Hati Laura Kembali Luluh

3.6K 142 0
                                    

"Tidak, tidak, tidak, tidakkkkkkkkk....." teriak Laura yang pada akhirnya sambil menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya. Dan sekarang ia kembali menangis terisak isak di pojok kamar, dan untung saja kamar Yusuf ini kedap suara, sehingga tidak bisa terdengar sampai keluar.

"Laura...." ujar Yusuf yang ingin mendekati Laura, akan tetapi langsung di hentikan oleh tangan Laura.

"Jangan mendekati saya!" Bentaknya sambil mendorong tubuh Laura, sehingga membuat pria itu meringis kesakitan karena punggungnya terkena tepian meja kaca yang ada di kamarnya sendiri.

"Lau- laura sa-saya tidak ber-bohong." Ujar Yusuf yang mencoba untuk berdiri akan bersusah payah dan menahan rasa sakit pada punggungnya yang terbentur pada meja kaca, yang menyebabkan tulang punggungnya terkena tepian meja kaca itu. Sehingga mengeluarkan darah dari punggungnya Yusuf.

"Tidak!! Saya tidak ingin menengar kata itu lagi!" Teriaknya yang masih menangis.

Dengan bersusah payah Yusuf berjalan ke arah Laura. Dan setelah sampai di hadapan Laura ia langsung menggenggam kedua bahu Laura, mencoba memberikan keyakinan kepada Laura.

"Sekarang kamu tatap mas." Ujar Yusuf yang mengangkat wajah Laura yang di penuhi butiran bening.

"Hikss hikss...." dengan mata yang masih menatap lantai akan tetapi wajahnya sudah terangkat sekarang, dan tangisan yang masih terdengar jelas dari bibirnya.

"Sekarang kamu istighfar dulu." Ujar Yusuf yang menatap lekat wajah Laura. Sedangkan Laura hanya menurut saja dengan beristighfar secara lirih dan suara yang menggigil.

"As-tagh-firul-lah hal-'a-dzim....." lirihnya yang terlihat seperti ketakutan. Sesudah mengucapkan kata kata itu, dengan langsung Laura memeluk tubuh Yusuf dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di dada Yusuf yang tertutup oleh kemejanya.

"Hikss..... hikss...... hiks....." tangisan Laura pun kembali berlanjut di dalam pelukan Yusuf. Yusuf yang mendapatkan pelukan dari Laura langsung membalas pelukan wanita itu, dengan mengusap usap kepala Laura dan punggungnya.

"Hikss..... hikss..... maafin aku mas...." lirih Laura di dalam pelukan Yusuf, yang menyadari dirinya, karena tidak bisa mengontrol emosinya.

"Alhamdulillah..... udah kamu nggak perlu minta maaf. Seharusnya maslah yang minta maaf sama kamu bukan kamu yang minta maaf sama mas." Ujar Yusuf yang sesekali mengecup kepala Laura yang sekarang tidak memakai jilbab.

"Tidak!! Aku tidak mau mas yang minta maaf, karena ini bukan salah mas, ini salah aku yang terlalu emosian." Ujar Laura yang melepaskan pelukannya dari Yusuf dan menatap tajam Yusuf. Yusuf yang mendapat tatapan itu langsung tersenyum dan kembali menaril Laura kedalam pelukannya.

"Baiklah... mas nggak akan minta maaf deh, tapi kamu harus janji dulu sama mas, kalau kamu tidak akan mengulanginya lagi, oke." Ujar Yusuf yang masih memeluk tubuh Laura.

"Makasih mas..." ujar Laura yang semakin mengeratkan pelukannya pada Yusuf.

Tiba tiba saja di saat momen mengharukan ini, pintu kamar mereka terbuka.

"Iih, lo liat aja ya!!" Ujar Widya yang membuka pintu kamar Laura secara tiba tiba. Yahya yang menyadari momen itu langsung saja menutup matanya dan tidak lupa juga ia menutupi mata Widya yang berada di sampingnya dengan telapak tangannya.

"Eh kalian, kenapa nggak ketuk pintunya dulu sih?" Gerutu Yusuf yang melepaskan pelukannya dari Laura, dan sedangkan Laura yang baru saja melepaskan pelukan Yusuf langsung menyambar jilbab instannya di atas sofa, dan berlari kearah kamar mandi, untuk mencuci wajahnya yang kusut, karena sehabis menangis.

"Iiihhhh, lepasin tangan lo!" Ujar Widya yang berusaha untuk melepaskan tangannya Yahya yang berada di matanya.

"Lo masih kecil, tidak boleh liat itu." Ujar Yayah yang masih menutup matanya dan Widya. Sedangkan Yusuf hanya geleng geleng kepala saja melihat tingkah laku adik dan adik iparnya itu.

"Udah kalian ini, mangkanya sebelum masuk itu, di ketuk dulu pintunya." Ujar Yusuf yang menghampiri keduanya dan Yahya langsung melepaskan tangannya dari matanya Widya dan matanya sendiri. Dan Widya langsung cengar cengir tidak jelas, berbeda dengan Yahya, dia malah menampilkan wajah datarnya.

"Hehehe, maaf kak, soalnya ini dia mau nantang aku buat ngajak kakak sama kak Laura buat ikut berenang di kolam belakang." Ujar Widya yang menatap Yahya dengan tajamnya.

"Astaghfirullah mas....." ujar Laura yang baru saja keluar dari kamar manda dan menghampiri Yusuf yang sekarang tengah berbicara dengan adik dan adik iparnya itu.

Karena mendengar ucapan Laura yang tampak khawatir, seketika semuanya menatap Laura dengan heran.

"Astaghfirullah mas, punggung kamu berdarah kayak gini." Ujar Laura yang sedikit meraba punggung Yusuf yang sudah berlumuran darah.

"Sudah tidak apa apa kok." Ujar Yusuf yang menenangkan Laura. Sedangkan Widya hanya menatap Yahya dengan isyarat bertanya, dan Yahya yang di berikan isyarat iti hanya mengedikkan bahunya tidak tahu.

"Nggak apa apanya gimana, yaudah sini aku obatin dulu, oh iya kalian ada perlu apa?" Ujar Laura yang menatap adik dan adik iparnya itu.

"Mau ngajak kakak dan kakak Yusuf berenang bersama kami." Ujar Widya yang langsung to the point.

"Hmmm, berenang? Kapan?" Ujar Laura yang langsung bersemangat, karena ia sangat menyukai berenang, semenjak ia menginjak bangku kelas 1 SMP.

"Sekarang." Ujar Widya antusias.

"Yah, kalau sekarang kakak nggak bisa, sebentar lagi aja ya." Ujar Laura yang sedikit memohon.

"Oke, kami tunggu di kolam ya kak, byeee...." ujar Widya yang setelah itu berlalu dari mereka bertiga sambil menampilkan senyuman mengejeknya kepada Yahya yang menatap Widya dengan tidak percaya.

Chasing After Lowful Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang