Kemarahan Laura

3.5K 154 3
                                    

Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya Laura dan Yusuf pun sampai di depan rumah Yusuf.

"Ayo turun." Ujar Yusuf yang membukakan pintu mobil di bagian Laura duduk, sambil mengulurkan salah satu tangannya dan sedikit membuka, seperti seorang pangeran yang sedang membukakan pintu mobil untuk seorang putri.

"Alay deh." Ejek Laura yang menerima uluran tangan Yusuf, dan mulai turun dari mobil.

"Alay alay gini, tapi kamu bahagiakan." Ujar Yusuf yang mulai menggenggam tangannya Laura.

"Taulah....." ujar Laura yang mengalihkan pandangannya kearah lain.

......

"Kakak!" Teriak Widya yang langsung berhamburan kedalam pelukan Laura. Laura hanya bisa terdiam di tempat saja, dengan tangan yang mempererat genggamannya pada jari Yusuf, berusaha menguatkan dirinya sebelum rasa sakit di kepalanya melanda lagi.

"Bunda Ayah, Tante Om, kak Laura sudah datang!!" Teriak Widya sehabis melepaskan pelukannya dari Laura.

Yusuf yang mengerti akan kondisi Laura sekarang, mulai merangkul bahu Laura dari samping untuk memberikan kekuatan kepada Laura.

"Wahhh.... anak bunda..." ujar Dinda yang langsung memeluk putrinya dengan erat. Laura hanya bisa tersenyum saja tanpa berniat untuk membalas pelukan Dinda.

"Nak? Kamu baik baik ajakan?" Tanya Dinda yang melepaskan pelukannya karena merasa ada yang aneh dari tingkah laku Laura sekarang.

Mendengar pertanyaan Dinda, Laura pun langsung melihat kearah Yusuf. Yusuf yang mengerti akan isyarat Laura pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"I-iya bunda." Aneh, itulah yang tengah di rasakan oleh Laura, setelah memanggil Dinda dengan sebutan Bunda.

"Yasudah, sebaiknya kamu istirahat saja di kamar dulu, Suf temanin istrimu nak." Ujar Syalsa yang menghampiri menantunya itu.

"Yasudah kalau begitu kami pamit dulu ya umi, bunda." Ujar Yusuf yang mulai membawa Laura dari sana.

......

"Mas!" Panggil Laura kepada Yusuf yang kini tengah memangku laptop di pahanya.

"Hmm?" Ujar Yusuf yang masih fokus kepada laptopnya.

"Aku ngerasa ada yang aneh deh, setelah masuk ke rumah ini, apalagi sewaktu pertama kali aku menginjakan kaki tadi, ntah kenapa tiba tiba bayangan seorang wanita yang sedang marah muncul di hadapan aku mas, akan tetapi aku tidak bisa melihat semuanya dengan jelas." Ujar Laura yang sekarang memilih duduk di samping Yusuf yang tengah menatap Laura yang begitu terlihat bingung sekarang ini.

Yusuf pun membuang kasar nafasnya, lalu ia pun mengambil keputusan untuk menceritakan yang sebenarnya saja kepada Laura. Agar tidak ada lagi kesalah pahaman di dalam rumah tangga kecilnya ini.

"Baiklah, sekarang kamu ingin tau yang sebenarnya?" Tanya Yusuf yang menutup laptopnya lalu menatap Laura yang sedang berfikir.

"Emang boleh?" Tanya Laura yang ragu ragu.

"Tentu boleh dong, dan lagian kamu harus mengetahui ini semua sekarang juga, karena mas tidak ingin kamu salah paham nantinya." Ujar Yusuf yang memperbaiki posisinya menghadap kearah Laura.

"Terima kasih mas...." ujar Laura sambil tersenyum.

"Jadi....." Yusuf pun mulai menceritakan semuanya kepada Laura, sampai pada akhirnya membuat memori memori lama kembali berputar di benaknya. Sehingga membuat Laura menatap nanar ke arah Yusuf, akan tetapi ia masih bisa mendengar ucapan pria itu dengan jelas.

"Laura kamu baik baik saja?" Tanya Yusuf yang khawatir karena melihat Laura yang sekarang sudah menangis sambil memegangi sebelah kepalanya.

"Jangan sentuh saya!" Bentak Laura, yang seakan membuat Yusuf terkejut, karena sikap Laura yang tiba tiba berubah.

"Laura...." lirih Yusuf yang bangkit dari duduknya dan menatap Laura dengan tidak percaya.

"Saya benar benar minta maaf sekali atas itu semua pada kamu Laura, saya menyesal dengan itu semua." Ujar Yusuf yang mulai frustasi akan hal ini.

Laura yang mendengar penyesalan Yusuf langsung ikut berdiri dengan sebelah tangannya yang terus memegangi kepalanya yang berdenyut, dengan sekuat tenaga Laura mencoba untuk menguatkan dirinya.

"Kenapa bapak selamatkan saya?" Dengan sekali tarikan nafas Laura mengatakan hal itu kepada Yusuf. Akan tetapi Yusuf hanya bisa diam tanpa menjawab perkataan Laura, karena ia tau apa maksud perkataan Laura sekarang.

Laura yang tidak mendapatkan jawabannya sama sekali dari Yusuf, langsung menghampiri pria itu dan menarik kerah baju pria itu, sehingga membuat jarak diantara mereka tinggal sedikit.

"Jawab pak, kenapa tidak bapak biarkan saja mati waktu itu?" Ujar Laura sambil menarik narik kerah baju Yusuf, agar pria itu menjawab pertanyaannya. Akan tetapi Yusuf masih saja tetap diam.

"Bukankah bapak juga ingin bercerai dari saya waktu itu?" Tanya Laura yang menatap dengan lekat manik hitam milik Yusuf. Meskipun sudah di perlakukan seperti ini oleh Laura, Yusuf tetap memilih bungkam dan lebih memilih memalingkan wajahnya.

"Jawab pak!" Ujar Laura yang mendorong tubuh Yusuf dari hadapannya. Lalu Laura pun luruh di lantai dan menangis sejadi jadinya, sambil memukul mukuli keramik kamarnya.

Yusuf hanya bisa diam saja di tempat, karena sekarang ia tengah bingung ingin melakukan sesuatu.

Laura yang awalnya menangis sekarang berhenti seketika dan menyunggingkan senyumannya. Lalu, Laura pun kembali berdiri dan kembali menarik krah baju Yusuf sambil menatap lekat manik hitam pria itu.

"Sekarang jelaskan pada saya pak! KENAPA BAPAK MENYELAMATKAN SAYA?" Tanya Laura sekali lagi yang awalnya mengecilkan suaranya, akan tetapi lama kelamaan ia bun berteriak.

"Karena saya sudah mencintai kamu." Ujar Yusuf yang sekarang memberanikan diri untuk menatap balik manik coklat Laura.

Jlebbb

Mendengar itu seketika Laura langsung melonggarkan cengkramannya dari kerah baju Yusuf dan mulai memundurkan dirinya secara perlahan lahan.

Chasing After Lowful Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang