Punya kamu

384 23 0
                                    

Arsyad memberhentikan motor nya di depan pedagang nasi goreng pinggir jalan. Menarik tangan Ayesha lembut menuruni motor dan membawanya duduk disalah satu kursi yang disediakan.

"Mau ga ay? Gue laper." Tanya Arsyad.

"Boleh." Arsyad memesan dua porsi nasi goreng tanpa perlu bertanya lagi pada Ayesha nasi goreng apa yang ia mau. Cukup tau kesukaan Ayesha membuat nya peka tanpa perlu bertanya.

"Pulang kuliah syad?" Ayesha bertanya pada Arsyad yang sedang fokus pada hp.

"He'em. Lagi banyak kegiatan ay. Pingin cepet lulus rasanya." Arsyad mengeluh dan menatap Ayesha yang duduk disamping nya. "Pingin cepet lulus, kerja, terus nikah ay."

"Masih harus nunggu berapa tahun lagi tuh. Sabar ya." Ayesha tersenyum membalas tatapan Arsyad.

"Sama lo tapi." Ayesha diam mendengar ucapan Arsyad. Arsyad tau jika Ayesha tidak mengerti apa yang ia ucapkan, ia mengulang lagi ucapannya.

"Kita temen kan?." Ayesha menganggukan kepala nya pelan.
"Lo bilang kita bisa jadi temen selamanya kan?" Lagi, Ayesha mengangguk.
"Temen hidup selamanya ya Ay hehe. Tunggu gue berjuang. Gue harap kita berjodoh." Arsyad mengelus pelan puncak kepala Ayesha saat wanita didepan nya itu terdiam tak merespon.

Tak lama pesanan mereka datang. Arsyad memberikan nasi goreng milik Ayesha dan menyuruh untuk segera menghabiskan. Ayesha yang masih terdiam berfikir maksud ucapan Arsyad pun melirik sebentar Arsyad sebelum mengambil sendok dan menyantap nasi goreng milik nya.

***

Ke esokan harinya, Ayesha berangkat menggunakan motor. Saat hendak keluar dari pekarangan rumah, datang 2 motor dari arah berlawanan berhenti tepat didepan Ayesha.

Arsyad dengan motor besar nya dan Arkan dengan vespa maticnya. Mereka berdua turun bersamaan, lalu melangkah menuju Ayesha yang berdiam menatap mereka.

"Ay, kaga usah bawa motor. Abang Gans mau ngajak nonton film entar sore, biar sekarang gue anterin lo kerja. Oke?" Arkan berbicara dengan cepat saat melihat Arsyad akan berbicara.

"Mau nolak juga pasti maksa. Ya udah deh." Ayesha kembali menyimpan motor nya dan berjalan berdiri didepan Arkan.

"Lo mau ngapain? Disini ga ada bulan." Arkan berbicara dengan nada ketus nya pada Arsyad.

"Mau nganteri Ayesha tapi keduluan sama dugong. Ya udah deh apa boleh buat. Yang lebih Gans ngalah." Arsyad membungkukkan badannya mengejek Arkan. Yang akhir nya mendapat sebuah pukulan kecil dikepala dari Arkan.

"Ay, tadinya mau jemput tapi keduluan dugong ya udah cukup ngucapin morning cecans. Semoga hari mu menyenang kan. Bye." Arsyad membalik badannya berjalan menuju motor untuk kembali pulang, karna hari ini dosen nya tidak masuk jadi untuk apa ia ke kampus kan.

Namun saat akan menstarter motornya Ayesha berlari dan memegang tangan Arsyad. Mengangkat tangan kirinya lalu menyodorkan sebuah hand bag pada Arsyad, namun tak kunjung di terima.

"Punya kamu. Udah aku isi juga. Makasih." Ucap Ayesha menyodorkan paksa hand bag itu yang akhir nya Arsyad terima.

"Ini punya lo." Arsyad berbicara sesudah melihat isi hand bag yang ternyata ada tupperware dan botol minum biru muda yang kemarin ia berikan pada Ayesha.

"Itu punya kamu kok. Kemarin kamu ngasih ke aku." Balas Ayesha sambil mengangkat alis nya.

"Itu punya kamu. Kamu pernah ngasih aku nasi goreng dan jus alpukat waktu kelas 3 SMA. Tepat nya setelah ujian praktek renang semester 5." Arsyad kembali turun dan mengembalikan pada Ayesha.

Ayesha terdiam teringat dengan kenangan yang Arsyad ucapkan. Yah ia baru ingat, jika tupperware dan botol minum itu milik nya. Tapi ia lupa dan tak sadar jika sampai saat ini belum Arsyad kembalikan.

"Aah iya. Baru inget." Ayesha menatap Arsyad datar. Tatapan yang Arsyad hindari dari seorang Ayesha. "Buat kamu aja. Itu udah ada isinya juga dan emang berniat buat ngasih kamu kok. Aku duluan." Ayesha menarik tangan Arkan yang sedari tadi diam memperhatikan mereka berdua.

Arkan hanya menurut dan mengikuti alur yang Ayesha ingin kan. Mereka berdua pergi meninggalkan Arsyad yang masih berdiri di depan rumah Ayesha dengan memegang hand bag yang Ayesha berikan tadi.

Menghela nafas pelan, membalikkan badan nya dan langsung kembali pulang dengan mengendarai motor nya di atas rata-rata.

Sampai dirumah, Arsyad langsung menaiki tangga tak mengindahkan panggilan dari ibu nya. Menutup pintu dan mengunci nya ganda ia menghampiri sofa disamping jendela dan merebahkan badan nya.

Ia selalu merasa lelah seakan menyerah setiap melihat tatapan dingin Ayesha. Ia ingin berjuang, tapi susah susah gampang memperjuangkan seorang Ayesha. Ayesha itu berbeda dari wanita pada umum nya. Fikiran nya agak sulit untuk di tebak, apalagi hati nya yang pernah ia tolak hanya karna status teman.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang