Pilihan

273 16 0
                                    

Setelah kejadian didanau, Arkan mengantar kembali Ayesha kekantor untuk lanjut kerja sedangkan dirinya merenungkan diri dan pergi menuju salah satu sahabatnya untuk meminta solusi.

Drrt. Drttt.

Arkandra
Aku jemput ay, jangan pulang sama siapapun oke ;)
14.56

Ayesha melihat pop up pesan masuk dari Arkan namun ia abaikan dan lanjut bekerja. Jujur dalam hatinya ada rasa kecewa dengan apa yang Arkan lakukan padanya tadi. Ia tau jika Arkan sedang ada masalah yang mungkin cukup berat, tapi tidak dengan melampiaskannya pada Ayesha kan? Rasanya ia takut. Tapi entah takut seperti apa yang bersemayam dihatinya.

Tak terasa jam sudah menunjukkan waktu pulang, dengan agak malas Ayesha membereskan barang-barangnya dan berjalan menuju lobby menunggu Arkan yang katanya akan menjemput. Ia mengeluarkan hp dan mengetikkan suatu pesan.

To : Arkandra
Aku udah pulang nunggu dilobby dalam,,

Ia duduk disalah satu sofa dan memainkan hp selagi menunggu Arkan.

***

Ting. Ting. Ting

Arkan mengambil hpnya dan melihat suatu pesan singkat dari Ayesha. Membuka dan membalasnya jika ia sebentar lagi akan sampai sudah diperempatan dekat situ. Lampu hijau, Arkan menjalankan kembali mobilnya namun tak lama hpnya berdering. Tanpa melihat sang penelefon ia mengangkatnya karna berfikir Ayesha yang menghubunginya.

"Ini bentar lagi sampai Ay, tunggu ben--"

"Mamah masuk rumah sakit, penyakit jantungnya kambuh kak ke sini cepet rumah sakit biasa!" Ucap adiknya disebrang sana dan memutuskan panggilan sepihak. Arkan yang sudah berada didepan kantor Ayesha pun dengan tak sadar menancap gas mobil meninggalkan Ayesha yang sudah berdiri hendak turun tangga menghampiri Arkan.

Sakit? Sakit lah yang Ayesha rasakan melihat Arkan sudah berada didepan matanya namun dengan tanpa aba-aba meninggalkannya yang hendak menghampiri. Dengan raut sedih ia mengambil hp serta menghubungi Arkan berkali-kali namun tak kunjung diangkat. Ia terduduk ditangga depan kantor masih mencoba menghubungi Arkan.

"Kak--" Panggil Ayesha saat telfonnya diangkat.

"Lo balik sendiri gue ada urusan!" Potong Arkan dengan nada sedikit naik seperti membentak dan memutuskan panggilannya sepihak membuat Ayesha mematung. Ia memegang dadanya yang terasa sesak.

Berdiri dan mencoba biasa, ia berjalan sendiri menyusuri trotoar. Tak ada niatan untuk meminta jemput Remon, ia ingin menenangkan fikirannya dengan berjalan menuju rumah. Meski jarak lumayan namun ia tetap memaksakan diri.

Ayesha sudah mencoba buat nerima Arkan dan kini yang ia rasa sudah ketahap sayang serta peduli pada pria itu. Tapi kenapa malah Arkan menjadi seperti ini? Tadi menarik tangan Ayesha dengan kasar serta mencium bibirnya tanpa permisi dan  meninggalkannya padahal sudah sampai jangan lupakan bentakan kecil melalui sambungan telfon yang membuat Ayesha terdiam.

"Ayesha!" Panggil Arsyad yang berhenti disamping troroar dengan motor besarnya menatap Ayesha.

"Euh?" Ayesha yang baru tersadar dari lamunannya menatap Arsyad dengan raut wajah bingung.

"Sini bareng gue!" Dengan nada ketus Arsyad menarik tangan Ayesha dan mendorongnya naik ke jok belakang motor yang selanjutnya ia jalan kan dengan kecepatan biasa menuju rumah wanita itu.

Sampai dirumah Ayesha, mereka berdua turun dari motor masih dengan Ayesha yang seperti memikirkan sesuatu. Arsyad menarik tangan wanita itu dan duduk dikursi yang ada diluar rumahnya.

"Ada apa? Sini cerita ke gue." Tanya Arsyad lembut menatap Ayesha yang terduduk dikursi dan dia yang berjongkok dengan satu kaki ditekuk berhadapan dengan Ayesha.

"Engga." Singkat namun Arsyad tau jika wanita itu berbohong.

"Yaudah. Masuk dan istirahat. Jangan lupa makan Ayesha. Gue balik." Arsyad berdiri, mengusap pelan puncak kepala Ayesha dan berjalan menuju motor besarnya meninggalkan pekarangan rumah Ayesha.

"Engga tau. Gue ga tau ada apa syad." Ucap Ayesha lirih sepeninggalan Arsyad dan berjalan memasuki rumah.

***

Langkah kaki Arkan bergitu terdengar menuju salah satu kamar inap diujung lorong lantai 4 rumah sakit. Membuka pintu dengan sedikit kasar, ia menghampiri wanita yang telah melahirkannya kedunia dengan raut khawatir.

"Mamah kenapa dek?" Tanya Arkan pada adiknya - Chandra Pradipta.

"Jantungnya kambuh tadi kak dan kondisinya sedikit drop butuh perawatan intensif." Jawab Chandra pada Arkan.

"Papah mana?" Tanya Arkan.

"Ngapain kamu nyari papah?" Jawab Dipta yang baru memasuki ruangan menatap tajam Arkan.

"Pah---" Ucapan Arkan terhenti saat tangan mamahnya menyentuh pergelangan tangan Arkan. "Mah, mamah kenapa bisa sakit gini? Apa karna Arkan ngebuat mamah jadi gini?"

"Kalo udah tau salah ngapain nanya!" Dipta sang papah yang menjawab bukan mamahnya yang terbaring dihadapannya.

"Pah udah dong pah. Arkan mamah ga apa-apa cuma sakit dikit ko." Jawab mamahnya dengan senyuman lemah.

"Mah itu tuh ga cuma dikit sakitnya. Maafin Arkan." Ia menundukkan kepalanya dan menaruh diatas perut wanita paruh baya itu.

"Arkan sayang mamah?" Arkan membalas dengan anggukan kepala. "Tunangan sama Rinata mau ya? Mamah yang ingin ini bukan papah nak." Lanjutnya membuat Arkan mengangkat kepala menatap tak percaya.

"Mah, ada wanita lain yang Arkan cintai dan ada pria lain yang Rinata cintai. Kita ga bisa." Jawab Arkan pelan.

"Semua bisa kalo dibiasakan nak. Mamah cuma ingin kamu menikahi Rinata yang mamah sudah tau dia bagaimana sejak kecil hingga saat ini."

"Maaahhh." Ucap Arkan dengan nada ingin menolak tapi melihat mamahnya yang menatap penuh harap membuat ia bungkam dan menjatuhkan kepalanya kembali diatas perut mamahnya itu.

"Dicoba dulu ya nak, kalo memang ga bisa kamu bebas pilih siapapun yang kamu ingin. Tapi mamah berharap kamu bersama dengan Rinata."

Arkan terdiam tanpa niat untuk membalas ataupun mengangkat kepalanya. Ia mencoba menenangkan hati serta fikiran dengan merasakan elusan pelan dikepala yang dilakukan oleh mamahnya. Arkan kini berada di zona serba salah. Ibarat sedang berdiri diujung tebing yang tinggi, meloncat mati ga loncat pun lama kelamaan mati. Serba salah.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang