Kenyataan pahit - Arkan

296 15 0
                                    

"Kamu ga ada niatan buat lanjut kuliah gitu?" Tanya Remon lagi yang langsung dibalas gelengan oleh Ayesha. Remon menghela nafas pelan. "Abang dipindahkan ke cabang yang ada dikalimantan." Lanjutnya membuat Ayesha membulatkan matanya kaget.

"Abang mau ninggalin aku disini sendiri gitu?" Tanya Ayesha lirih.

"Abang ga akan tega ninggalin kamu disini sendiri." Remon mengelus pelan kepala Ayesha yang kini sudah berbaring diatas pahanya. "Adek mau ikut abang kesana? Nanti kamu bisa cari kerja disana juga kan." Lanjutnya dengan senyuman.

"Ehem, aku pasti akan ikut abang kemanapun." Ujarnya sambil memeluk perut Remon.

"Uchhh adek abang, sayang deh." Ujar Remon dengan nada jenaka membuat mereka berdua terkekeh.

*

Ditempat lain, Arkan berjalan memasuki rumahnya. Usai berbincang dengan Ayesha tadi ia tak langsung pulang melainkan mampir dulu untuk bertemu Rinata. Hanya berbincang sejenak dan mencoba untuk memantapkan hatinya. Benar kata Ayesha ia bukan bajingan dan tak akan pernah menjadi seorang bajingan. Ia menghela nafas saat melihat Dipta menatapnya tajam dari sofa single yang memang sering pria paruh baya itu duduki diruang keluarga.

"Darimana kamu?" Tanya Dipta saat Arkan hendak berjalan melewatinya.

"Rumah Rinata." Jawab Arkan datar.

"Rinata atau wanita itu?" Tanya Dipta dengan nada menyelidik membuat Arkan membalik badan menatap Dipta dingin.

"Orang yang papah sebut wanita itu adalah orang yang aku cintai." Jawab Arkan dengan nada semakin dingin.

"Berhenti berharap pada seseorang yang ga akan pernah bisa kamu miliki Arkandra Pradipta!" Geram Dipta mulai berdiri dan berhadapan dengan Arkan.

"Aku sudah memilikinya pah! Bahkan aku sudah punya rencana untuk memilikinya secara utuh dalam ikatan pernikahan jika tidak ada perjodohan konyol ini!!" Teriak Arkan yang mulai terpancing emosinya.

"Perjodohan ini tidak konyol! Kau saja yang konyol!!" Balas Dipta dengan nada sedikit meninggi tapi masih bisa menahan emosionalnya. "Jangan bertingkah macam-macam hingga kau resmi menikah dengan Rinata!" Dipta menunjuk wajah Arkan dengan nada mengintimidasi. Tapi itu tak berpengaruh, yang ada Arkan menyentak jari Dipta dengan kasar.

"Jika aku macam-macam kenapa hah?! Papah mau ngurung Arkan iya kaya sinetron?! Atau papah akan jauhin Ayesha dari hidup Arkan iya?!" Tanya Arkan sedikit berteriak. "Asal papah tau, Arkan sangat mencintai Ayesha pah sangat!! Arkan lakukan ini semua demi mamah! Jika bukan mamah yang minta Arkan tidak sudi melakukannya!! Bahkan Arkan rela jika papah usir Arkan dari sini dan mencabut semua fasilitas, Arkan ikhlas pah asal Arkan bisa mengejar cinta Arkan!!" Lanjutnya menggebu geram.

"Apa tidak bisa kamu menurut sekali saja pada saya hah?!!" Tanya Dipta berteriak sangat kencang dan mendekati Arkan mencengkram rahangnya kuat. "Harusnya kau tau diri!! Penyakit jantung istriku sering kambuh karna terlalu banyak memikirkan mu bodoh!! Tak sudi kau bilang?! Lalu apa aku sudi terus melihatmu disini hah?!! Akupun tak sudi selama hampir 21th ini kau hidup menumpang pada kekayaan ku!!! Kau itu ha---" Teriak Dipta membuat Arkan membeku.

"PAH!!!" Teriak Zarha dengan air mata luruh melihat pertengkaran Arkan dan Dipta. "Stop pah stop!" Lanjutnya yang kini sudah berdiri ditengah-tengah Dipta dan Arkan.

"Kamu masuk aja ke kamar nak, biar mamah yang bicara dengan papah." Ujar Zarha lembut pada Arkan yang juga sudah melepaskan cekalan Dipta pada rahang Arkan. "Masuk ya istirahat." Lanjutnya saat tak ada respon dari Arkan.

"Apa Arkan bukan anak mamah sama papah?" Tanya nya lirih menatap Zarha.

"Arkan anak mamah sama papah ko, sekarang kamu masuk ya nak." Jawab Zarha mencoba bicara dengan nada normal meski hatinya teremas dengan ucapan Arkan.

"Mah, jangan bohong sama Arkan." Ujar Arkan lagi dengan nada lirih.

"Sekarang kamu ke kamar ya." Kini Zarha berbicara dengan nada tegas membuat Arkan mau tak mau melenggang pergi menuju kamar, namun langkahnya terhenti dan bersembunyi dibalik tembok dekat kamar tamu.

"Pah, mamah udah bilang jaga emosi jangan sampe kelewatan bicara." Ujar Zarha pada Dipta yang kini sedang mengusap rambutnya gusar.

"Dia itu anak yang sulit sekali mendengar ucapanku berbeda dengan Chandra! Aku cape harus berbicara dengan dia menggunakan bahasa apalagi!" Jawab Dipta dengan nada sedikit tinggi membuat Arkan mengepalkan tangannya.

"Paahh, inget pah kita udah janji sama kedua orangtua Arkan." Ucap Zarha membuat Arkan diam mematung.

"Jadi gue benaran bukan anak kandung mamah sama papah." Ujar Arkan dalam hati.

"Aku ingat dengan janji kita pada almarhum mas Andra dan almaruham mbak Arkila. Tapi sungguh dia anak yang kurang ajar susah sekali aku kasih tau, tak hentinya dia menemui wanita lain sedangkan statusnya kini sudah menjadi calon suami Rinata." Jawab Dipta dengan nada mulai normal.

"Tugas kita cuma sisa dua lagi pah, menikahkan Arkan dan Rinata sesuai dengan keingin kedua orangtuanya yang menginginkan anak mereka menikah dengan anak sahabatnya dan memberikan seluruh perusahaan serta aset milik mas Andra pada Arkan saat usianya sudah menginjak 24thn nanti. Sabar pah, Arkan itu anak yang baik serta penurut namun ia membantah karna cara papah yang keras itu salah." Lanjut Zarha membuat Dipta berjongkok mengusap rambutnya pelan.

"Apa aku akan dihukum oleh kakak mu nanti jika mereka tau barusan aku memaki anak kesayangan mereka?" Tanya Dipta pelan , namun masih terdengar oleh Arkan. "Aku menyayangi Arkan, bagaimanapun dia adalah ponakanku anak dari kakakmu. Tapi terkadang aku selalu merasa menyesal saat melihat Arkan. Rasa bersalahku kembali datang setiap melihatnya, membuat aku acuh dan bersikap kasar tak peduli padanya. Sungguh aku menyayanginya tapi........ memang caraku yang salah."

"Jangan nyalahin diri papah, mas Andra bukan orang pendendam bahkan mungkin ia bersyukur kita merawat Arkan dengan baik hingga saat ini." Zarha membantu Dipta berdiri. "Sekarang kita istirahat dan bicarakan semuanya lagi saat suasana membaik." Lanjutnya.

Arkan langsung bergegas menuju kamarnya dan menutup rapat sebelum ia luruh menyender pada pintu. Berkali-kali ia menepuk dadanya yang sesak. Sesak karna tau kenyataan bahwa kedua orangtuanya ternyata sudah meninggal, dan orangtuanya saat ini adalah tante dan omnya, adik dari ayahnya. Arkan memejamkan matanya tak menghentikkan air mata yang mengalir.

Hancur? Sangat Arkan sangat hancur, bahkan sekarang ia tau kenapa Dipta selalu mengawasinya dalam diam serta Zarha yang memintanya untuk menikahi Rinata. Semua karna permintaan mendiang kedua orangtuanya. Jika seperti ini mau tak mau ia harus benar-benar mengcancel semua rencana untuk masa depannya dan mengikuti alur yang memang sudah direncakan oleh kedua orangtuanya.

"Jadi papah dan mamah udah ninggalin Arkan lebih dulu? Kenapa kalian ga ajak Arkan aja pah! mah! Kenapa kalian ga bawa Arkan pergi juga? Kenapa?! Arkan hidup baik-baik saja hingga saat ini, tapi Arkan tak pernah bisa memiliki apapun yang sebenarnya ingin Arkan miliki! Arkan ga bisa memiliki wanita yang sangat Arkan cintai mah! pah! Arkan sangat mencintai Ayesha meski berkali-kali Arkan mencoba membuka hati untuk Rinata tapi itu tak mempan! Bisa kan sekali saja Arkan ingin memiliki apa yang sangat Arkan ingin miliki!!" Ujar Arkan lirih dan berteriak dalam rasa sakit hati yang tertahan.

"Kalian berdua meninggalkan Arkan sendiri disini, tapi kenapa kalian tidak mengizinkan Arkan bahagia dengan orang yang Arkan cintai kenapa?! Apa kalian tidak mencintai Arkan mah! pah! Sungguh bawa Arkan pergi saja jika memang hidup begitu menyakitkan seperti ini!" Lanjutnya semakin menangis dengan posisi yang sama hingga entah berapa lama, ia berhenti menangis dan menatap nanar langit kamarnya. Meratapi nasib yang kadang suka konyol seperti sempak supermen yang dipake diluar bukan didalam.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang