Keputusan

4.9K 273 5
                                    

"Bun." Panggil Laura pada Dinda yang kini tengah menonton di ruang keluarga.

"Iya ada apa nak? Sini duduk dekat bunda dulu." Ujar Dinda yang menepuk nepuk sofa yang ia duduki.

"Bunda Laura mau bilang sama bunda, kalau besok Laura harus pergi ke padang bun." Ujar Laura yang sudah duduk di samping Dinda, mendengar penuturan Laura seketika raut wajah Laura pun langsung berubah.

"Lho, kenapa sayang bukannya kamu masuk kuliah satu minggu lagi?" Tanya sang bunda yang kebingungan.

"Jadi tadi itu aku ditelfon sama Nina teman satu fakultas aku bun, kalau jadwal kuliahnya lebih di percepat jadi 2 hari lagi." Ujar Laura yang berbohong, karena sebenarnya bukanlah itu alasan Laura untuk cepat cepat pulang ke Padang. Sebenarnya Laura ingin cepat pulang ke padang karena tidak ingin di jodohkan lagi oleh sang ayah.

"Maafin Laura ya Allah udah berbohong sama bunda. Bunda maafin Laura ya, Laura terpaksa ngelakuin ini bun." Ujarnya dalam hati yang sedikit merasa bersalah.

"Ooohhh gitu, tapi bunda masih kangen lho sama kamu. Tapi nggak apa apalah kan ini semua buat cita cita kamu." Ujar Dinda yang langsung memeluk sang anaknya.

"Maaf ya bun." Ujar Laura yang membalas pelukan Dinda sang bunda.

"Iya nggak apa apa kok sayang bunda ngerti kok." Ujar Dinda yang kini sudah melepaskan pelukannya dan hal itu membuat senyuman Laura kian mengembang.

**

"Nah gimana suf? Kamu sudah tahu jawabannya nak?" Tanya Ikhsan pada Yusuf.

"Hmmm, seperti janji Yusuf sama abi dan umi kemaren bahwa Yusuf akan menyampaikan keputusan Yusuf pada semuanya." Ujar Yusuf yang berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

"Baiklah, tapi apa keputusan kamu sayang?" Ujar Salsya yang sudah tidak sabaran dengan jawaban anaknya.

"Jadi Yusuf memutuskan untuk..." ujar Yusuf yang terpotong karena ucapan Fani.

"Kakak.... cepatan. Kasihan abi sama uminya nungguin jawaban kakak tuh." Ucap Fani yang memotong ucapan Yusuf.

"Yang nungguin jawaban kakak itu abi sama umi atau kamunya Fan?" Tanya Yusuf yang membuat Ikhsan dan Salsya tertawa dan begitu juga dengan Yusufnya.

"Ihh kakak mah..." ujar Fani pura pura merajuk.

"Yusuf cepetan nak. Umi udah nggak sabaran nih." Ujar Salsya yang menampakkan wajah seriusnya.

"Nah tukan kak apa yang aku bilang." Ujar Fani yang tersenyum angkuh.

"Yaudah deh." Ngalah Yusuf. "Jadi aku menerima perjodohan ini abi umi." Ujar Yusuf dalam satu tarikan nafas dan terdengarlah helaan nafas lega dari Ikhsan dan Salsya dan begitu juga dengan Fani yang tersenyum bahagia, karena sebentar lagi dirinya akan memiliki kakak perempuan.

"Alhamdulillah, kalau begitu nak, nanti ba'da isya kita ke rumah sahabatnya abi." Ujar Ikhsan yang tersenyum girang.

"Tapi yah, apa ini tidak terlalu cepat?" Tanya Yusuf yang sedikit ragu.

"Sudah tidak apa apa nak." Ujar Yusuf yang berlalu pergi dari ruang keluarga.

"Yang semangat ya sayang." Ujar Salsya yang tersenyum bergembira.

"Umi....." rengek Yusuf pada sang umi yang telah meninggalkannya bersama dengan sang adik.

"Apa liat liat?" Ketus Yusuf dan Fani pun hanya tertawa seperti sedang mengejek dirinya yang membuat Yusuf semakin kesal.

"Fani, sini kamu." Teriak Yusuf pada sang adik yang sudah ngacir ngacir ke kamarnya sendiri.

"Ya Allah semoga keputusan yang hamba ambil ini sudah baik dan sudah pantas hamba pilih." Lirih Yusuf dalam hatinya.

~*.*~

Hai teman teman.

Apa kabar?

Alhamdulillah banget teman teman mau baca cerita aku ini.

Makasih banyak ya teman teman.

Jangan lupa vote sama komennya😅😅😊😊

Chasing After Lowful Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang