Hari ini tepatnya satu minggu setelah kesadaran Laura dari komanya. Dan hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh sang dokter.
"Hei, kok malah bengong gitu sih?" Ujar Yusuf yang melambai lambaikan tangannya di depan wajah Laura yang sedang menatap nanar keluar jendela rumah sakit.
"Eh nggak kok pak." Ujar Laura yang merasa canggung sekarang, karena Yusuf menatapnya dengan senyuman yang selalu membuat Laura jatuh hati.
"Udah cerita aja sama mas, kamu kenapa?" Ujar Yusuf yang mulai duduk di samping Laura.
"Hmmm, sebenarnya saya masih belum yakin dengan semua ini pak." Ujar Laura yang menundukkan pandangannya.
"Lho kok gitu?" Tanya Yusuf yang merangkul bahu Laura mencoba memberikan ketenangan kepada Laura.
"Ya, saya masih belum yakin kalau mereka semua adalah keluarga saya." Ujar yang sekarang memberanikan dirinya untuk menatap Yusuf.
"Kenapa kamu belum percaya? Coba kamu jelaskan sama mas, siapa tau mas bisa buat kamu yakin nanti." Ujar Yusuf yang memegangi dagu Laura dengan lembutnya.
"Saya masih belum yakin, karena saya tidak pernah menemukan kejadian dia saat saya berada di dekat mereka, berbeda dengan bapak, yang selalu hadir di dalam mimpi ataupun ingatan saya." Jelas Laura yang menatap Yusuf dengan wajah yang sendu.
"Ooh jadi begitu, hmmm....gimana ya," ujar Yusuf yang mencoba mencari jalan keluarnya untuk Laura agar ia bisa mengingat semuanya lagi.
"Maaf ya pak, saya sudah membuat bapak pusing kayak begini." Ujar Laura yang menundukkan wajahnya kembali. Karena tidak tega melihat Laura yang merasa bersalah seperti ini, langsung saja Yusuf merangkul bahu Laura dari samping dan mengusap usap kepala Laura yang tertutup khimar, sambil menyandarkan kepala Laura di bahunya.
"Udah... jangan sedih lagi, mas akan selalu ada buat kamu kok, jadi kamu jangan sedih lagi, mas akan bantu kamu buat mengingat semuanya lagi. Mas janji." Ujar Yusuf yang menenangkan Laura.
"Terima kasih mas..." ujar Laura yang tanpa sadar dia telah merubah panggilan dari dirinya terhadap Yusuf.
"Terima kasih kembali sayang." Ujar Yusuf yang mencubit gemas pipinya Laura.
"Iiiih sakit tau...." ujar Laura yang memajukan bibirnya sambil menggosok gosok pipinya yang sedikit memerah karena ulah Yusuf tadi.
"Hhhhhh, abisnya kamu gemesin banget." Ujar Yusuf yang beranjak dari duduknya dan mulai mengangkat barang barangnya dan Laura yang sudah di kemasinya tadi.
"Ayo sayang!" Ajak Yusuf yang sekarang sudah menenteng barang barangnya di tangan kirinya, dan tangan kanannya di gunakan untuk merangkul bahu Laura.
.........
Berbeda dengan keadaan rumah Yusuf yang kini tengah ada perdebatan antara Widya dan Yahya. Yahya kembali ke sini kemaren, atas permintaan dari Syalsa yang menyuruhnya agar kesini.
Dan hari ini Widya juga sedang tidak ada jam kuliah, jadi dia ikut bersama bundanya ke rumah Yusuf, karena dirinya hari ini mendapatkab kabar bahwa kakaknya pulang hari ini dari rumah sakit.
"Iiih, lo lagi lo lagi, lama lama hidup gue pusing juga atas keberadaan lo ini." Ujar Widya yang memutar bola matanya dengan malasnya.
"Alhamdulillah deh, kalau kayak gitu, gue ikut senang ya." Ujar Yahya yang ingin menyalami tangan Widya, akan tetapi langsung di tepis oleh Widya dengan kasar.
"Iiiiihhhh, lo ini benar benar nyebelin banget ya......" kesal Widya yang rasanya ingin meremas remas tubuh pri ini.
"Oh ya kah? Gue rasa tidak tuh." Ujar Yahya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Auahh... minggir!" Ujar Widya yang mencoba mengontrol emosinya sendiri, dengan mendorong tubuh Yahya yang menghalangi jalannya.
"Eitss ..... lo mau kemana?" Ujar Yahya yang langsung menarik tangan Widya, sehingga membuat gadis itu terpaksa berhenti dan malah sedikit kembali terdorong ke belakang.
"Apa lagi?" Ketus Widya yang masih mencoba menenangkan dirinya.
"Iih, galak amat dah." Ujar Yahya yang menatap jijik kearah Widya.
"Lepas nggak!" Bentak Widya yang melirik tangan Yahya yang sedang menggenggam tangannya.
"Kalau gue nggak mau gimana?" Ujar Yahya dengan senyuman sumringahnya.
"Gue gigit tangan lo sampai berdarah." Ujar Widya yang menatap tajam Yahya.
"Coba aja, kalau berani." Ujar Yahya yang menantang Widya.
"Oke..." ujar Widya setelah itu ia pun mulai menggigit tangan Yahya sampai mengeluarkan darah.
"Awww.... lho udah gila ya?" Ujar Yahya yang langsung menjauhkan tangannya dari Widya sebelum, lukanya semakin membesar.
"Iya gue, gila karena bicara sama lo, puas, udah ah, males gue bicara sama lo yang aneh." Ujar Widya tanpa merasa bersalah, dan mulai meninggalkan Yahya yang sedang mengarang kesakitan karena ulahnya sendiri.
"Bukan gue yang aneh, tapi lo." Ujar Yahya yang tidak terima jika dirinya di bilang aneh. Akan tetapi perkataan Yahya sama sekali tidak di gubrisi oleh Widya.
"Tajam juga gigi tu cewek." Ujar Yahya yang bermonolog dengan menatapi luka yang ada di tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/210236166-288-k555299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing After Lowful Love (Completed)
Teen FictionKisah sang gadis cantik nan taat beragama yang berawal dari perjodohan sang ayah, dan di tolak oleh gadis itu. Akan tetapi sang ayah nekad menikahkan anaknya dengan anak dari sahabat lamanya dengan cara merahasiakan pernikahan ini. Sehingga membuat...