After

981 23 4
                                    

09.01, dikediaman orangtua Rinata kini semua orang sudah duduk diatas karpet yang disediakan. Menjadi saksi berlangsungnya akad nikah Rinata dan Arkan. Didepan penghulu, Arkan menjabat tangan Baron - papah Rinata. Mengucapkan Qabul setelah Baron mengucapkan Ijab dengan sekali tarik nafas hingga tak lama terdengar semua orang menyuarakan SAH bersamaan.

"Silahkan mempelai saling bertukar cincin." Ujar pembawa acara.

Arkan mengambil cincin wanita yang ia sematkan perlahan dijari manis tangan kanan Rinata, lalu mencium kening wanita itu sendu. Sekarang giliran Rinata yang menyematkan cincin dijari manis tangan kanan Arkan, lalu mencium tangan tersebut dengan sendu. Meski senyum terpatri diwajah mereka, tapi kenyataannya hati mereka tersayat. Sungguh. Menikah memang keinginan semua orang, tapi menikah karna perjodohan? Hanya segelintir orang yang menerima. Sedangkan pasangan ini berada ditengah. Antara menerima namun menolak juga.

Tak lama terdengar suara deru mobil memasuki halaman dengan suara langkah kaki yang ramai menarik perhatian orang-orang. Didepan pintu, bisa dilihat seseorang dengan pakaian deketif dengan diikuti beberapa orang berseragam polisi. Mereka dengan sopan meminta izin dan menghampiri Arkan. Tidak, lebih tepatnya Adipta yang duduk dekat Arkan.

"Selamat pagi, mohon maaf menganggu waktunya sebentar. Saya ingin membawa tuan Adipta untuk ikut kami ke kantor polisi untuk memberi kesaksian tentang kasus penculikan serta pelecehan sesksual pada adinda Ayesha Ayoda Sabita." Jelas detektif itu sukses membuat semua orang terdiam. Terutama Arkan dan Rinata.

"M-ma-maksudnya pak? Suami saya ga mungkin melakukan hal itu." Ujar Zarha mencoba tenang meski dadanya mulai terasa sakit.

"Bukan suami anda. Hanya saja ananda Yudistiana Dwi Andra yang menjadi dalang dan kita mendapat bukti dari hpnya ternyata ada orang lain yang terkait. Tuan Adipta serta salah seorang yang sering menyalurkan obat-obatan terlarang disalah satu club yang juga sedang dikejar oleh tim kami yang lain." Balas detekfi dan menunjukkan surat panggilan untuk Dipta. "Lebih cepat lebih baik agar kami kasusnya juga cepat selesai." Lanjutnya.

"Pap----"

"Huh. Ayo kita ke kantor polisi sekarang." Ujar Dipta yang kini sudah berdiri hendak menghampiri polisi tapi keburu dicekal oleh Arkan.

"Jangan bilang papah nyuruh mas Andra buat bantu papah? Jangan bilang kalo papah ngelakuin ini biar Ayesha ga hadir disini dan membuat Arkan ga jadi menikahi Rinata? Jangan bilang kalo papah ngelakuin ini buat kebaikan Arkan?" Tanya Arkan bertubi-tubi. "Arkan ga nyangka. Arkan kecewa sama papah!" Arkan berjalan menarik tangan Rinata keluar dari rumah menuju mobilnya.

Ia menjalankan mobil dalam diam menuju rumah Ayesha. Dengan kalut Arkan membawa mobil cukup seperti orang gila. Ngebut tanpa tau aturan. Rinata yang duduk disampingnya hanya bisa mengusap pundak pria itu lembut. Hingga tak lama mereka sampai dirumah minimalis itu.

Didepan pintu. Berdiri Remon dengan raut datar yang sulit dijelaskan. Mereka berjalan menghampiri Remon dengan masih menggunakan pakaian akadnya. Setelan tuxedo dan kebaya modern yang senada berwarna putih gading.

"Bang..." Panggil Arkan pelan.

"Mau apa lo kesini?" Tanya Remon dengan nada datar.

"Gue mau ketemu Ayesha bang." Jawab Arkan pelan.

"Gue mau ketemu Arsyad yang gue pastiin dia ada disini bang." Ujar Rinata pelan.

Remon melirik keduanya dengan dingin. Rahangnya mengeras serta tangannya mengepal saat ingat siapa dalang dibalik ini semua. Tepat saat Remon mengangkat tangan kanannya hendak menonjok Arkan tapi terhenti tepat didepan wajah pria itu saat mendengar teriakan dari kamar Ayesha. Langsung saja Remon berlari menuju kamar adiknya itu sedangkan Arkan dan Rinata mengikuti dari belakang.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang