delapan belas

4.2K 339 34
                                    

- Update 31-12-2019 -

#newstory
#dilarangplagiat
#janganlupavotedancomment

HAPPY READING......

🍁🍁🍁

Author pov

Air mata gadis itu terus saja mengalir dengan deras, menolak untuk berhenti mengeluarkannya. Hati dan pikirannya sudah lelah, tapi matanya masih saja mengeluarkan air mata yang sudah hampir kering. Serapuh ini Valle, sebelumnya dia tidak pernah merasakan sakit hati sedalam ini.

"Valle, udah dong.. lo habis keluar sama si Devandra itu kenapa jadi nangis gini?" Jorji yang duduk di samping Valle merasa sedikit khawatir, karena Valle dari tadi tidak berbicara sama sekali.

"Coba lo cerita sama gue, kenapa?" Tanya Jorji. Valle masih tetap diam, dia menenggelamkan wajahnya di bantal yang sudah basah karena air mata.

Jorji semakin merasa panik dan kebingungan, dia tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, Jorji memutuskan untuk keluar dari kamar dan memanggil seseorang yang bisa menenangkan Valle.

••••

Sementara di tempat lain, Kevin sedang merenung di tempat tidurnya. Dari tadi dia terus saja melamun, memikirkan sesuatu.

"Vin, lo kenapa sih? Dari tadi ngelamun mulu? Main pubg yok!" Rian yang duduk di tempat tidurnya sendiri juga kebingungan dengan diamnya Kevin.

"Gak ah, lo aja. Gak mood gue." Jawab Kevin gusar.

"Tumben lo gak mood? Kenapa, cerita sama gue."

"Wegah! Kalo gue cerita sama lo, yang ada gue di gas mulu. Bukannya ada solusinya."

"Yaa kalo itu lo nya emang goblok, bukannya gue gak punya solusi."

Kevin tiba-tiba melempar bantal tepat mengenai wajah Rian, "lambemu!!" Protesnya.

Kevin dan Rian sama-sama diam, hingga ada seseorang yang mengetuk pintu kamar mereka.

"Lurrr bukakk lurrr!! Mainnn yokkk!!!" Teriak Fajar dari luar kamar, membuat Rian bangkit dan membukakan pintu.

Rian membuka pintu, "berisik lu Jar!" Gerutunya dan mempersilahkan Fajar masuk.

"Berisik-berisik gini, banyak followersnya hahaha." Ujar Fajar terkekeh, kemudian duduk di samping Kevin.

Rian melempar tissue bekasnya tadi pada Fajar, "sombong lu! Cuma banyakan lu berapa biji aja sombong." Serunya.

"Yeee berapa biji itu berharga bro! Meskipun cuma hal kecil kayak gitu, tapi berharga banget. Tanpa mereka, kita gak akan bisa seterkenal ini, tanpa mereka juga, kita gak akan bisa dapetin semangat lebih. Jangan diliat dari dikit banyaknya, yang perlu diliat tuh seberapa berharganya mereka buat kita."

"Lo bener. Sama kayak hati, yang diliat bukan dari gambar doang, tapi juga diliat dari ketulusannya dan seberapa berharganya." Ucap Rian yang matanya terus melirik ke arah Kevin.

"Ah berisik lo pada! Bahasan lu random semua!! Pusing gue!" Kevin bangkit dari tempat tidur, mengambil jaket hitamnya dan pergi keluar dari kamar.

Dia akan semakin pusing jika terus di dalam kamar, dan Kevin sepertinya butuh hiburan. Akhirnya, Kevin memutuskan untuk pergi jalan-jalan sekedar mendinginkan pikiran.

"Kakk! Kak Kevin! Tunggu!!"

Langkah Kevin terhenti saat ada seseorang yang memanggil namanya, dia membalikan badan.

Kode - Kevin Sanjaya - Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang