Firasat (2)

275 17 0
                                    

"Pertunangan kamu dengan anaknya pak Baron. Gimana? Akan dilaksanakan kapan? Minggu depan?" Ucapan papahnya membuat Arkan berdiri dan menatap tajam papahnya sebelum berlalu menuju kamar dan membanting keras pintu membuat mamahnya berlari mengejar anak sulungnya itu.

Arkan menyenderkan punggungnya pada pintu, ia masih mencerna perkataan papahnya. Pertunangan? Bukan dengan Ayesha? Ia dijodohkan? Bhaks Arkan tertawa kencang jadi ini firasat buruk yang ia rasakan. Sialan, umpatnya dalam hati berkali-kali.

"Ini bukan jaman siti nurbaya yang masih musim jodoh-jodohin anak!" Teriak Arkan sambil tertawa frustasi.

"Nak buka pintunya, kita bicarakan baik-baik."

"Lalu mamah akan meminta Arkan untuk menerima perjodohan gila ini?! Tidak!" Jawab Arkan sambil berteriak, bahkan terdengar oleh yang lainnya. Arkan bangkit saat mendengar pintunya mulai diketuk tak sabar yang ia tau pasti papahnya. Dengan cepat Arkan memasukkan beberapa baju dan buku-buku perkuliahan yang ia butuhkan. Hanya 2 ransel tak lebih, ia melihat pintu terbuka hancur oleh papahnya yang kini menatap tajam.

"Apa yang akan kamu lakukan?!" Tanya papahnya.

"Arkan?" Tanya Arkan melangkahkan kakinya mendekat. "Pergi!" Ia berjalan melewati mamah dan papahnya yang menatap tak percaya.

"Diam disitu Arkandra Pradipta!" Perintah papahnya membuat Arkan berhenti namun tak membalikkan badannya.

"Kita bisa bicarakan baik-baik pak Dipta." Ucap pak Baron mencoba menenangkan suasana.

"Arkan, kita bisa bicarain baik-baik." Ucap gadis yang sedari tadi diam.

"Gue tolak perjodohan ini GARIS KERAS!" Ucap Arkan menatap gadis itu.

"Arkandra!" Teriak papahnya Arkan yang kini membuat Arkan membalik badan menatapnya. "Jangan main-main. Kalian akan bertunang--"

"Engga! Arkan ga akan pernah bertunangan dengan dia pah!" Tolak Arkan menatap Papahnya geram, kini ia menatap gadis itu yang menatapnya datar. "Lo.... Rinata Putri. Lo tau gue sejak dulu kalo ada orang lain dihati gue dan gue tau lo sejak dulu kalo ada orang lain di hati lo. Lo bego apa tolol?! Lo setuju dengan perjodohan ini?!" Lanjut Arkan dengan dingin, ingatkan ia untuk meminta Arsyad membawa mantannya ini ke venus.

"Iya! Gue terima perjodohan ini karna gue tau gue ga mungkin bisa dapetin seorang Bintang Arsyadan Malik kembali! Dan lo ga akan pernah bisa miliki Ay--"

"Gue udah jadian sama AYESHA ASAL LO TAU!" teriak Arkan memotong ucapan Rinata. "Bertahun-tahun gue perjuangin Ayesha dan akhirnya gue bisa milikin dia!! Gue pacaran sama dia!! GUE BAHAGIA SAMA DIA!!" Ucap Arkan penuh penekanan.

"Tapi dia ga pernah bahagia SAMA LO!! KALO LO LUPA AYESHA CUMA CINTA SAMA ARSYAD BUKAN ARKAN!" Teriak Rinata mengeluarkan kekesalannya sejak tadi. "Bahkan gue udah ga punya kesempatan buat deket Arsyad karna sekarang dia sadar seberapa besar rasanya buat Ayesha." Lanjutnya memelankan suaranya menatap sendu Arkan.

"Lo bohong Rinata!! Ayesha bahagia sama gue, selama ini hubungan gue sama dia baik-baik aja dan dia ga--"

"Apa pernah lo liat Ayesha cemburu ke lo? Apa pernah lo liat Ayesha memeriksa hp lo dan kepo dengan kehidupan lo? Apa pernah lo liat Ayesha marah kalo lo ga ngabarin dia? JAWAB AR!! APA PERNAH LO LIAT AYESHA BERSIKAP SELAYAKNYA PEREMPUAN YANG MENCINTAI LO SEBAGAI PRIA YANG IA PUJA?!!"

Arkan terdiam menatap Rinata tak percaya hingga 2 ransel yang ia bawa terjatuh kelantai tanpa ditahan. Arkan melangkahkan kakinya membuat mereka hanya berjarak satu langkah. Rinata sudah menangis meluapkan emosi menatap Arkan.

"Lo boh--"

"GUE GA BOHONG!!" Teriak Rinata yang sekanjutnya menarik Arkan menuju mobil pria itu, Rinata mengambil kunci mobilnya dari dalam saku jaket Arkan dan mengemudikannya menjauhi pekarangan rumah. Arkan hanya diam mengikuti kemana Rinata akan membawanya.

"Lo dimana?" Tanya Rinata yang kini sedangan menghubungi seseorang melalui hp pintarnya

"......"

"Temui gue di caffe anak muda lantai dua kursi pojok sekarang juga, penting!" Rinata mematikan sambungannya sepihak, lalu menepikan mobil Arkan yang selanjutnya mengadahkan tangannya pada Arkan.

"Minjem hp lo!"

"Buat apa?!"

"Jangan banyak bacot!" Rinata mengambil hp Arkan yang berada disaku celananya dengan paksa tanpa bisa Arkan cegat. Terlihat Rinata mengetikkan suatu pesan kesalah seorang yang bisa Arkan lihat itu Ayesha dari layar yang masih menampilkan roomchat saat Rinata mengembalikkan hpnya.

"Kita lihat! Kalo yang gue ucapin bener, lo terima perjodohan sama gue. Lebih baik hidup sama orang yang ga gue suka bahkan ga suka sama gue daripada hati gue sakit sendiri mending kita sakit bersama." Ucap Rinata lirih.

"Lo gila!" Umpat Arkan namun tak urung tetap duduk dikursi menunggu hingga Rinata menjalankan kembali mobilnya menuju caffe anak muda.

***

Kini Rinata serta Arkan duduk tak jauh dari kursi yang kini dihuni oleh Arsyad, yang tak berselang lama datang Ayesha dengan ragu namun memastikan melihat nomor meja sama dengan yang Arkan kirimkan lewat chat. Dari jauh mereka bisa melihat gerak-gerik Arsyad yang menatap Ayesha dengan memuja, sedangkan Ayesha mengalihkan pandangannya dari Asryad.

"Kita liat dulu Ar." Cegah Rinata menahan Arkan yang hendak menghampiri mereka.

"Lo nunggu siapa Ay?" Tanya Arsyad setelah dari tadi tak bersuara. Oke Arkan akan memperhatikan dengan seksama.

"Nunggu pacar." Jawab Ayesha acuh.

"Mau pesen makan dulu ga? Gue juga nunggu Rinata." Tanya Arsyad yang dibalas anggukan kepala oleh Ayesha.

"Mau kesana sekarang?" Tanya Rinata kepada Arkan, tanpa menjawab Arka berdiri menghampiri Ayesha dan duduk disampingnya sedangkan Rinata duduk disamping Arsyad.

"Udah pesen makan pacar?" Tanya Arkan dengan senyum yang dipaksakan.

"Udah, sama yang kakak juga udah aku pesenin." Jawab Ayesha dengan menyentuh bibir Arkan yang tersenyum. "Ini senyumnya dipaksa banget kenapa?"

"Ga ada apa-apa ay." Arkan mengambil jari Ayesha yang tadi menyentuh bibirnya untuk ia masukkan dalam mulut dan menggigitnya kecil dengan gemas.

"Jorok kak!" Ayesha mencoba menarik jari tangannya tapi Arkan malah menarik tubuh Ayesha kedalam pelukannya.

"Jorok juga punya kamu kok." Arkan menatap Ayesha dan terkekeh.

"Ini muka merah habis marah-marah ya?"

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang