"Ay... Ay... Ay..." Panggil Arsyad yang kini sedang memainkan sedotan jus alpukat miliknya.
"Hmm." Ayesha hanya berdeham tanpa niat menatap Arsyad. Ia lebih fokus pada ramen katsu favo nya.
"Ay lo marah?" Tanya Arsyad pelan.
"Hmm."
"Ayesha ish!" Geram Arsyad sambil menyandarkan punggungnya pada kursi. "Lo ga asik gitu aja marah." Lanjutnya.
"Lo kekanakan." Ujar Ayesha dengan nada datar menatap Arsyad dingin.
"Sorry Ay sorry jangan panggil gue pake bahasa 'lo' dong, ngeri nih ketar ketir hati abang Arsyad." Ujar Arsyad mendramatisir.
"Serah." Ayesha menyeruput jus alpukat miliknya. Ya, Ayesha dan Arsyad memiliki kesamaan. Sama-sama suka alpukat.
Ayesha bangkit dan berjalan menuju kasir, tapi Arsyad lebih dulu menyodorkan uangnya untuk membayar makanan mereka. Ayesha yang melihat itu hanya memutar bola mata malas dan berjalan menuju parkiran dengan wajah datar. Tapi dalam hati ia senang. Akhir bulan bisa makan ramen katsu itu waaahhh banget, mana dibayarin sama Arsyad. Nikmat.
Ayesha memasuki mobil dan duduk dikursi penumpang samping Arsyad. Ia memainkan hp selama perjalanan mengabaikan Arsyad yang jelas ia tau sejak tadi mencuri-curi pandang ataupun membeo untuk menarik perhatian Ayesha. Namun tetap saja terabaikan. Ayesha terus menscroll instagram hingga tangannya kaku, melihat sebuah postingan. Postingan Rinata disebuah butik sedang mencoba kebaya putih yang sangat indah dengan Arkan duduk disofa belakangnya.
Arsyad yang baru saja memberhentikan mobilnya dilampu merah melirik Ayesha yang diam mematung. Ia mendekatkan kepala melirik hp Ayesha. Deg. Ia lupa dengan postingan itu. Langsung saja Arsyad mengambil hp Ayesha dan menyimpannya dalam saku.
Ayesha? Dia acuh dan memalingkan wajahnya pada kaca mobil menatap jalanan tanpa protes dengan apa yang Arsyad lakukan. Hatinya kembali merasa sakit. Meski mereka sempat tak sengaja bertemu dimall jum'at lalu, namun rasanya beda. Saat melihat langsung yang dirasa seperti melihat Arkan dan Rinata saat SMA yang memang sesekali sering jalan bareng. Tapi saat melihat postingan itu, sakit ditinggalkan terasa lagi.
Selama perjalanan suasana hening. Arsyad tak berniat menganggu Ayesha. Ia cukup tau apa yang dirasakan oleh Ayesha. Ia berhenti tepat di depan loby, keluar dari mobil dan membukakan pintu Ayesha. Ayesha yang sedang melamun hampir terjatuh karna bersandar pada pintu, jika saja Arsyad tidak menahannya.
"Lo ngelamunin apa?" Tanya Arsyad lembut samb membereskan anak rambut Ayesha yang berantakan.
"Ga mikirn apa-apa." Jawab Ayesha pelan.
"Lo ga usah mikirin Rinata atau Arkan lagi Ay. Cukup pikirin hidup lo aja." Ujar Arsyad memeluk Ayesha dan menempelkan dahinya dengan dahi Ayesha. "Lo ga usah cape-cape mikirin orang. Kalo mau, mikirin aja gue yang akan terus berjuang buat lo." Lanjutnya menampilkan senyum hangat.
"Arsyad... Apa aku bisa?" Tanya Ayesha pelan.
"Lo pasti bisa." Jawab Arsyad berdiri tegak dan menatap Ayesha dengan senyum lebar yang menampilkan giginya, terutama gigi gingsulnya itu. Yang selalu membuat Ayesha ingat padanya.
"Ok. Aku balik kerja." Ayesha berjalan menaiki tangga namun tangannya dicekal oleh Arsyad.
Chup. "Tenaga buat gue hehe jam 2 nanti ada ujian. Bye." Arsyad berlari menuju mobilnya dan mengemudi cepat usai mencium bibir Ayesha singkat.
Ayesha masih diam mematung. Menggeleng-gelengkan kepala menghalau apa yang tadi Arsyad lakukan, Ayesha kembali jalan memasuki loby. Ia berjalan menunduk saat melewati satpam. Ya satpam yang selalu ada dipintu masuk, dan pasti menonton apa yang terjadi pada Ayesha. Sudah dipeluk Arsyad dengan intim, lalu dicium singkat dibibir. Uch wajah Ayesha memerah kembali.
Ia berjalan dengan kedua tangan mengatup wajahnya. Terasa panas padahal kantor pakai AC. Ia memasuki lift dan memencet angka yang akan membawanya menuju ruangan tempat ia bekerja. Ayesha yang acuh tak sadar jika sedari tadi ada orang yang memperhatikan setiap tingkah Ayesha.
"Kayanya lo ga bisa ditaklukan dengan cara normal. Tunggu gue Ayesha Ayoda." Ujarnya dalam hati sebelum melanjutkan jalannya menuju lift.
