Bagian 20 : You're the Only Thing I Have

1.4K 177 8
                                    

"Aku baik-baik saja, hyung. Sudahlah."

Ketika aku menoleh ke arah sumber suara karena penasaran, aku melihat Jimin hyung dan Hoseok hyung sedang berjalan masuk ke dalam ruang rawat ku.

"Halo, Jungkook-ah." Jimin hyung tersenyum kepadaku kemudian menoleh ke arah Yoongi hyung yang sepertinya sedang tidur di sofa. "Sejak kapan Yoongi hyung tidur di sana?" tanyanya kemudian.

"Aku bahkan tidak tidur."

Aku tersentak kaget ketika mendengar suara Yoongi hyung. Ketika aku menoleh, ternyata dia memang telah membuka matanya. Aku tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Aku pikir dia benar-benar tidur.

"Kau mengejutkanku, hyung." kata Jimin hyung mendahului aku yang juga ingin mengatakan itu.

"Kau benar-benar tidak tidur sedari tadi, hyung?" tanyaku memastikan. Pasalnya sedari tadi dia terus memejamkan matanya dan tidak bersuara sedikitpun. Aku benar-benar berpikir jika dia tidur.

"Aku sedang berpikir." jawab Yoongi hyung malas.

"Kau selalu beralasan seperti itu, hyung. Kau pikir aku tidak tahu jika kau tidur?" kata Jimin hyung lagi.

"Terserah."

Jimin hyung sempat berdecak kesal sebelum kemudian dia berjalan kembali dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang. Sementara Hoseok hyung langsung duduk di samping Yoongi hyung.

"Kau baik-baik saja, hyung?" tanyaku tepat setelah Jimin hyung duduk.

"Kau tahu juga, ya? Aku baik-baik saja sekarang. Kurasa aku hanya kelelahan." jawab Jimin hyung tanpa harus berpikir dua kali. Jawabannya itu sama seperti apa yang dikatakan para hyung tadi.

"Apa belakangan ini kau sibuk, hyung?

"Tidak juga. Hanya saja ada beberapa masalah."

Aku terdiam sejenak. Jadi Jimin hyung sedang ada masalah? Aku tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapinya, tapi setidaknya aku ingin mengerti apa yang dipikirkannya.

"Kau bisa menceritakannya kepadaku, hyung. Aku ini pendengar yang baik, lho." aku mencoba tersenyum meskipun agak samar. Rasanya sedih ketika melihat Jimin hyung seperti ini. Dia bahkan terlihat tidak bisa jujur pada dirinya sendiri, apalagi kepada orang lain. Mengapa dia harus menanggung masalahnya sendirian?

"Wah, Kookie. Kau mencemaskanku, ya? Kau manis sekali." Jimin hyung tersenyum lagi. Tapi semakin sering dia tersenyum, aku merasa jika masalahnya terlalu rumit untuk dibagi. Dia berada dalam masalah seperti apa?

Dia ini selalu menyembunyikan masalahnya dan tidak mau membicarakannya kepada orang lain, ya? Kenapa pula dia terus mengalihkan pembicaraan? Aku hanya ingin mengetahui sedikit tentang masalahnya. Siapa yang tahu jika ternyata aku bisa sedikit membantunya?

"Karena kau sudah tahu, mengapa kau tidak mengatakannya agar aku tidak cemas lagi, hyung?" aku mengembalikan pembicaraan awal meskipun Jimin hyung telah memilih topik yang tidak mencolok untuk mengalihkannya.

Ketika aku memandangnya, Jimin hyung menampakkan ekspresi yang benar-benar berbeda dari pada sebelumnya. Meskipun dia langsung memalingkan wajahnya, tapi aku masih sempat melihat gurat putus asa di sana.

"Lupakan saja, Jungkook-ah. Aku masih bisa menyelesaikannya sendiri. Aku masih tidak perlu merepotkanmu." kini wajah Jimin hyung bahkan tidak menjelaskan ekspresi apapun saat dia berbicara.

Ketahuilah, hyung. Sikapmu yang seperti ini membuatku menjadi sangat mencemaskanmu.

"Ah, kau sudah meminum obatmu?"

Ck, lagi-lagi Jimin hyung mengalihkan pembicaraan. Aku bahkan sudah melupakan fakta bahwa aku sendiri sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Saat ini aku lebih mencemaskan dia yang tetap terlihat sedang dalam masalah rumit meskipun dia tak berencana untuk membicarakannya.

"Yoongi hyung, kapan terakhir kali Jungkook meminum obatnya?" nampaknya karena aku tidak terlihat akan menjawab pertanyaannya, Jimin hyung beralih bertanya kepada Yoongi hyung yang entah kenapa sedang berdebat dalam diam dengan Hoseok hyung.

Tunggu sebentar! Apa aku baru menyebut berdebat dalam diam? Aku rasa itu agak salah. Aku harap kalian memberiku waktu untuk memikirkan ungkapan yang lebih tepat. Jadi tolong tunggu sebentar, ya.

Hmm... Aku yakin jika Yoongi hyung sedang mendebatkan sesuatu dengan Hoseok hyung. Tapi karena sedari tadi aku bahkan tidak mendengar suara mereka, jadi aku menyebutnya berdebat dalam diam. Ah, mungkin lebih tepat jika disebut berdebat dengan sedikit berbisik? Terserahlah. Karena aku sudah menjelaskan situasinya, maka kalian pasti mengerti kan?

Baiklah, kembali ke Jimin hyung yang sedang menunggu jawaban dari Yoongi hyung. Laki-laki berwajah putih pucat yang sedang ditatap itu tidak menampilkan ekspresi apapun setelah menoleh ke arah Jimin hyung. Aku menjadi ragu apakah Yoongi hyung bisa merubah ekspresi wajahnya atau tidak. Baiklah, aku tahu jika itu tidak penting.

"Tanyakan saja kepada Taehyung."

Jimin hyung nampak terdiam sebentar setelah mendengar jawaban dari Yoongi hyung. "Ne, hyung? Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti. Tentu saja kenapa Yoongi hyung tidak menjelaskannya saja?

"Tadi pagi, hyung. Saat itu aku sedang bersama Tae hyung." aku yang akhirnya menjawab karena tidak tega melihat wajah kebingungan Jimin hyung. Aku tidak tahu Yoongi hyung memang enggan menjelaskan atau dia sengaja mengerjai Jimin hyung. Tapi jika dia ingin mengerjai Jimin hyung, maka dia berhasil. Tunggu dulu! Apa Yoongi hyung pernah mengusili orang lain? Aku bahkan belum pernah melihatnya. Atau jangan-jangan aku yang tidak pernah menyadarinya?

Baiklah, lupakan saja. Mengapa belakangan ini aku sering sekali membicarakan Yoongi hyung? Sepertinya sikapnya yang dingin itu membuatku ingin menghujat dirinya di hadapan kalian semua. Bagaimana menurut kalian? Dia memang menyebalkan, aku benar kan?

"Oh?! Apakah tidak ada yang mengantarkan obat? Bukankah seharusnya kau sudah meminum obatmu lagi?" tanya Jimin hyung setelah melirik jam dinding.

Aku ikut melihat jam dinding untuk memastikannya. Ah, sudah pantas jika Jimin hyung tidak mengetahui jadwalku meminum obat. Dia kan tidak muncul di sini lagi dalam waktu yang cukup lama. Setelah aku siuman, dia sudah harus segera bekerja. Bagaimanapun dia mengambil libur selama dua hari padahal di tempatnya bekerja ada banyak anak yang harus dilatih. "Seharusnya masih setengah jam lagi, hyung." aku menjawab pertanyaannya tadi.

"Benarkah? Aku bahkan tidak mengetahuinya." katanya sembari menampilkan senyum penyesalannya. Padahal itu kan bukan salahnya. Aku yang membuat mereka repot, kenapa Jimin hyung yang menyesal?

Tapi ketika lagi-lagi melihat dia tersenyum membuatku kembali mencemaskannya. Hanya bibirnya saja yang tersenyum, aku tahu itu. Entahlah. Tapi aku mencemaskannya. Bagaimanapun dia dan hyung yang lain sangat baik padaku. Aku berhutang banyak kepada mereka. Itu membuatku selalu merasa jika aku ini terlalu merepotkan mereka.

Di saat seperti ini... saat mereka terlihat dalam masalah aku hanya bisa diam. Aku sangat tidak berguna. Aku hanya bisa mencemaskan mereka tanpa bisa membantu. Padahal mereka sangat berarti bagiku. Tentu saja. Mereka kan satu-satunya hal yang kumiliki di dunia. Setidaknya untuk saat ini.

***

Aku baru sadar ternyata masih sering update. Bener bener pengen nulis terus kalo liat masih ada yang baca. Aku jadi menelantarkan tugas sekolah dan malah nulis fanfic ini. Terima kasih karena masih setia mendukung. Aku terharu lho

13 Januari 2020
Tertanda,

SitiAzizah903

Save Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang