Bagian 14 : You Will Save Me Tonight

1.5K 176 14
                                    

"Aku jadi mengingat diriku sendiri."

Aku sedikit menolehkan kepalaku ke arah Jimin hyung yang ada di belakangku. Dia sedang mendorong kursi roda ku menuju kamar. Kalian pasti tahu kan apa yang terjadi padaku setelah Seo-Joon hyung datang.

"Apa kau sering cedera, hyung?" tanyaku sebiasa mungkin.

"Tidak juga. Tapi aku pernah mengalami komplikasi dislokasi." kata Jimin hyung. "Itu sakit sekali. Aku tidak menyadarinya lebih cepat dan akhirnya aku tidak bisa berjalan selama berminggu-minggu." lanjutnya.

"Ah, hyung..."

"Yang lebih membuatku kesal adalah karena tidak ada seorang pun yang peduli padaku." kata Jimin hyung lagi.

"Apa para hyung tidak..."

"Ah, tidak. Bukan itu maksudku." Jimin hyung buru-buru memotong ucapanku dengan dibumbui tawa kecil. "Saat itu aku masih bersama keluargaku." ucapnya kemudian.

"Pasti sulit sekali." gumamku.

"Aku meremehkan sakitnya dan tidak ada yang memperhatikan bahwa kakiku cedera. Karena itu terjadi komplikasi. Ah, kenangan yang buruk." ujar Jimin hyung sembari membantuku bangun dari kursi roda dan duduk di tempat tidur.

"Kau hebat sekali bisa menghadapinya sendirian, hyung." ucapku dengan jujur. Jika itu aku, apa aku sanggup? Seperti ini saja rasanya sangat menderita. Ah, sepertinya aku sudah melupakan penderitaan ku sebelum bertemu Jimin hyung dan yang lainnya.

"Aku sadar jika aku tidak peduli pada diriku sendiri, maka tidak akan ada yang peduli padaku."  kata Jimin hyung sembari tersenyum. Wah, aku masih heran kenapa senyumnya imut sekali. Aku sebagai maknae merasa terancam.

"Aku ingin kuat seperti mu."

"Kau kan memang kuat, Kookie." kata Jimin hyung cepat. "Tapi jangan berpura-pura kuat di hadapan kami, ya." lanjutnya.

Ah, bagaimana ya, hyung? Aku hanya tidak ingin selalu merepotkan kalian. Jika aku membutuhkan bantuan, aku pasti akan mengatakannya kepada kalian. Tapi jika hanya seperti ini, rasanya aku malah menambah beban kalian.

Aku tidak pernah menyangka akan merasakan ini lagi. Kapan terakhir kali aku melihat wajah Jung hyung? Ah, maaf. Jika kalian tidak tahu, nama kakak kandungku adalah Jeon Jung Hyun. Dia sangat baik kepadaku. Dia juga yang selalu merawatku sejak orang tua kami meninggal.

Aku selalu merasa bisa melewati semuanya jika bersama dengannya. Tapi sayang, Jung hyung harus merelakan nyawanya untuk melindungiku saat kecelakaan bus beberapa tahun yang lalu. Jika bukan karena menghargai pengorbanannya, aku sudah lama mengakhiri hidupku sendiri. Lagi pula sangat menyedihkan hidup sebatang kara tanpa seorang teman.

Aku sejak saat itu hanya seorang anak kecil yang tidak bisa melakukan apapun. Gelandangan sepertiku dibenci oleh siapapun dan tidak akan diterima di mana pun aku berada. Karenanya aku tidak pernah menetap di suatu tempat. Aku harus pergi ke sana-sini untuk bisa mempertahankan hidupku.

Sebenarnya aku lelah hidup saat itu. Aku ingin pergi saja menyusul kedua orang tua dan kakakku. Tapi aku tetap saja tidak berani mengkhiatani pengorbanan Jung hyung. Aku tahu dia ingin aku tetap hidup.

