Putusan

286 16 0
                                    

Sepanjang jalan Arsyad memikirkan omongan Rinata yang bilang jika dirinya dijodohkan dengan Arkan. Tak ingin percaya tapi hal itu bisa saja terjadi mengingat Arkan dan Rinata selalu satu sekolah sejak SD dan kedua orang tua nya rekan bisnis. Darimana ia tau? Kalo kalian lupa Arsyad pernah pacaran dengan Rinata dalam kurun waktu cukup lama jadi hal-hal seperti itu sudah ia ketahui, walaupun seringkali diselingkuhi juga.

Niatnya mau balik lagi ke kampus tapi ia urungkan untuk kembali kerumah. Merebahkan diri diatas kasurnya menatap langit-langit dengan fikiran semrawut yang mungkin akhir-akhir ini menjadi hobby baginya. Lagi-lagi perkataan Rinata dipinggir danau tadi terngiang ditelinga dan kepalanya. Ia memejamkan mata mencoba untuk tertidur saja.

"Gue tau lo suka diem-diem merhatiin gue sama Ayesha kan?" Tanya Arkan yang hanya dibalas tatapan datar dari Arsyad. "Gue ga tau apa yang bakal terjadi tapi gue punya firasat ga enak. Boleh gue minta tolong ke lo? Kalo terjadi sesuatu sama hubungan gue dan Ayesha gue harap lo ada disampingnya untuk merangkul serta menghiburnya." Lanjut Arkan.

"Emang lo mau kemana? Koid?"

"Lo kayanya berharap banget gue mati!" Arkan berucap dengan kesal dan menujuk Arsyad menggunakan garpu yang ia pakai untuk memakan kentang gorengnya.

"Siapa tau kaya dinovel-novel. Kalo tokoh utama punya firasat buruk kan biasanya terjadi kecelakaan bahkan meninggal, ya sapa tau hidup lo kaya dinovel-novel yang suks Ayesha baca." Ucap Arsyad sinis

"Gue adalah tokoh utama dihidup gue, begitu juga lo yang menjadi tokoh utama di hidup lo. Kalo bahas novel sama aja kaya bahas hidup. Kita ga tau apa yang bakal author lakuin ke para tokoh yang ia buat hidup dalam novelnya, begitu juga tuhan ga tau bakal ngelakuin apa pada pata umatnya." Arkan menjeda omongannya dengan memasukkan kentang goreng kedalam mulutnya. "Gue sayang banget sama Ayesha, dan itu sejak dulu. Tapi gue ga akan selalu bisa ada disampingnya, ditambah gue punya firasat ga enak yang gue rasa bakal nyakitin hatinya. Gue minta lo ada disaat itu, gue cuma bisa minta tolong ke lo yang gue tau kalo lo udah sadar dengan perasaan lo yang sebenernya ke Ayesha selama ini. Gue harap lo mau bantuin gue."

Deg.

"Arkan bangkeee!!!" Teriak Arsyad saat terlelap namun yang ia lihat bukan mimpi melainkan kejadian tadi pagi saat ia berbicara dengan Arkan.

Arsyad terduduk dan mengusap wajahnya kasar. Ia mengambil hp dan menghubungi Gafa meminta untuk datang kerumahnya. Meski dengan banyak ocehan perdebatan namun akhirnya Gafa menyetujui untuk datang, membuat Arsyad kembali merebahkan dirinya dikasur mengulang setiap kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Pembicaraannya dengan Remon, Arkan serta Rinata. Ia ulang bagai kaset dalam memori kepalanya.

"Heh bangke!" Gafa menendang kaki Arsyad yang entah sejak kapan sudah ada didalam kamarnya. Arsyad yang terlalu lama melamum atau Gafa yang bagai doraemon si pemilik pintu kemana saja bisa datang dengan cepat.

"Gue bimbang Gaf." Arsyad memfokuskan menatap langit-langit sedangkan Gafa duduk dilantai beralaskan karpet bulu menyenderkan punggungnya pada kasur.

"Bimbang kenapa?" Oke kali ini Gafa sedang dalam mode bisa diajak benar dan serius.

"Lo ingetkan pas gue ngomong sama bang Remon kakaknya Ayesha?"

"Iya gue inget, terus?"

"Bang Remon bilang ke gue kan sebelum janur kuning melengkung Ayesha masih bisa milih siapapun untuk jadi imam hidupnya dan kata dia cinta itu bodoh dan buta, terkadang ia akan tetap bertahan meski telah berkali-kali dikecewakan." Kini Arsyad bangun dan turun duduk disamping Gafa yang fokus pada laptopnya namun ia tau sahabatnya itu mendengarkan dengan seksama.

"Dan??"

"Gue semalem mimpi, bukan mimpi-mimpi kaya biasa tapi kenangan waktu SMA pas gue sama Yolanda duduk dikantin berdua dan dia bilang soal perasaannya Ayesha ke gue."

"Cuma mimpi, lanjut"

"Tadi pagi kak Arkan ngajak gue ngobrol ngebahas soal feelingnya yang ga enak dan minta gue buat ada disamping Ayesha kalo suatu saat ada apa-apa sama hubungan mereka."

"Karna itu?" Gafa menaikan satu alisnya menatap Arsyad.

"Bukan. Siangnya Rinata nelfon gue minta buat ketemu di caffe anak muda dan pas gue nunggu datang Ayesha yang celingukan liat nomor meja terus duduk depan gue, singkat aja ceritanya ya karna drama yang bikin gue nyelekit sumpaaahhh. Lo tau?" Tanya Arsyad menatap Gafa dan Gafa yang merasakan itu menatap balik Arsyad "Rinata dijodohin sama Arkan." Lanjutnya datar.

"Oh-APA?" Gafa teriak depan wajah Arsyad "Jangan canda lo! Serius?" Lanjutnya mendapat anggukan pertanda iya.

"Gue juga awalnya ga percaya, tapi ini semua nyata. Rinata ngejelasin semuanya ke gue pas dimotor gue nganter dia balik. Rinata ngajak gue balikan biar dia bisa batalin perjodohannya sama Arkan. Tapi disatu sisi gue bimbang sama perasaan gue sendiri."

"Lo bingung mau balikan sama Rinata dan ngebuat Arkan tetep sama Ayesha atau lo tolak permintaan Rinata dan berada disisi Ayesha saat Arkan dan Rinata bertunangan. Gitu?" Ucap Gafa membuat Arsyad mengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar.

"Iya. Gue bimbang. Gue pingin miliki Ayesha tapi kalo gini gue juga ga mau dia sakit hati liat Arkan dijodohin sama Rinata." Jawabnya lirih.

"Permasalahan lo kali ini cukup rumit. Mending lo omongin berempat enaknya gimana"

"Rinata ngelarang gue bilang ke Ayesha soal ini, biar Arkan sendiri yang ngasih tau dia." Arsyad kembali naik ke atas kasur dengan posisi bersebrangan dengan tempat bantal berada, ia menempelkan kepalanya dengan kepala Gafa yang menyender pada kasur.

"Dan lo bakal diem aja?"

"Mungkin gue bakal berjuang sesuai kata bang Remon, berusaha ada disampingnya saat hubungan dia dan Arkan mulai goyah karna perjodohan, dan mencoba mendapat cintanya Ayesha kembali sesuai perkataan nyokap kalo jodoh ia bakal datang kembali dengan sendirinya."

"Gue balik." Gafa berdiri membereskan semua barangnya dan keluar dari kamar dengan Arsyad yang masih merebahkan tubuh seperti tadi tanpa niat mengantar temannya itu sampai pintu. "Gue harap yang lo pilih itu yang terbaik buat semuanya." Lanjutnya sebelum menghilang dari balik pintu dan meninggalkan Arsyad sendiri.

Bantu gue hati untuk kali ini bekerja sama lah dengan otak buat perjuangin Ayesha sebagai teman. Teman hidup. Ujar Arsyad dalam hati.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang