Terima kasih!

231 15 0
                                    

"Jadi apa yang lo maksud 'ada yang mau gue omongin' itu?" Tanya Arsyad dengan tangan sudah bersidakep diatas dada.

"Ck!" Arkan berdecak memutar bola mata malas melihat tingkah Arsyad. Sedangkan Ayesha hanya diam sambil menatap keluar melalui jendela disampingnya.

Setelah sedikit perdebatan dipinggir jalan tadi, akhirnya Ayesha ikut dengan Arsyad tapi tidak langsung pulang melainkan menuju salah satu cafe dekat situ. Ya, siapa lagi kalo bukan Arkan yang meminta, dengan berat hati Arsyad setuju saat Ayesha menganggukan kepalanya.

Disini lah mereka, disalah satu kursi pojokan cafe pinggir jalan. Dengan minuman serta kentang goreng dan sosis yang belum mereka sentuh. Ayesha menyentuh tangan Arsyad saat laki-laki itu akan berucap kembali.

"Apa yang mau kakak omongin ke aku?" Tanya Ayesha datar.

"Gue..... Gue ga bisa ngomong disini. Gue butuh privasi berdua doang sama lo Ay." Ujar Arkan dengan nada sedikit frustasi namun menatap tajam Arsyad.

"Ga ada privasi privasi. Dikira akun instagram di privasi." Celetuk Arsyad sambil mulai memasukan kentang goreng kedalam mulutnya.

"Arsyad." Tegur Ayesha pelan.

Arsyad hanya memberenggut kesal saat Ayesha lebih memilih Arkan dibanding mendengarkannya. Ia terus mengunyah kentang goreng miliknya menatap tajam Arkan yang terlihat tak enak, tapi tak membuat Arsyad berhenti menatapnya. 

Arkan menghela nafas pelan sebelum ia mulai berbicara basa basi dengan Ayesha. Membahas ulang tentang kesalahan ia yang memilih Rinata, bercerita tentang kondisi mamahnya yang kini kian memburuk membuatnya harus segera menikah dengan Rinata. Ayesha dan Arsyad hanya terdiam dengan sesekali merespon singkat.

"Jadi lo nikah sama Rinata dua minggu lagi?" Tanya Arsyad meyakinkan yang mendapat anggukan kecil. "Jangan bilang lo berpikir punya rencana buruk agar pernikahan lo dan Rinata batal." Lanjutnya dengan nada tajam menusuk hati Arkan yang memang memiliki rencana itu.

Arkan sungguh frustasi. Jika dilihat, dia memang mencoba untuk menerima Rinata dan sebaliknya. Tapi dalam lubuk hati dan pikirannya, ia masih sangat mencintai Ayesha. Masih sangat besar rasa harap pada wanita itu. Ia berencana menunda untuk menikahi Rinata agar ia lebih bisa menerima keadaan, tapi memang terkadang nasib berkata lain.

Zarha - mamahnya Arkan akhir akhir ini sering sekali drop dan penyakit jantungnya kambuh. Beberapa kalipun ia menolak untuk segera menikahi Rinata, tapi semua tak ada guna. Dipta dengan segala kekuasaannya membuat Arkan mau tak mau mempercepat hari pernikahan. Ia ingin menikah sekali seumur hidup. Ia tak apa jika harus menikah dengan Rinata dan bukan Ayesha, tapi tidak dengan berbagai desakan seperti sekarang. Rasanya sungguh ia ingin kabur dari tanggung jawab. Arkan menghela nafas kasar sebelum menatap manik Arsyad sendu.

"Lo bener. Gue berencana buat pergi dihari pernikahan." Ujar Arkan jujur dengan senyum yang dipaksakan sangat kentara dengan wajah sendunya. "Gue tau, gue yang minta lo buat gantiin posisi gue waktu itu. Tapi jujur, diujung hati gue yang paling dalem masih bertahtah nama Ayesha yang belum bisa digeser dengan nama lain." Arkan terdiam sejenak.

"Aku sayang kamu Ay. Sangat sangat sayang bahkan aku sangat mencintai kamu tanpa syarat lebih dari apapun. Aku selalu berharap kamu bahagia, tapi terkadang aku egois aku ingin menjadi alasan kamu bahagia." Ujar Arkan lembut pada Ayesha. "Anggap aku pengecut, tapi....... Aku capek Ay. Sungguh sungguh capek. Boleh aku lari untuk kali ini?" Tanya nya lirih. Tangan kanan menggenggam tangan Ayesha dengan kepala yang ia benamkan pada meja.

Ayesha maupun Arsyad saling pandang. Kini mereka paham situasi Arkan saat ini, ditambah curahan hatinya tadi. Ayesha hanya bisa menghela nafas pelan dengan tangan satunya mengelus pelan surai hitam Arkan yang mulai memanjang.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang