"Apa kamu yang setiap malam memarkir mobil didepan rumah yang disana?" Tanya Remon pada Remon yang kini berdiri berhadapan depan rumah.
"Iya bang." Jawab Arsyad jujur, sedangkan Remon menghela nafas.
"Jangan parkir depan rumah orang, kalo mau kesini parkir aja disini. Kan masih cukup juga buat parkir."
"Ga gitu bang, maks--"
"Diem-diem merhatiin Ayesha dari jauh iya?" Ucapan Arsyad terpotong oleh pertanyaan yang keluar dari mulut Remon membuatnya terdiam. "Abang cukup tau kamu dari cerita Ayesha. Abang ga bisa nyalahin kamu dan abang juga ga bisa berbuat apa-apa. Tapi abang mau tau apa rasa yang kamu punya buat adik abang?"
Arsyad terdiam cukup lama untuk berfikir dan menyusun kalimat yang pas untuk menjawab pertanyaan Remon.
"Lebih dari temen bang." Cicit Arsyad pelan setelah beberapa menit terdiam.
"Lebih dari temen itu apa? Sahabat?" Arsyad menggeleng kepalanya saat mendengar Remon berujar. Ia tak ingin bersahabat dengan Ayesah, ia ingin yang lebih.
"Pacar?" Tanya Remon lagi yang mendapat gelengan dari Asryad. Ia tak ingin berpacaran dengan Ayesha, ia ingin yang lebih.
"Terus apa? Suami-istri?" Dengan refleks Asryad mengangguk lalu terdiam menatap Remon tersadar kalo yang ia lakukan itu salah, selanjutnya mengegeleng kepala keras.
"Eng-engga bang, engga git---"
"Kamu beneran udah yakin mau jadiin Ayesah istri kamu? Apa kamu bisa jamin ga akan ngelukain hati Ayesha untuk yang kedua kalinya?" Tanya Remon yang lagi mendapat anggukan reflek dari Arsyad.
"Kuliah yang bener, kerja terus cari uang buat lamar anak orang." Remon menepuk pelan pundak Asryad melangkah kembali menuju rumah, namun saat matanya menatap Ayesha yang kini fokus menatap Arsyad dengan tatapan sulit dijelaskan ia membalik badannya. "Sebelum janur kuning melengkung , Ayesha masih berhak memilih siapapun yang akan ia jadikan imam rumah tangganya. Berusaha lah jika memang ingin mendapatkannya. Cinta itu buta dan bodoh, terkadang mereka tetap bertahan meski berkali-kali dikecewakan." Bisik Remon tepat ditelinga Arsyad.
Arsyad mengangguk sambil tersenyum pada Remon yang kini kembali masuk kedalam pekarangan bahkan menarik Ayesha serta Arkan untuk ikut dengannya masuk kedalam rumah.
Arsyad berjalan menuju mobilnya yang sudah ada Gafa didalamnya menatap intens. Membuka pintu kemudi dan menyenderkan punggungnya lelah sebelum menyalakan mobil berlalu menuju jalan pulang.
"Tadi abangnya Ayesha ngomong apa?" Tanya Gafa penasaran.
"Jangan parkir depan rumah orang." Jawab Arsyad acuh.
"Lo sih. Terus apa lagi?"
"Parkir depan rumahnya aja masih luas." Kini dengan nada dingin.
"Terus?"
"Nanya soal perasaan gue ke adiknya itu gimana."
"Dan lo jawab apa?"
"Lebih dari temen. Lebih dari sahabat. Ga berharap pacaran, pingin langsung ke pelaminan."
"Wazeeeggg, terus itu si abang balas apa?"
"Sebelum janur kuning melengkung Ayesha masih punya hak buat milih lelaki yang dia ingin."
"Dan lo bakal terus berjuang kan?"
Arsyad mendelik kesal pada Gafa yang menurutnya kini sangat banyak bicara. Ia tak menjawab, terdiam membiarkan Gafa menatapnya kepo. Hingga kini mobilnya sampai didepan rumah Gafa, Arsyad masih terdiam enggan menjawab.
"Jawab dong, lo bakal terus berjuang atau mundur?" Tanya Gafa gemas.
"Ga tau!" Jawab Arsyad mendorong tubuh Gafa keluar dari mobil tersungkur tidak elite. Ia menjalankam mobilnya kencang saat Gafa akan meneriakinya.
"Bintang kejora dasar! Pergi aja sonoh ke venus!!" Teriak Gafa yang masih terdengar oleh Arsyad dalam mobil dan terkekeh kecil.
***
Arsyad memasuki rumah dengan wajah sulit diartikan. Saat hendak memasuki kamar, ia melihat mamahnya yang juga menatapnya dengan senyuman. Berjalan cepat dan memeluk wanita paruh baya yang sudah melahirkannya kedunia.
"Bintangnya mamah kenapa?" Tanya mamah Arsyad yang hanya dibalas gelengan kepala kecil. "Bintangnya mamah ga bisa bohong." Lanjutnya sambil mengusap pelan surai hitam anaknya itu.
"Mah..." Panggil Arsyad pelan.
"Ada apa nak?"
"Aku salah ga sih mah kalo mengharapkan seseorang yang pernah aku sakiti untuk aku miliki seorang sampai mati?"
"Seberapa sakit yang pernah kamu kasih ke dia?"
"Entah." Arsyad menatap lekat mata mamahnya yang tersenyum hangat padanya.
"Percayalah nak, kalo jodoh ga akan kemana. Seberapa kuat kamu berlari untuk mengejar tapi kalo memang jodoh ia akan dengan sendirinya kembali meski berkali-kali telah disakiti."
"Gitu ya mah?"
"Iya nak. Sekarang istirahat ya sudah malam sana masuk kamar." Arsyad menganggukan kepala dan kembali memasuki kamar meninggalkan mamahnya sendiri diruang tengah.
Ia merebahkan diri diatas kasur, menghalau cahaya dengan menaruh lengan kanannya diatas mata. Rasanya ucapan Remon terus terngiang ditelinganya. Perkataan mamahnya pun membuat ia kini kembali berfikir.
Memang ia pernah mendengar kalo jodoh ga akan kemana, tapi kalo ga jodoh dia harus gimana? Itu yang ia fikirkan. Arsyad membuka mata dan mengacak rambutnya gusar, memiringkan badan serta memejamkan mata berharap mimpi indah datang menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayesha
Teen Fiction"Kata orang kalo kita suka sama seseorang lebih dari 4 bulan itu nama nya sayang, terus kalo menyukai seseorang lebih dari 4 tahun itu apa nama nya?" - Ayesha Ayoda Sabita ------------------------------------------------------ "Gue inget gue pernah...