Perasaan Widya

2.8K 129 0
                                    

"Wah..... wah.... anak bunda lagi masak apa ni?" Ujar Dinda saat memasuki dapur dan mendapati Laura yang tengah memasak.

"Ini bunda lagi masak buat makan malam." Ujar Laura yang masih fokus dengan masakannya saja.

"Bunda bantuin ya." Tawar Dinda yang menghampiri Laura.

"Eh nggak usah bun, bentar lagi Laura selesai kok." Ujar Laura yang tidak enakan.

"Nggak apa apa kok, lagian bunda lagi nggak tau mau ngapain sekarang." Ujar Dinda yang mulai membantu Laura dan Laura hanya menanggapinya dengan mengangguk saja.

"Wahhhh, kayaknya kali ini bakalan jadi makan malam terenak deh." Ujar seseorang yang memasuki dapur dan membuat dua wanita itu langsung mengalihkan pandangannya pada orang itu.

"Eh mas, udah pulang." Ujar Laura yang kembali menatap masakannya. Yusuf baru saja pulang dari mesjid untuk melaksanakan shalat isya.

"Iya baru aja mau kekamar, eh malah ke sini gara gara mencium aroma masakan yang bikin mas laper nih." Ujar Yusuf yang menggosok gosok perutnya, untuk menandakan kalau dia sedang lapar sekarang.

"Kamu bisa aja deh, yaudah ganti baju dulu sana!" Suruh Laura pada suaminya itu sambil terkekeh geli.

"Yaudah deh, bunda, Yusuf ke kamar dulu ya, tolong jagain istri Yusuf yang cantik itu ya bun." Ujar Yusuf dan setelah itu berlari kecil dari sana, karena takut akan kemarahan Laura, karena merasa malu di perlakukan seperti itu oleh Yusuf.

"Haduhhhh, suami kamu itu benar benar ya." Ujar  Dinda yang menggeleng gelengkan kepalanya.

......

Sekarang semuanya baru saja selesai dengan makanannya masing masing, dan sekarang keheningan pun melanda semuanya, sebelum pada akhirnya Dinda buka suara.

"Oh iya Ra, bunda sama ayah mau balik ke Jakarta besok, nggak apa apakan?" Tanya Dinda tiba tiba.

"Lho kok udah mau balik aja sih bunda?" Bukan Laura yang menjawabnya, akan tetapi Yusuflah, seakan akan tau akan apa yang ingin di katakan Laura akan tetapi tidak jadi, karena hanya tidak ingin menghentikan niatan orang tuanya.

"Iya, soalnya pekerjaan ayah udah numpuk di kantor." Ujar Haris yang menjawab pertanyaan menantunya.

"Oh gitu." Ujar Yusuf yang mengiyakan jawaban dari Haris, lalu beralih menatap Laura yang tengah memainkan sendoknya di dalam piring.

"Besok gue juga mau balik." Ujar Yahya yang tiba tiba buka suara, dan seketika semua orang langsung menatap Yahya dengan heran.

"Lho kok cepat bener? Bukannya kamu masuk kuliah satu minggu lagi?" Tanya Yusuf yang memang mengetahui kapan adiknya ini masuk kuliah.

"Kuliah gue lebih di percepat." Ujarnya dingin dan setelah itu langsung bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamarnya. Semua orang yang melihat sifat Yahya seperti itu, hanya bisa geleng kepala, kecuali Widya yang malah menundukkan kepalanya.

"Gue tau Yah, apa yang lo pikirin, Lho pasti masih merasa khawatirkan kalau lo bakalan nyakitin gue nantinya tanpa sengaja?" Batin Widya dari dalam hati yang menundukkan pandangannya. Karena sudah merasa tidak tahan lagi akan air mata yang ingin keluar, seketika Widya langsung bangkit dari duduknya dan berlalu dari meja makan. Semua orang yang melihat sikap Widya langsung merasa heran.

"Eh dek, kamu mau kemana?" Tanya Laura yang menatap heran adiknya itu, dan begitu juga dengan semua orang.

"Hmmm, aku mau istirahat dulu kak, permisi." Ujar Widya yang masih setia menundukkan pandangannya, karena ia tidak ingin jika air matanya terlihat oleh siapa pun.

Setelah sampai di kamarnya Widya langsung menutup pintu kamarnya dan berlari keatas tempat tidur, dan langsung menghempaskan badannya dengan menelungkup, lalu barulah dia menangis sejadi jadinya, menumpahkan rasa sesak yang dialaminya sedari tadi.

"Hiksssss.... hiksss... hikss.... seandainya kamu tau bagaimana dengan perasaanku ini Yah, kamu pasti tidak akan seperti ini, hikss hiksss...." tangisnya yang terisak isak.

"Hiksss ... tapi aku tidak bisa mengungkapkan ini dengan begitu saja padamu Yah, karena aku yakin kamu pasti tidak merasakan hal yang sama denganku. Hiks........" tangis Widya yang semakin menjadi jadi.

Tanpa Widya sadari, sedari tadi Laura tengah mendengar dari balik pintu kamar Widya yang tertutup rapat. Dan betapa terkejutnya Laura saat mengetahui bagaimana perasaan Widya terhadap Yahya, pantasan saja selama ini Widya tampak berbeda jika berada di dekat Yahya, pikir Laura. Dan jujur saja Laura merasa kasihan ketika melihat adiknya yang seperti ini.

"Suatu saat nanti dia pasti akan datang untuk meminta kamu ke ayah dek." Monolog Laura dari balik pintu kamar Widya sambil tersenyum, dan setelah itu Laura pun langsung berlalu dari depan kamar Widya menuju kamarnya.

Chasing After Lowful Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang