Rencana Laura dan Syalsa

2.5K 112 1
                                    

Sekarang Laura dan Syalsa sudah berada di kamarnya Laura, dengan Laura yang duduk di hadapan Syalsa dengan menatapi Syalsa penuh keseriusan di atas ranjang tempat tidurnya.

"Mau ngomong apa sayang?" Ujar Syalsa yang memecahkan keheningan sementara itu.

"Hmmmm, menurut umi Widya itu gimana?" Tanya Laura dengan penuh ke hati hatian.

"Hmmm, menurut umi dia cantik dan baik. Tunggu dulu deh, kok kamu nanya kayak gitu? Kan dia adik kamu sendiri?" Ujar Syalsa yang mengernyitkan dahinya.

"Hehehe, Laura cuma ingin tau gimana pandangan umi terhadap Widya." Ujar Laura yang sedikit ragu untuk mengatakannya.

"Lho kok gitu, emangnya kenapa nak?" Ujar Syalsa yang kembali dibuat heran.

"Hmmm jadi gini mi, sebenarnya selama ini Laura selalu mengawasi pergerakan Widya yang sangat aneh terhadap Yahya. Trus waktu Yahya ingin balik ke Jakarta waktu itu, Laura nggak sengaja mendengar Widya yang menangis di kamar, dan dia menyatakan perasaannya sambil menangis. Lalu tiap malam dia selalu menangis di saat melaksanakan shalat malamnya. Dan di situlah Laura tau bagaimana perasaan Widya yang sebenarnya. Jadi, Laura cuma ingin tau apa umi menyukai Widya sebagai menantu umi nantinya?" Jelas Laura yang penuh dengan kekhawatiran. Sedangkan Syalsa yang mendengar itu malah tersenyum sambil mengelus puncak kepala Laura.

"Gini nak, jujur saja. Umi sangat menyukai Widya sama seperti umi menyukaimu sebagai menantu umi. Dan karena kamu sudah mengatakan itu pada umi, maka dari itu sekarang umi mutusin buat menyuruh mereka berdua untuk ta'arufan dulu, supaya mereka berdua bisa saling mengenal lebih jauh lagi. Akan tetapi umi takut Yahya tidak menyetujuinya." Ujar Syalsa yang di penuhi dengan sedikit kesedihan di hatinya, akan sifat yang dimiliki oleh Yahya.

"Umi nggak perlu sedih dulu, sebaiknya kita coba aja dulu, mana tau Yahya setujukan." Ujar Laura yang mencoba menyemangati ibu mertuanya.

"Baiklah nak, umi akan coba, tapi....." ujar Syalsa yang menggantung ucapannya.

"Tapi kenapa umi?" Ujar Laura yang menatap Syalsa dengan penuh keheranan.

"Tapi, sayangnya Yahya sekarang tidak bersama kita." Ujar Syalsa yang kembali merasa sedih.

"Umi-" ujar Laura yang terpotong akan ucapan dari seseorang di ambang pintu yang langsung menghampiri mereka.

"Siapa bilang?" Ujar Yahya yang berjalan kearah Syalsa, Syalsa yang sadar akan kehadiran putranya langsung saja memeluki tubuh Yahya dengan eratnya.

"Anak umi datang?" Ujar Syalsa setelah melepaskan pelukannya dan menangkupkan wajah putranya dengan kedua telapak tangannya. Dan Yahya bisa menanggapinya dengan senyuman.

"Ya Allah, ternyata kalian berdua di sini, sedari tadi aku nyariin tau." Ujar Yusuf yang tiba tiba memasuki kamar Laura, sehingga membuat semua orang terkekeh geli akan ucapan Yusuf yang terlihat kesal.

"Hehehe, ada apa mas?" Ujar Laura yang bangkit dari duduknya dan menghampiri Yusuf yang juga berjalan kearahnya.

"Nggak ada mas, cuma kangen sama kamu." Ujar Yusuf dengan santainya, berbeda dengan Laura yang malah tersipu malu.

"Owala, ternyata anak umi udah pandai gombal ya?" Ujar Syalsa yang baru sadar akan sifat baru Yusuf, yaitu tukang gombal.

"Yadong umi, kalau nggak gitu, nanti Lauranya nggak betah hidup sama Yusuf." Ujar Yusuf dengan PD nya, akan tetapi langsung mendapatkan cubitan kecil dari Laura di perutnya.

"Ih sakit tau yang." Ujar Yusuf sambil menggosok gosok perutnya di balik baju koko yang ia kenakan.

"Yaudah nak kita keluar yuk, kayaknya kita bakalan jadi nyamuk di sini." Ujar Syalsa yang mengajak Yahya keluar dari kamar Laura.

"Eh umi." Panggil Laura yang merasa tidak enakan dengan adik ipar dan ibu mertuanya.

"Udah biarin aja." Ujar Yusuf dengan santainya yang langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang Laura.

"Iiih kamu ini, emangnya dari mana sih, kok mas keliatannya capek gitu?" Ujar Laura yang menuangkan air minum ke dalam gelas yang memang tersedia di kamarnya Laura, karena Laura sendiri yang mengambilnya tadi.

"Itu habis jemput Yahya ke bandara." Ujar Yusuf yang setelah itu meneguk air minum pemberian Laura.

"Oooh gitu, yaudah mas istirahat aja dulu, aku mau liat bunda di dapur dulu, mana tau bunda lagi masak." Ujar Laura yang kembali menerima gelas minum Yusuf yang sudah kosong.

"Udah, kamu di sini aja, temanin mas." Ujar Yusuf yang kembali menarik tangan Laura sehingga wanita itu terjatuh di dada bidangnya Yusuf.

"Iiih mas, udah ah, aku mau keluar dulu." Ujar Laura yang berusaha bangkit dari atas dada Yusuf. Setelah berhasil Laura langsung pergi dari sana sebelum Yusuf kembali menariknya.

"Laura Laura, semoga kamu bisa menjadi istri yang selalu baik dan setia sama mas ya!" Ujar Yusuf yang berdoa atas istrinya. Dan setelah itu Yusuf pun mulai menelusuri alam mimpinya karena rasa lelah yang ia miliki membuat matanya terasa ngantuk.

Chasing After Lowful Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang