Kita putus ya kak.

341 16 1
                                    

Semalaman Arsyad tidak tidur dan terus terjaga menjaga Ayesha hingga pagi wanita itu terbangun. Awalnya Ayesha serta Remon memaksa Arsyad tinggal sebentar untuk sarapan, namun ia tolak dan langsung pulang. Kini ia sedang berjalan dengan lunglai memasuki rumah , melihat mamahnya duduk disofa dengan puding dimeja yang terlihat baru dibuatnya menarik perhatian Arsyad yang hendak menuju kamar.

"Assalamualaikum mah, lagi apa?"

"Waalaikumsalam, kamu ini semaleman kemana aja?" Bukan bertanya wanita paruh baya itu malah balik bertanya membuat anak laki-lakinya terkekeh ringan.

"Ada deeehhhh. Mau mah." Ucap Arsyad membuka mulutnya meminta disuapi yang beruntungnya sang mamah peka dan memasukan sesendok puding kedalam mulut anaknya itu. "Bintang kekamar dulu ya mah, ngantuk."

"Ada apa? Semaleman ga tidur ya matanya ngeliatin banget." Ujar lembut wanita itu menahan tangan Arsyad.

"Iya. Semalem ada sedikit masalah dirumah temen jadi Bintang ga pulang. Bintang tidur ya, kalo ada Gafa kerumah suruh balik aja kekeke." Arsyad berlalu menuju kamarnya tanpa mengganti baju langsung merebahkan diri diatas kasur yang membuatnya tertidur nyenyak.

***

Jam kini menunjukkan pukul 11.47 ,Ayesha baru sampai dipelantaran caffe dan duduk berhadapan dengan Arkan. Mereka kini berada disalah satu caffe ujung kota yang tidak terlalu ramai pengunjung, bukan keinginan Arkan namun keinginan Ayesha. Sejak pagi ia terus mengabaikan berpuluh-puluh panggilan dari pacarnya itu yang kini berstatus menjadi tunangan Rinata.

"Ay--"

"Kita putus ya kak." Potong Ayesha menatap Arkan dengan senyuman manisnya yang dipaksakan.

"Gue bisa jelasin semuanya." Ujar Arkan dengan nada lirih.

"Kalo kakak lupa, kaka udah jelasin semuanya semalem dan aku denger semua itu." Jawab Ayesha dengan tangan mengepal diatas paha menahan rasa sakit didada. "Pertahanin hubungan kakak sama kak Rinata, pertunangan itu udah masuk tahap menuju pernikahan yang semua orang jelas tau itu hubungan yang sakral." Lanjutnya.

"Tapi gue cinta sama lo Ay." Arkan menggenggan tangan kiri Ayesha yang diletakkan diatas meja.

"Kakak bisa cinta dengan kak Rinata kalo kakak buka hati dan nerima segalanya. Percaya kak , cinta datang karna terbiasa bersama. Kaya yang aku rasain beberapa bulan ini sama kakak." Tangan yang tadi ia kepal kini ia angkat dan mengenggam tangan Arkan yang satunya lagi. "Aku coba iklhas dan nerima semuanya, aku yakin kalo jodoh ga akan kemana. Jangan coba buat nyakitin kak Rinata, kakak tau jelas dia orangnya gimana. Aku pamit." Ayesha berdiri dan berjalan meninggalkan Arkan yang kini mengekori dan terus memanggil namanya dari belakang.

"Ayoda." Panggil Arkan lirih dan mencekal tangan Ayesha saat akan memasuki taxi yang ia cegat.

"Aku suka panggilan Ayoda dari kakak. Tapi itu semua masa lalu. Kita menjalin hubungan baik-baik dan aku pingin berakhir dengan cara baik-baik juga. Makasih buat semuanya, aku bahagia walau sebentar. Dan kita masih bisa kembali berteman jika mau. Bye." Ia melepaskam cekalan tangan Arkan dan memasuki taxi yang kini berlalu menjauh dari hadapan Arkan.

"Apa gue bisa ay tanpa lo?" Tanyanya bermonolog menatap kepergian Ayesha.

Arkan berjalan menuju mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan cafe menuju suatu tempat. Sepanjang jalan tangannya mengepal kuat stir dengan hati yang berkecamuk. 30 menit ia berkendara akhirnya sampai disebuah rumah dua lantai yang cukup mewah, berkali-kali ia menarik nafas sebelum berjalan keluar menghampiri pintu coklat yang menjulang tinggi.

Arkan berhenti didepan pintu dan memencet bel dengan ragu. Tak berselang pintu terbuka dengan sendiri membuat ia melangkahkan kakinya dan menghampiri orang-orang yang sudah lebih dulu datang terduduk disofa ruang keluarga.

"Nak Arkan sini duduk." Ucap wanita paruh baya yang masih cantik meski tak muda lagi.

"Iya tan--"

"Mamah nak bukan tante, kan bentar lagi udah mau jadi mantu." Potong wanita paruh baya tadi.

"Jadi kita mulai aja membicarakan soal pernikahan Arkan dan Rinata yang sempat tertunda semalam." Ucap Dipta memulai pembicaraan.

"Jadi nak Arkan si--"

"Kita bicara dulu Ar." Rinata memotong ucapan papahnya dan menarik Arkan kehalaman belakang mendudukkan bokong mereka digazebo pinggir kolam.

"Ar.." Panggil Rinata sendu.

"Jangan buat gue nyesel karna udah milih lo dan nyakitin Ayesha Rin. Semakin banyak dibicarain semakin buat gue ragu rasanya pingin pergi aja dari sini dan memilih menjadi seorang pengecut." Ujar Arkan datar.

"Apa lo yakin? Gue butuh waktu buat semuanya. Lo tau jelas gue gimana Ar. Gue..... Gue pingin nikah cuma sekali."

"Gue juga cuma ingin nikah sekali seumur hidup Rin bukan lo doang."

"Tapi gue masih berharap pada Arsyad." Rinata menundukkan kepalanya.

"Dan gue juga masih berharap pada Ayesha." Arkan mengusap surai hitam Rinata yang terurai panjang dipunggungnya. "Kita coba Rin, gue sama lo sama-sama sakit disini. Jangan coba selingkuhin gue kalo lo gedek ama gue. Cukup ngomong jujur biar gue ngertiin lo. Soal pernikahan gue bakal usahain buat nunda karna jujur gue sendiri belum sanggup untuk nikah muda." Lanjutnya dan Rinata hanya mengangguk paham.

Tak sadar keempat orangtua mereka sedari tadi memperhatikan dari jarak yang cukup aman namun mampu mendengar apa yang mereka bicarakan. Zarha, mamahnya Arkan tersenyum kecut dan memegangi dadanya. Ia ingin Arkan memilih wanita yang ia cintai, tapi janjinya pada seseorang membuat ia memaksa sedikit Arkan sesuai dengan keinginan orang itu. Yang hanya diketahui oleh orang itu, Zarha dan Dipta oh jangan lupakan tuhan sang pencipta yang maha mengetahui segalanya.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang