyukai ini dari pada yang lain." itu adalah Hoseok hyung.
"Aku tidak tahu kau sehebat itu, hyung." lalu Namjoon hyung menambahkan.
Aku hanya memandang mereka dengan bingung sementara Jin hyung tersenyum tidak jelas. Yoongi hyung tidak perlu ditanya, dia tetap fokus pada makanannya. Sama sekali tidak memedulikan orang-orang yang menatapnya. Ah, aku semakin bingung saja.
"Jin hyung, kau tidak takut Yoongi hyung datang ke tempatmu bekerja lalu mendaftar menjadi chef untuk menggantikanmu?" tanya Tae hyung dengan wajah serius. Tapi melihat respon yang lain sudah dapat dipastikan jika mereka menganggapnya bercanda. Aku juga menganggap demikian.
Ah, aku baru tahu jika Jin hyung bekerja sebagai chef. Itu artinya skill memasaknya sangat bagus, kan? Aku harus belajar darinya nanti. Bagaimana pun juga aku ingin membantu dan enggan merepotkan mereka.
"Yoongi hyung, kau tidak tertarik?" tanya Tae hyung.
"Kau tidak perlu bertanya. Hidupnya itu hanya untuk musik." bukannya Yoongi hyung yang menjawab, Hoseok hyung terlebih dahulu bersuara. Hmm sepertinya Yoongi hyung memang tidak bermaksud untuk menjawab.
"Ah, hyung! Aku sudah berkali-kali memintamu membuatkan lagu untukku." tiba-tiba Jimin hyung berseru, membuat aku yang duduk di sampingnya sedikit berjengit kaget.
"Hmm." Yoongi hyung hanya menggumam tanpa ada maksud untuk menimpali ucapan Jimin hyung.
"Ah, aku dengar salah satu lagu ciptaanmu dinyanyikan oleh seorang idol terkenal. Aku yakin namamu tidak lama lagi akan dikenal banyak orang, hyung." kata Namjoon Hyung.
"Berhenti membicarakan ini."
Semuanya terdiam seketika. Suara Yoongi hyung seakan membuat kami tak bisa berkata lagi. Ah, dia sungguh menakutkan. Aku bahkan tidak berani menatapnya.
Akhirnya kami tetap diam hingga makan malam selesai. Bahkan hingga satu per satu dari kami beranjak pergi pun, tak ada yang berani membuka suara. Aku merasa sangat canggung dalam suasana seperti ini.
"Hyung, aku akan membantumu." aku yang melihat Jin hyung merapikan meja makan sendirian langsung mendekat kembali.
"Tidak perlu. Kau pergilah dengan mereka." Jin hyung langsung menolaknya.
Apa Jin hyung merasa tidak enak karena harus membuatku membantunya? Padahal aku hanya tidak ingin merepotkan mereka tanpa melakukan apapun. "Aku hanya merasa tidak berguna." gumamku.
Aku pikir itu tidak akan terdengar oleh Jin hyung. Tapi melihat dia menghentikan gerakannya kemudian memandangku membuatku yakin jika dia mendengarnya.
"Kau ini anak baik, ya. Kalau begitu bantu aku membawa semua ini ke dapur." kata Jin hyung sembari tersenyum memandangku.
"Baik, hyung."
Aku segera membawa piring-piring kotor ke dapur sementara Jin hyung mengelap meja dan merapikan kursi. Tanpa perlu disuruh aku mencuci semuanya.
Ah, lagi-lagi aku berpikir sudah berapa lama aku tidak melakukan ini. Hidupku telah hancur bertahun-tahun. Aku bahkan tidak mengingat kapan terakhir kali aku memiliki sebuah piring.
"Wah, kau sudah selesai mencuci semuanya? Gerakanmu cepat juga." tiba-tiba Jin hyung muncul dari belakangku tepat saat aku meletakkan piring yang sudah bersih di tempatnya. Aku hanya tersenyum untuk menanggapinya. Sesuatu seperti ini sering aku lakukan dulu.
"Ayo bergabung dengan yang lain. Mereka pasti sedang menonton televisi." ajak Jin hyung yang langsung ku setujui. Kami keluar dari dapur dan menuju ruang tengah, tempat semua hyungku sedang duduk memandang benda persegi dengan gambar bergerak di depannya itu. Jin hyung langsung duduk di sana dan aku ikut di sampingnya.
"Taehyung-ah, besok kau ada pekerjaan?" tanya Jin hyung kepada laki-laki yang sedang sibuk dengan ponselnya itu.
"Aku sedang mengosongkan jadwal." jawab Tae hyung tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Sedangkan aku sedang berpikir apa pekerjaannya.
"Selesai. Besok aku tidak ada jadwal." Tae hyung kembali bersuara.
"Besok bawa Jungkook jalan-jalan. Dia pasti bosan di dalam rumah terus-terusan."
Eh?! Mereka ini sedang meluangkan waktu untukku, ya? Aku bahkan baru menyadarinya. Ah, mereka baik sekali kepadaku. Seperti ini malah membuatku ingin menangis.
"Aku sudah menyiapkan tempat yang bagus untuk kita kunjungi. Kau tidak keberatan kan, Kookie?" Tae hyung bertanya kepadaku. Tunggu sebentar. Kubilang aku ingin menangis terlebih dahulu.
"Tentu, hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [END]
Fiksi Penggemar[방탄소년단 x 전정국] Jeon Jungkook harus mampu hidup sendiri sejak kecil. Dia harus bertahan dalam lingkungan baru sendirian. Begitu lama dia menderita hingga akhirnya dia menemukan para malaikat penolongnya. Namun apakah itu saja mampu untuk membuatnya me...