*
"Tumben lo tadi ngerjainnya gercep banget?" Tanya salah satu teman Arsyad.
"Iya dong, dapat asupan vitamin nih." Jawab Arsyad dengan senyum yang tak luntur.
"Vitamin apa?" Tanya temannya yang satunya lagi.
"Vitamin C." Jawab Arsyad menatap satu persatu temannya. "Vitamin C cuy C wkwkwkwk." Arsyad terbahak senang meninggalkan teman-temannya ia berjalan cepat yang sesekali memutar tubuhnya, melompat-lompat ataupun menendang angin kegirangan.
"Dia kenapa?" Tanya satu teman Arsyad pada yang lain.
"Mungkin dia gila." Jawab mereka bersamaan sebelum kembali berjalan menuju parkiran.
Arsyad memasuki mobilnya dan menyalakan mobilnya hendak menginjak gas tapi getaran hp terasa disakunya. Ia mengelurakan hp itu membuatnya langsung menepuk dahi pelan. Hp Ayesha yang tadi ia ambil lupa belum dikembalikan. Hendak menyimpan kembali namun hp itu kembali bergetar. Sebuah pesan masuk. Arkandra Pradipta.
Arkandra Pradipta
Ayesha, pulang kerja ada waktu?
14.58Boleh gue jemput lo? Ada yang mau gue omongin. Gue tau hubungan kita udah berakhir, tapi lo sendiri bilang kalo kita masih bisa berteman kan? Jadi anggap gue mau jemput lo sebagai teman bukan mantan.
15.00Ayesha, gue jemput lo ok? Gue akan stay seperti biasa ;)
15.07Gue udah di loby.
Nunggu lo (:
15.30Arsyad langsung melirik arloji disampingnya. Bentar lagi jam pulang Ayesha. Ia memasukin hp itu dalam saku dan menjalan mobilnya dengan cepat. Namun kesialan sedang menghampirinya. Kemacetan membuatnya lama. Arsyad berkali-kali melirim arlojinya. 16.03 Ayesha pasti sudah pulang bersama Arkan, tapi ia tak menyerah tetap menjalankan mobilnya menuju kantor Ayesha.
"Semoga lembur bentar." Ujarnya dalam hati.
*
16.09 Ayesha baru saja keluar dari lift bersama dengan Yudis. Namun langkah Yudis terhenti saat melihat Arkan yang terduduk disofa. Ia pamit pada Ayesha dengan berucap ingin ke wc terlebih dahulu. Ayesha yang cuek hanya mengangguk dan kembali berjalan keluar kantor mengabaikan Arkan yang berjalan menghampirinya.
"Ayesha." Panggil Arkan dengan senyum hangatnya pada Ayesha.
"Ngapain?" Tanya Ayesha datar pada Arkan.
"Kan mau jemput lo, jangan pura-pura lupa deh Ay." Ujar Arkan dengan nada jenakanya.
"Jemput? Aku? Kakak ga bilang tuh. Kapan?" Ujar Ayesha sambil terus berjalan menuruni tangga loby.
"Gue udah kirim chat ke lo." Ujar Arkan membuat Ayesha berhenti dan menatap Arkan yang kini berdiri disampingnya. "Nih liat semua chatnya udah dua centang biru. Berarti lo udah baca semua." Lanjutnya.
"Oh. Hpnya di Arsyad." Ujar Ayesha jujur, kembali melangkahkan kakinya berjalan menuju trotoar.
"Wait wait wait. Hp lo di Arsyad?" Tanya Arkan yang mendapat anggukan kepala mantap dari Ayesha. "Kenapa bisa?" Tanya Arkan lagi.
"Ya bisa lah." Jawab Ayesha acuh.
Sebuah mobil berhenti dihadapan Ayesha dan Arkan. Pengemudinya langsung keluar dan jalan tergesa menghampiri kedua orang itu. Dengan wajah kesal dan bertolak pinggang kini ia menatap Ayesha maupun Arkan bergiliran.
"Kalo gue ngomong dengerin!" Ujar Arsyad dengan nada merajuk. "Gue kan udah bilang jangan deket sama cowok lain selain gue. Apalagi Arkan. Calon manten." Lanjutnya. Ayesha hanya memutar bola mata malas melihat tingkah Arsyad, sedangkan Arkan sudah menatap Arsyad tajam.
Yudis yang tak jauh dari sana menatap mereka membuatnya tersenyum miring. Arkandra Pradipta. Sudah diingatkan oleh papahnya untuk tidak kembali bertemu dengan Ayesha namun tetap bertemu. Rasanya ia mendapat jackpot hari ini. Dengan cepat ia menghubungi Dipta melalui vidio call, dan menunjukkan Arkan dengan jarak yang tidak terlalu jauh namun masih terlihat jelas wajah pria itu bersama dengan Ayesha dan Arsyad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayesha
Teen Fiction"Kata orang kalo kita suka sama seseorang lebih dari 4 bulan itu nama nya sayang, terus kalo menyukai seseorang lebih dari 4 tahun itu apa nama nya?" - Ayesha Ayoda Sabita ------------------------------------------------------ "Gue inget gue pernah...