"Manusia hanya mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan yang terjadi di saat ini.
Tapi untuk satu detik berikutnya... semua adalah rahasia.
Ketika kejadian saat ini menjadi masa lalu, dan masa depan menjadi saat ini...
Maka semua rahasia itu akan terungkap dengan sendirinya"
Kalimat tersebut adalah satu-satunya kesimpulan yang dapat aku pikirkan setelah menilik semua kejadian yang terjadi.
Kalian tahu, ada suatu hal yang ingin aku ceritakan pada kalian tentang sebuah kisah yang tercipta jauh sebelum kisah yang kalian baca terjadi.
Rahasia yang paling awal Tuhan sembunyikan dariku.
Rahasia tentang Shin Miran.
Sebuah titik awal dimana garis takdir digambar.
Sebuah titik awal yang menjadi kilas balik tentang jawaban yang harusnya sudah diketahui sejak semua dimulai.
Dan aku harap kalian akan menyukai kisahnya.
Walau kisah ini sebenarnya cukup membosankan.
Namun aku rasa cerita lama ini tetap memiliki daya tariknya sendiri.
Jadi apakan kalian mengijinkanku untuk memulai ceritanya sekarang?
Kalau begitu bersiaplah dan simak dengan baik sebab kita akan terbang jauh mundur memutari waktu.
Mungkin sekitar lebih dari belasan tahun yang lalu.
Karena semua berawal ketika aku pergi ke Changsha-Hunan, China.
Tepatnya ketika hawa dingin mulai semakin menyengat sebab musim gugur kembali datang untuk mencoba memeluk sebagian sisi dari wilayah bumi.
**
"Selamat sore Presdir" itu adalah saapan kedua yang aku dengar dari Pak Lee dalam satu hari ini.
Pria berambut rapi tersebut tersenyum sembari membukakan pintu mobil bagian belakang.
Pak Lee terlihat semakin lelah dari hari ke hari, namun salutnya dia tetap berusaha menyembunyikan semua itu dalam lengkungan senyum dan sapaan hangat bernada lembut.
Aku sedikit meringis miris saat melihat kantung mata Pak Lee mulai bertambah hitam karena terus menemaniku lembur selama berminggu-minggu untuk berkutat dengan serangkaian pekerjaan yang mengejar-ngejar seperti anjing pemburu yang minta diberi makan.
Menggonggong-gonggong liar dan ganas.
Terkadang di satu sisi aku merasa hidup layaknya seorang penghutang yang harus bekerja keras guna menyumpal mulut para rentenir.
Membanting tulang lengkap dengan peluh yang bercucuran hanya demi membayar bunga hutang yang justru tumbuh subur dan tak ada habisnya walau dibabat sekuat tenaga.
Argh! Pekerjaan ini benar-benar membuatku muak dan jengah.
Semua ini sangat melelahkan!
Aku bahkan tak bisa membedakan apakah simpul dasi yang tergantung di leher ini merupakan bukti drajad tinggi ataukan hanya jerat tali yang mencekik perlahan.
Tubuhku rasanya hampir remuk karena otak yang terus dipaksa aktif.
Ini adalah momen dimana secangkir kopi pekat tak lagi memiliki arti.
Karena yang aku dan Pak Lee butuhkan adalah waktu istirahat yang benar.
Tidur diatas kasur tanpa beban dalam pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manage your Manager (EXO FANFICTION)
FanfictionMengurus satu bocah laki-laki saja terasa begitu merepotkan apalagi jika harus mengurus 12 namja sekaligus? Pusing? Jelas iya. Stres? Jangan ditanya lagi. Hampir tak pernah ada ketenangan dalam dorm exo setiap harinya. Kalian bisa bertanya langsung...