"...maaf ya, Kookie. Seharusnya aku bisa menjagamu. Kau harus tetap hidup, ya. Aku tidak akan benar-benar meninggalkanmu. Karena itu tolong jangan pernah menyerah. Kau masih memiliki kesempatan."

Itu kata Jung hyung sesaat sebelum dia menutup matanya dan kemudian tidak pernah mau membukanya lagi seberapa keras pun aku memanggilnya. Aku masih mengingatnya dengan begitu jelas meskipun waktu telah berlalu hingga bertahun-tahun.

Terkadang aku berpikir mengapa hanya aku saja yang masih bisa bernafas. Mengapa hanya aku yang masih bisa tinggal di dunia ini. Aku kesepian selama ini, sangat menderita. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu.

Mungkin jika aku mati saat itu, aku tidak akan merasakan penderitaan yang berlarut-larut. Aku lelah. Sungguh aku lelah. Meskipun aku menemukan beberapa orang baik pun, sungguh aku lelah. Aku tidak bisa merasakan hidup meskipun aku masih bernafas. Meskipun jantungku masih berdetak.

Lalu apa aku masih bisa dikatakan hidup?

Aku selalu memikirkannya saat itu. Apa aku masih pantas hidup? Bahkan aku tidak berpikir jika aku bisa bertahan meskipun aku tidak bunuh diri. Aku menderita, sangat.

Tapi seakan takdir sedang berbaik hati kepadaku, saat ini aku berada di sekitar orang-orang yang baik. Mereka menjagaku dengan tulus, aku bisa merasakannya. Tapi penderitaan ku dulu masih terekam jelas di ingatanku. Dan itu terasa sangat menyakitkan.

"Hiks..." aku bahkan tidak menyadari jika cairan bening itu telah meluncur bebas dari pelupuk mataku. Aku berusaha mengusapnya, tapi tak berhenti juga.

"Kenapa kau menangis?" Jimin hyung menyadarinya tepat saat itu.

"Aku... baik-baik saja, hyung." aku berusaha untuk berbicara normal. Tapi itu sangat sulit, suaraku terdengar bergetar bahkan di telingaku sendiri.

"Sudah kubilang, jangan berpura-pura kuat. Apa itu sakit?" tanya Jimin hyung sembari melihat kakiku yang kini dibebat.

"Tidak, hyung. Itu tidak sakit."

Hening sebentar. Sejenak hanya isakan lirihku yang terdengar. Sementara aku sedang sibuk mengusap mataku yang terus mengalirkan cairan bening itu tanpa bisa dicegah.

"Jungkook-ah, dengarkan aku!" Jimin hyung menangkup kedua sisi wajahku, membuatku mau tak mau harus menatapnya. "Aku bisa mendengarkan ceritamu. Kau tidak bisa memendamnya sendirian, itu menyakitkan. Kau harus lebih terbuka kepada kami. Sekarang kami adalah hyungmu. Seharusnya kau mempercayai kami." ucapnya.

Aku tak tahu harus melakukan apa. Aku segera mengusap air mataku dengan sedikit kasar. Aku tidak bisa terus-terusan menjadi cengeng seperti ini. Aku membuat hyung ku semakin mencemaskanku.

"Kau selalu saja seperti ini."

Jimin hyung menarik tubuhku dengan lembut lalu membawaku masuk ke dalam pelukannya. "Aku tidak tahu masalah apa yang kau hadapi dulu. Aku juga tidak akan memaksamu menceritakannya. Tapi jika kau lelah, kau bisa menangis. Biarkan aku melakukan ini. Setidaknya itu membuatku merasa lebih tenang." dia menepuk-nepuk punggungku dengan pelan.

"Kau boleh menangis kapanpun. Aku tahu kau lelah. Tapi jangan tenggelam dalam kesedihan, ya." aku dapat mendengar suara Jimin hyung sedikit bergetar.

Ah, dia ini terlalu baik. Hyung ku terlalu baik. Mereka terlalu baik. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas mereka yang baik ini dengan sesuatu yang lebih baik.

Tapi aku menyayangi mereka.

Save Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang