Awal

271 11 0
                                    

Sepulangnya Arkan dari rumah Ayesha, ia tak menemukan siapapun dirumahnya. Tanpa pikir panjang langsung saja ia bergegas menuju rumah sakit tempat biasa Zarha dirawat. Dan benar, Zarha kembali drop dan dirawat intensif. Candra yang duduk disamping brangkar menatap Arkan sendu,sedangkan Dipta menatap Arkan dengan raut yang sulit dijelaskan.

Dengan sedikit perbincangan yang diselingi perdebatan akhirnya mau tak mau mereka setuju memajukan kembali tanggal nikah Arkan dan Rinata. Jum'at ini, yang hanya sisa beberapa hari. Bukan resepsi tapi hanya akad nikah, yang penting mengikat Arkan agar tidak bertingkah ujar Dipta. Sedangkan Arkan hanya pasrah saat ia kalah debat meski sebenarnya ia masih sanggup untuk berdebat.

Dalam waktu singkat kabar tentang pernikahan Arkan dan Rinata pun tersebar sangat cepat malam itu juga. Termasuk Ayesha, padahal belum lama Arkan mendatanginya tapi kini ia sudah mendengar kabar pernikahan pria itu yang dipercepat. Ayesha menghela nafas , melirik jam yang tertera dilayar hpnya. 21.37, ia mengambil sweater serta dompetnya yang ia simpan disaku depan sweater tersebut. Dengan hanya mengikat rambutnya acak, ia berjalan keluar rumah untuk membeli minuman dingin dimini market pinggir jalan yang tak jauh dari rumahnya.

Ayesha berjalan sendiri menyusuri jalan, acuh dengan sesekali menghela nafas lelah. Meski rasanya pada Arkan tak seberapa seperti pada Arsyad tapi tetap saja ada rasa sesak serta lelah. Saat hendak melewati belokan ada sebuah mobil yang berhenti didepannya. Seorang pria turun dari mobil menghampiri Ayesha dengan tatapan hangat.

"Mau kemana Sha?" Tanya Yudis pada Ayesha.

"Mini market." Jawab Ayesha.

"Mau gue anter?" Tawar Yudis yang dibalas gelengan kepala oleh Ayesha. "Ini udah malem loh Sha, kalo ada apa apa gimana hayo? Udah gue anter aja yu." Yudis menarik tangan Ayesha lembut dan mendudukkannya dikursi penumpang.

Yudis berjalan menuju kursi pengemudi, yang langsung saja ia menjalan mobilnya menuju mini market yang Ayesha tuju tadi. Keduanya turun dari mobil memasuki mini market namun mereka berpisah saat mencari barang yang mereka tuju. Yudis berjalan menuju rak minuman dan mengambil dua botol air mineral dingin yang langsung ia bayar dikasir.

"Udah Sha?" Tanya Yudis.

"Udah, yuk." Ayesha berjalan terlebih dahulu dan kembali duduk dikursi penumpang dan Yudis dikusi pengemudi. "Ke danau pinggir kota dulu boleh?" Tanya Ayesha yang dibalas anggukan kepala oleh Yudis.

Selama perjalanan mereka berbincang tentang berbagai hal membuat suasana hangat, tidak canggung. Saking asiknya, Ayesha melupakan hpnya yang sejak tadi menyala berbagai panggilan masuk dari Arsyad maupun Remon memenuhi notifnya.

Tak lama mereka sampai didanau yang mereka tuju. Ayesha turun berjalan menuju pinggir danau dengan pencahayaan dari lampu yang tersedia. Yudis? Hanya diam mengikuti dengan tangan menjinjing kresek botol mineral yang tadi ia beli.

"Lagi ada masalah ya Sha?" Tanya Yudis tak sedikitpun membuat Ayesha bergeming, hingga pria itu menyodorkan botol air mineral pada Ayesha yang langsung diterima oleh wanita itu.

Langsung saja Ayesha membuka tutup botol dan menenggaknya setengah. Namun beberapa detik kemudian ia menatap botol air mineral itu. Botol dan merk yang sama dengan seperti biasa ia beli namun kenapa rasanya beda. Seperti ada rasa candu. Ayesha kembali menenggak hingga tandas dan menatap Yudis.

"Kenapa rasanya kaya beda ya." Ujar Ayesha namun hanya dibalas senyuman oleh pria itu.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Yudis, sedangkan Ayesha yang mulai bingung pun hanya mengangguk setuju dan menerima uluran tangan Yudis.

Sepanjang jalan Ayesha terdiam dengan otak yang seperti kebingungan. Bahkan rasanya ia ingin merasakan air mineral yang tadi Yudis berikan padanya. Namun setiap Ayesha meminta lagi, Yudis hanya menjawab satu hari hanya boleh satu. Meski bingung Ayesha mengangguk setuju.

Sampai didepan rumah Ayesha berpamitan pada Yudis serta berjalan memasuki rumahnya yang sepi. Ia langsung membuka pintu dan langsung menguncinya kembali, tanpa mengganti baju langsung saja Ayesha membaringkan badannya diatas kasur. Rasanya tidur ia sangat nyenyak, ringan tanpa beban pikiran yang biasa bersemayam diotaknya.

*

Remon dan Arsyad memasuki rumah dengan raut lelah. Tak juga mereka menemui Ayesha, namun satu yang membuat mereka terdiam didepan pintu masuk. Pintu kamar Ayesha yang terbuka langsung menarik perhatian keduanya dan berlari menghampiri.

Dapat dilihat Ayesha yang tertidur dengan tengkurap masih lengkap dengan sepatu serta sweeter yang dikenakan. Dengan khawatir Remon menghampiri adik wanita satu-satunya, menilisik seluruh tubuh wanita itu akhirnya ia bisa bernafas lega saat Ayesha baik-baik saja. Arsyad dengan hati-hati melepaskan sepatu serta membenarkan posisi tidur Ayesha agar lebih nyaman. Tak lama mereka berdua keluar dan meninggalkan kamar Ayesha.

*

Keesokan harinya dengan wajah linglung Ayesha berangkat kerja diantar oleh Remon. Meski Remon berkali-kali bertanya pada Ayesha tapi tetap saja dijawab tidak ada apa-apa, membuat Remon khawatir hanya bisa berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada Ayesha.

Sampai dikantor, Ayesha langsung berjalan menuju kubikelnya yang masih sepi tapi sudah ada Yudis duduk manis dikubikelnya. Ia duduk dikubikelnya mulai menyalakan komputer, namun Yudis berdiri disampingnya menyodorkan sebuah botol air mineral yang langsung diterima oleh Ayesha.

"Minumnya nanti aja sore pas pulang kantor Sha." Ujar Yudis yang dibalas anggukan kepala Ayesha.

Dengan senyuman miring Yudis kembali duduk dikursi kubikelnya. Ini awalan rencana, ia tidak akan bermain lama. Mungkin hanya hingga besok, hari kamis. Satu hari sebelum pernikahan Arkan. Ah rasanya ia tak sabar.

*

Jam makan siang, Remon bertemu dengan Arsyad disalah satu caffe tengah kota. Dengan sedikit basa-basi Remon mencoba memikirkan kalimat yang pas untuk berujar pada Arsyad.

"To the point aja bang, ada apa?" Tanya Arsyad membuat Remon terdiam dan menatap Arsyad penuh harap.

"Abang ngerasa ada yang aneh sama Ayesha." Jawab Remon lirih.

"Aneh? Maksudnya?"

"Ya aneh, tadi pagi tuh ga biasa Ayesha kaya lemes gitu bahkan sampe kaya banyak ngelamun tapi kaya orang linglung juga. Setiap abang tanya pasti jawabnya ga kenapa-kenapa."

"Tadi abang tanya ga Ayesha semalem kemana?"

"Udah, tapi dia cuma jawab cuma cari angin."

"Nanti gue coba cari tau ya bang, lo ga usah khawatir." Remon hanya mengangguk kepala sebelum pamit dan berjalan meninggalkan cafe untuk kembali bekerja.

Dengan sedikit mengepal tangan banyak pemikiran buruk diotaknya yang menjadi kemungkinan Ayesha menjadi seperti ini. Apa karna pernikahan Arkan dan Rinata yang dipercepat? Tapi tidak mungkin Ayesha bukan tipikal wanita yang akan menggalau hingga parah. Ah Arsyad bingung, yang pasti ia harus memperhatikan Ayesha lebih detail.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang