Bagian 29 : From being Suffocated

913 106 5
                                    

"Hyung..."

Mengapa ini terjadi lagi? Mengapa ada yang terluka lagi? Mengapa harus seperti ini?

Lihatlah sendiri! Para hyungku berkumpul di sini. Tak hanya mereka, aku pun tak bisa berhenti mencemaskan laki-laki yang kini sedang terbaring di dalam ruangan itu. Dia terluka sangat parah, aku tidak bisa menjelaskan apapun selain itu.

Beberapa menit yang lalu dokter baru keluar setelah hampir satu jam berada di ruangan dengan plat bertulis ICU itu. Laki-laki berjas putih itu menjelaskan bahwa Tae hyung sedang dalam masa kritisnya. Salah satu hyung ku itu sedang berusaha mempertahankan hidupnya di dalam sana. Sementara di sini kami sedang mengharapkan kebaikannya.

Aku berpikir apa yang menyebabkan ini terjadi? Apa yang membuat Tae hyung mengalami hal ini? Aku tidak mengerti. Aku tidak mengetahui apapun. Mengapa aku terlambat menyadarinya?

Padahal belakangan ini sudah sangat jelas jika Tae hyung bersikap aneh. Akhir-akhir ini ada banyak surat dan barang-barang aneh di studio foto Tae hyung. Jika aku tidak masuk saat mencarinya tadi, siapa pun juga tidak akan ada yang tahu. Sekarang aku tahu apa maksud isi surat itu.

To : Taehyung-oppa

Halo, oppa. Senang sekali karena kau membaca surat dariku. Aku sangat menyukaimu dan ingin terus memperhatikanmu. Tapi kau terlalu bekerja keras, beristirahatlah sejenak. Aku sangat menyukai nyanyianmu kemarin, suaramu membuatku merinding.

Jika diperhatikan sekali lagi sangat jelas jika ini bukan dari fans biasa. Tidak hanya surat ini, aku juga membaca beberapa surat yang berserakan di studio fotonya. Isinya lebih mengerikan dari pada surat ini. Di dalamnya membicarakan hal-hal yang seharusnya adalah masalah pribadi Tae hyung. Jika itu memang fans biasa, maka tidak akan se-ekstrem ini.

Sekarang aku yakin jika itu pasti sasaeng.

Tapi mengapa Tae hyung menyembunyikannya dari kami? Dia tidak belajar dari masalah Yoongi hyung? Padahal aku sangat takut jangan-jangan dia akan berakhir sama seperti Yoongi hyung. Tapi ternyata tidak, ya. Justru dia malah mengalami kecelakaan seperti ini.

Menurut beberapa saksi yang melihat langsung kejadian, ada dua orang perempuan yang mengikuti Tae hyung. Kemudian tiba-tiba salah satu dari keduanya mendorong Tae hyung ke tengah jalan yang memang tidak pernah luput dari keramaian.

Polisi sedang mencari pelakunya, tapi aku tidak terlalu memikirkannya. Aku hanya ingin Tae hyung bisa melewati masa-masa ini dan kembali bersama kami lagi. Mengenai pelaku, aku ingin hukum mengadilinya. Bagaimana pun ini terjadi karena kesalahan orang itu. Aku pun tidak ingin pelakunya lolos begitu saja tanpa hukuman.

"Sebaiknya kita pulang dulu." suara Jin hyung terdengar memecah kesunyian di antara kami. Serentak kami semua menoleh ke arahnya. Tapi di antara kami tidak ada yang ingin menyahut atau melakukan apa yang dikatakannya. Aku yakin jika Jin hyung pun tak ingin melakukan hal yang barusan dikatakannya itu.

"Hyung pulang saja, aku akan tetap di sini." tiba-tiba Jimin hyung bersuara karena tak ada yang membalas.

"Justru kau yang seharusnya pulang." tanpa menunggu lama Hoseok hyung langsung menyahut.

Aku rasa Hoseok hyung benar. Di antara kami semua, Jimin hyung yang terlihat paling menyedihkan. Aku melihatnya, wajahnya sangat pucat. Siapa yang akan berpikir jika dia baik-baik saja jika melihatnya seperti itu. Kami tidak gila dengan membiarkannya tinggal di sini sementara kami pulang.

"Kalian pulanglah! Aku yang akan tetap di sini." Jin hyung kembali bersuara. Aku rasa awalnya dia ingin memastikan jika dongsaengnya baik-baik saja. Tapi mendengar Jimin hyung masih sangat mencemaskan Tae hyung, maka Jin hyung memilih untuk menemani Tae hyung.

"Hyung, pulanglah." aku mulai membujuk Jimin hyung agar mau pulang. Tapi Jimin hyung tetap diam tak bergeming.

"Jimin-ah..."

"Kenapa, hyung?" Jimin hyung memotong ucapan Hoseok hyung begitu saja. "Taehyung-ah..." Jimin hyung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tanpa perlu bertanya pun aku tahu jika dia sedang berusaha menahan tangisnya. Aku harus mengakui jika Hoseok hyung yang paling mudah menangis. Tapi mengenai Tae hyung, Jimin hyung lah yang paling dekat dengannya. Bukan hal yang aneh jika dia sangat mencemaskan Tae hyung.

Aku mendekati Jimin hyung dan merangkulnya, melakukan apa yang sering dilakukan Jimin hyung kepadaku saat aku menangis. "Hyung, ayo pulang. Tae hyung akan sedih jika saat bangun nanti mendengar bahwa kau sakit karena terlalu memikirkannya." aku berusaha membujuk Jimin hyung lagi.

"Jungkook-ah..."

"Ne?"

Aku menunggu Jimin hyung mengatakan sesuatu lagi. Tapi ternyata dia tetap diam setelahnya. Akhirnya aku tetap diam dalam posisiku saat ini. Aku pikir Jimin hyung akan baik-baik saja, tapi ternyata aku salah. Tiba-tiba tubuhnya merosot dan nyaris terjatuh jika saja aku tidak sedang merangkulnya.

"Jimin hyung?"

Aku sengaja menjatuhkan diriku sambil tetap merangkul tubuh Jimin hyung. Saat aku memeriksanya Jimin hyung telah menutup matanya.

"Ada apa?" Jin hyung bertanya dengan nada panik saat melihat apa yang terjadi barusan.

"Hyung... Hyung, lakukan sesuatu!" aku bersuara setelah sempat terpaku karena terkejut.

Tepat setelah aku bersuara Hoseok hyung langsung pergi dengan cepat, aku rasa memanggil dokter atau siapapun yang bisa membantu. Sedangkan Jin hyung berjongkok di hadapanku lalu memeriksa Jimin hyung.

"Jimin-ah?! Jangan main-main!" aku dapat mendengar gumaman Jin hyung dan melihat wajah paniknya saat itu.

"Bawa ke ruang pemeriksaan."

Kami langsung menoleh begitu mendengar suara itu. Barusan yang memberi perintah adalah seorang dokter yang datang bersama Hoseok hyung dan beberapa perawat. Melihatnya saja sudah membuatku sedikit menghela nafas lega.

Perawat itu mengambil alih Jimin hyung dariku dan bergerak cepat menuju ruangan yang diucapkan oleh sang dokter. Aku dan kedua hyungku mengikuti mereka dengan cepat. Tapi kami harus tertahan di luar ruangan saat dokter memeriksa kondisi Jimin hyung.

Ah, ada apa lagi ini? Apa tidak cukup Tae hyung hingga Jimin hyung juga harus menjadi seperti ini?

Aku menyandarkan tubuhku ke dinding berwarna putih bersih itu. Tanpa sadar setetes air mata meluncur dari pelupuk mataku dan mengalir deras setelahnya. Maafkan aku, tapi aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Jungkook-ah..." Hoseok hyung yang melihatku menangis langsung memelukku dengan erat. "Ini berat, ya. Kau boleh menangis, kok." bahkan suaranya juga terdengar bergetar di telingaku. Hyungdeul juga sangat cemas, kan.

Kenapa ini harus terjadi? Kenyataan ini terasa mencekikku. Ini begitu menyakitkan. Mengapa aku harus menghadapi semua ini? Mengapa para hyung harus mengalami masalah ini?

Mengapa takdir begitu kejam kepadaku? Tolong katakan mengapa!

Save Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang