Firasat (1)

282 15 3
                                    

"Kamu tau ga syad?" Tanya seorang gadis yang duduk didepannya dengan segelas jus mangga.

"Gak."

"Ayesha tuh suka sama kamu." Jelas gadis itu membuat Arsyad tersedak mie ayam yang sedang ia kunyah. "Makannya selow aja, ga akan aku minta kok."

"Yolanda!" Ucap Arsyad sedikit geram pada Yolanda yang terkekeh mengejeknya.

"Tapi aku serius. Bahkan mungkin perasaannya itu lebih dari suka."

"Hm."

"Kamu tau ga syad? Kamu itu cinta pertamanya Ayesha. Meskipun berkali-kali kamu sakitin hati dia pasti bakal tetep berlabuh buat kamu."

"Berhenti ngomong Yolanda."

"Aku serius ini."

"Dan aku juga serius Yol."

"Oke. Jangan nyesel kalo Ayesha direbut orang" Yolanda bangkit dari duduknya menatap Arsyad "Segimanapun kamu nyakitin dia, dia bakal nerima kamu kembali syad. Percaya. Dia bakal terima kamu asal kamu sungguh-sungguh tunjukin kalo kamu punya perasaan yang sama. Itu juga kalo dia belum bersanding sama laki-laki itu tuh." Yolanda menunjuk Arkan yang berdiri bersama Ayesha didepan pedagang baso tahu, yang sialnya Arsyad mengikuti arah yang ditunjuk Yolanda.

"Penyesalan diakhir, kalo diawal namanya pendaftaran haha!" Yolanda berlari meninggal Arsyad yang sukses ia buat kesal.

Deg.

Arsyad membuka matanya tersentak, langsung duduk dan mengusap wajahnya gusar. Melihat jam menunjukkan pukul 02.15 dini hari, ia menyentuh dadanya yang berdegub kencang. Mimpi tentang hal yang pernah ia alami, masa SMA. Ia ingat, waktu itu ia sudah duduk dibangku kelas 2 dan masih berpacaran dengan Rinata, hubungannya dengan Ayesha pun sudah mulai merenggang. Menutup matanya sebentar, sebelum ia bangkit menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Jika perjuangan ia terbatas karna status Ayesha yang sekarang menjadi pacar Arkan, ia akan memperjuangkan Ayesha dengan do'a.

***

Arkan berdiri didepan gerbang masuk universitas tempat Arsyad kuliah. Ia memiliki firasat yang tidak enak entah kenapa sangat ingin menemui Arsyad. Setengah jam orang yang ia tunggu kini terlihat datang menggunakan motornya. Merentangkan kedua tangannya, Arkan menghalangi Arsyad yang akan melewatinya begitu saja.

"Lo mau mati?!" Ucap Arsyad pada Arkan yang hanya dibalas cengiran khas Arkan.

"Jangan dulu lah belum nikah sama Ayesha nih."

"Serah lo, minggir gue mau lewat." Ucap Arsyad dingin pada Arkan membuatnya juga menatap Arsyad dingin.

"Ada yang mau gue bicarain ke lo."

"Gue sibuk!"

"Sebentar. Sebentar aja."

Arsyad yang melihat raut serius diwajah Arkan pun mengangguk setuju dan mengajaknya untuk minum dicaffe dekat situ yang disetujui oleh Arkan. Tak lama mereka sudah sampai dicaffe dan duduk dikursi pojokan caffe. Ini masih pagi sekitar pukul 8, belum banyak pengunjung yang datang sehingga cukup hening untuk mereka berdua yang sepertinya benar, Arkan akan membicarakan sesuatu yang penting.

"Gue tau lo suka diem-diem merhatiin gue sama Ayesha kan?" Tanya Arkan yang hanya dibalas tatapan datar dari Arsyad. "Gue ga tau apa yang bakal terjadi tapi gue punya firasat ga enak. Boleh gue minta tolong ke lo? Kalo terjadi sesuatu sama hubungan gue dan Ayesha gue harap lo ada disampingnya untuk merangkul serta menghiburnya." Lanjut Arkan.

"Emang lo mau kemana? Koid?"

"Lo kayanya berharap banget gue mati!" Arkan berucap dengan kesal dan menujuk Arsyad menggunakan garpu yang ia pakai untuk memakan kentang gorengnya.

"Siapa tau kaya dinovel-novel. Kalo tokoh utama punya firasat buruk kan biasanya terjadi kecelakaan bahkan meninggal, ya sapa tau hidup lo kaya dinovel-novel yang suka Ayesha baca." Ucap Arsyad sinis

"Gue adalah tokoh utama dihidup gue, begitu juga lo yang menjadi tokoh utama di hidup lo. Kalo bahas novel sama aja kaya bahas hidup. Kita ga tau apa yang bakal author lakuin ke para tokoh yang ia buat hidup dalam novelnya, begitu juga tuhan. Yang kita jelas ga tau bakal ngelakuin apa pada pada umatnya." Arkan menjeda omongannya dengan memasukkan kentang goreng kedalam mulutnya. "Gue sayang banget sama Ayesha, dan itu sejak dulu. Tapi gue ga akan selalu bisa ada disampingnya, ditambah gue punya firasat ga enak yang gue rasa bakal nyakitin hatinya. Gue minta lo ada disaat itu, gue cuma bisa minta tolong ke lo yang gue tau kalo lo udah sadar dengan perasaan lo yang sebenernya ke Ayesha selama ini. Gue harap lo mau bantuin gue." Arkan berdiri dan berlalu meninggalkan Arsyad yang masih terduduk menatapnya dengan berbagai fikiran berkecamuk diotaknya.

***

Saat pulang menemui Arsyad, Arkan melanjutkan pergi menuju kampusnya untuk berkuliah yang memang ada jadwal hingga sore nanti, tapi  tadi ia sudah keluar dari pekarangan kampus setelah matkul bisnis selesai pukul 11 saat papahnya meminta ia untuk pulang saat itu juga. Katanya ada yang ingin dibicarakan. Kini Arkan sedang berjalan memasuki rumah, hatinya semakin berkecamuk tidak enak entah kenapa. Ia melihat ruang tamu yang biasa hening kini terlihat ada beberapa orang duduk berbincang bersama kedua orangtuanya.

"Assalamualaikum." Arkan menyalami tangan kedua orangtuanya dan sepasang suami istri yang tadi berbincang dengan kedua orangtuanya, namun tatapannya terhenti saat melihat seorang gadis yang duduk disamping mereka.

"Sini duduk nak." Panggil mamah Arkan yang langsung dilakukan olehnya duduk disofa single berhadapan dengan ketiga orang yang bertamu kerumahnya.

"Jad gimana pak?" Tanya pria paruh baya itu kepada papahnya.

"Gimana Arkan?" Papahnya balik bertanya pada Arkan membuat ia menaikan alisnya bingung.

"Gimana apanya?" Tanya Arkan datar.

"Pertunangan kamu dengan anaknya pak Baron. Gimana? Akan dilaksanakan kapan? Minggu depan?" Ucapan papahnya membuat Arkan berdiri dan menatap tajam papahnya sebelum berlalu menuju kamar dan membanting keras pintu membuat mamahnya berlari mengejar anak sulungnya itu.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang