Detik Kesadaran Laura

3.9K 179 0
                                    

Hari ini, tepatnya 1 bulan setelah kejadian yang menimpa Laura, akan tetapi wanita itu masih setia memejamkan matanya, tanpa melihat orang orang di sekelilingnya yang selalu saja merasa bersalah, terlebih lebih Yusuf.

Kini di ruangan rawat Laura, hanya ada Yusuf di sini, karena orang tua Laura dan Yusuf tengah pulang ke rumah. Dan semua itu adalah permintaan Yusuf yang hanya tidak ingin melihat mertua dan orang tuanya terlalu kelelahan. Sedangkan Widya, dia sedang ada jam kuliah hari ini, dan bagaimana dengan Fani dan Yahya? Ya kakak beradik itu sudah balik ke Jakarta, karena Fani harus masuk sekolah, dan begitu juga dengan Yahya yang harus masuk kuliah.

"Ra....." lirih Yusuf yang menggenggam tangannya Laura.

"Kapan kamu sadar? Mas dan semuanya rindu dengan kamu sayang." Ujar Yusuf yang menempelkan tangannya Laura di pipinya dengan tangannya yang masih setia menggenggam tangannya Laura. Dan masalah panggilannya ke dirinya sendiri, memang sengaja dia merubahnya, karena menurutnya panggilan itu lebih cocok untuk dirinya.

"Sudah banyak yang ingin mas bicarakan dengan kamu sekarang." Ujarnya lagi yang tetap dengan posisinya akan tetapi kali ini Yusuf mengeluarkan air matanya karena tidak tahan melihat kondisi istrinya yang seperti ini.

"Mas tau, kamu tidak ingin bangun, karena kamu tidak ingin bertemu maskan? Mas tau kok Ra, kalau kamu pasti sangat membenci maskan?" Ujarnya kembali sambil menatap sendu wajah Laura yang pucat.

Yusuf tidak pernah melupakan kata kata yang selalu di lontarkannya kepada Laura, karna dia selalu mengulang dan mengulangi lagi kata kata itu, tanpa ada kata bosan dari dirinya. Dan yang lebih parahnya dia selalu mengungkapkan isi hatinya kepada Laura. Seandainya saja Laura sudah sadar sekarang, pasti wanita itu akan tersipu malu atas perkataan Yusuf.

"Mas harap kamu tidak akan pernah bosan mendengarkan kata kata mas ini, Ana uhibbuka Fillah Laura." Ujarnya yang tidak pernah melupakan kata kata itu setelah menceritakan kerinduannya kepada Laura yang sedang terbujur lemah itu.

Setelah mengatakan kata kata itu Yusuf pasti akan selalu memberi kecupan hangat pada keningnya Laura, seperti yang sedang di lakukannya sekarang.

......

Di tempat yang gelap, tanpa ada sedikit cahaya pun, kini wanita itu tengah kebingungan karena tidak tahu lagi ingin pergi kemana. Seketika tubuhnya luluh di lantai yang beralaskan rerumputan itu.

"Hiksss.... hikss..... hiksss..... kenapa semuanya gelap? Kenapa saya tidak menemukan seseorang pun di sana? Kemana lagi saya harus pergi sekarang? Kemana? Hikss.... hikss...." tangis wanita itu yang menggema di mana mana.

Tiba tiba di saat wanita itu tengah menangkupkan wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tiba tiba suara yang sangat familiar baginya, dan kata kata yang selalu di dengarnya dari suara itu  selama ia berada di tempat yang gelap ini.

"Ra....." suara itu pun mulai terdengar jelas di pendengaran telinga wanita itu.

"Kapan kamu sadar? Mas dan semuanya rindu dengan kamu sayang." Setelah mendengar kata kata itu, seketi wanita itu langsung berdiri dari duduknya dan mulai menghapus air matanya.

"Sudah banyak yang ingin mas bicarakan dengan kamu sekarang." Setelah mendengar kata kata berikutnya, ia pun mulai mencari cari asal suara itu.

"Mas tau, kamu tidak ingin bangun, karena kamu tidak ingin bertemu maskan? Mas tau kok Ra, kalau kamu pasti sangat membenci maskan?" Seketika air mata wanita itu kembali keluar tanpa hentinya.

"Mas harap kamu tidak akan pernah bosan mendengarkan kata kata mas ini, Ana uhibbuka Fillah Laura." Rasanya kini wanita itu bersemangat kembali untuk mencari sebuah cahaya yang sudah lama ingin ia dapatkan. Akan tetapi selama ini dia selalu gagal mendapatkan cahaya itu, dan sekarang dia tidak ingin putus asa, ia sangat ingin bertemu dengan pemilik suara itu, karena hanya karena suara itulah yang membuat ia termotivasi untuk tidak menyerah mencari secercah cahaya.

Tiba tiba, setelah lama terus berlari, sebuah cahaya pun muncul bersamaan dengan seorang pria yang merentangkan tangannya. Seketika wanita itu langsung berhamburan kedalam pelukan pria itu.

......

Yusuf yang baru saja melepaskan kecupannya dari kening Laura, langsung terkejut saat merasakan tangannya yang di genggam erat oleh Laura. Seketika sebuah senyuman pun mengambang dari bibirnya, segera dia memanggil dokter melalui menekan bel yang ada di ruangan Laura. Tidak lama kemudian dokter dan para perawat pun datang untuk memeriksa keadaan Laura sekarang.

Yusuf pun di suruh keluar oleh salah satu perawat, akan tetapi sebelum Yusuf keluar, tangannya sudah terlebih dahulu di tahan oleh genggaman halus yang selama ini ia rindukan.

"Pak, sebaiknya anda tetaplah di sini saja, mungkin pasien sedang membutuhkan anda di sampingnya." Ujar salah satu perawat itu. Dan Yusuf hanya menuruti saja, sambil membalas genggaman tangan Laura.

"Alhamdulillah, sekarang anda tidak perlu khawatir lagi, karena keadaan pasien sudah mulai membaik sekarang, kita hanya menunggu beliau sadar saja sekarang." Ujar sang dokter setelah memeriksa keadaan Laura.

"Alhamdulliah, terima kasih dokter." Ujar Yusuf yang sangat senang mendengar kabar bahwa Laura sudah lepas dari masa komanya. Dan dokter pun hanya mengangguk sambil tersenyum ramah, lalu meninggalkan Yusuf dan Laura di dalam ruangan ini.

"Sayang, mas sangat menunggu kamu...." ujar Yusuf yang berulang kali mengecup punggung tangan Laura, sambil duduk di samping brankar Laura.

"Pak Yusuf...." suara serak itu langsung membuat Yusuf membuka matanya di saat ia tengah menempelkan tangan Laura di pipinya.

"Laura?"

Chasing After Lowful Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang