Berbeda di rumahnya Sarah, kini Laura dan Widya tengah berbincang di kamar lamanya Laura.
"Ya, kakak mau nanya sesuatu dong." Ujar Laura yang sekarang tengah menatap Widya dengan serius.
"Iih kok kakak kelihatan serius gitu sih?" Ujar Widya yang merasa sedikit gelisah, karena di tatap seperti itu oleh Laura.
"Kakak mau tau tentang perasaan kamu sama Yahya?" Ujar Laura yang masih setia menatap adiknya dengan penuh ke seriusan. Jujur saja, mendengar pertanyaan dari Laura, seketika Widya langsung melongo, karena bagaimana bisa kakaknya bertanya seperti itu padanya.
"Udah kamu jujur aja, kakak nggak bakalan marah kok sama kamu, justru kakak malah dukung." Ujar Laura yang berhenti menatap adiknya dengan serius. Dan bergantian dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hmmmm..... nggak kok kak, mana mungkin aku bakalan menyukai pria dingin seperti dia." Ujar Widya yang mencoba untuk bersikap biasa biasa saja, sebelum Laura semakin mencurigainya.
"Trus, kalau kamu nggak menyukainya, ngapain nangis tiap malam." Ujar Laura yang kembali menatap adiknya dengan serius.
"Ha? Sejak kapan aku nangis tiap malam?" Ujar Widya yang kembali terkejut, akan tetapi langsung menormalkan mimik wajahnya agar Laura semakin tidak mencurigainya.
"Udah nggak usah bohong, kakak udah tau semuanya kok." Ujar Laura dengan gaya agak menyombongkan dirinya.
"Sok tau deh, udahlah aku mau keluar dulu, bye....." ujar Widya yang langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan Laura sendirian di atas ranjang.
"Kamu tau nggak kalau Yahya nggak datang?" Ujar Laura yang berteriak ketika Widya sampai di ambang pintu kamarnya Laura. Seketika langkah kaki Widya langsung berhenti dan membalikkan badannya kembali kearah Laura di atas ranjang.
"Lho kenapa kak?" Ujar Widya yang masih berdiri di ambang pintu.
"Cieee yang katanya nggak ada perasaan apa apa, tapi nyatanya malah khawatir kek gitu." Ujar Laura yang langsung terkekeh geli.
"Iiihhhh, kakak!!!" Ujar Widya yang langsung meninggalkan kamarnya Laura, dengan menggerutu kesal.
.........
"Umi!" Panggil Widya saat melihat Syalsa tengah bersantai di taman dengan ditemani secangkir teh hangat.
Widya memang merubah panggilannya terhadap Syalsa, karena itu permintaan Syalsa sendiri waktu itu.
"Eh iya sayang, ada apa?" Ujar Syalsa yang mengalihkan pandangannya kepada Widya yang tengah berjalan ke arahnya.
"Widya dengar Yahya nggak ke sini ya Mi?" Tanya Widya dengan hati hati, soalnya ia takut di curigai lagi.
"Hmmm, iya sayang, jujur aja umi sangat merasa sedih akan sikap Yahya. Umi benar benar nggak nyangka dia akan bersikap seperti ini." Ujar Syalsa yang kini tengah meneteskan air matanya. Widya yang juga ikut merasa sedih langsung memeluki tubuh Syalsa yang bergetar, karena menangis.
"Umi yang sabar ya, Widya yakin suatu saat nanti Yahya pasti kembali seperti dulu lagi." Ujar Widya yang masih setia memeluki tubuh Syalsa.
"Iya nak, umi harap juga seperti itu. Dan umi harap kamu juga bisa menjadi menantu umi nantinya." Ujar Syalsa sambil mengelus puncak kepala Widya yang tertutup khimar pinknya. Widya yang mendengar kata menantu, langsung terkejut akan ucapan Syalsa ini.
"Umi bisa aja, oh iya umi lagi liat apaan?" Ujar Widya yang mengalihkan pembicaraannya. Sebelum detak jantungnya menjadi semakin tidak normal seperti sekarang ini.
"Hmmm, umi lagi nenangin pikiran aja di sini. Soalnya tadi umi lihat di sini suasanya bagus buat nenangin diri, jadi umi duduk dulu di sini deh." Ujar Syalsa menjelaskan semuanya pada Widya.
"Ooh gitu." Ujar Widya yang mengangguk anggukan kepalanya.
"Eh umi di sini?" Ujar Laura yang baru saja datang dan menghampiri Syalsa dan Widya yang tengah berbincang bincang ringan.
"Eh iya nak, ada apa?" Ujar Syalsa yang menatap Laura dengan penuh keheranan.
"Laura mau ngomong penting sama umi, boleh?" Ujar Laura yang ikut duduk di sebelah Syalsa. Sedangkan Widya hanya bisa menatap Laura dengan penuh keheranan.
"Tentu boleh dong sayang. Kamu mau ngomong apa?" Ujar Syalsa yang mengelus puncak kepala Laura sambil tersentum.
"Tapi Laura nggak bisa bicaranya di sini, kita ke kamar Laura aja ya umi." Ujar Laura yang sedikit melirik kearah Widya yang tengah kebingungan.
"Oh yaudah, nak Widya umi pergi dulu ya." Ujar Syalsa yang membuyarkan lamunan Widya, dan Widya hanya bisa menganggukan kepalanya. Setelah itu Laura dan Syalsa pun langsung menuju kamarnya Laura.
![](https://img.wattpad.com/cover/210236166-288-k555299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing After Lowful Love (Completed)
Novela JuvenilKisah sang gadis cantik nan taat beragama yang berawal dari perjodohan sang ayah, dan di tolak oleh gadis itu. Akan tetapi sang ayah nekad menikahkan anaknya dengan anak dari sahabat lamanya dengan cara merahasiakan pernikahan ini. Sehingga membuat...