Ancaman

40.4K 2.6K 71
                                    

Pagi ini disa bangun tanpa panggilan dan suruhan dari abang dan bundanya, rekor yang harus di kenang.

"Disaaa, masih molor lo?" suara bass lelaki itu membuat disa yang sedang memakai bedaknya terkejut minta ampun.

"Brak... Brakk, disa bangun nggak? Brak..." teriak dikran bersamaan dengan gedoran pintu yang sangat kuat, arghh ini bukan di gedor lagi tapi di dobrak.

Sumpah demi apapun disa ingin abangnya itu hilang tanpa jejak.
Disa berjalan menghampiri manusia laknat di balik pintu kamarnya yang hampir rusak, dengan sangat emosi disa membuka pintu itu dan melihat wajah abangnya yang menyengir tanpa dosa.

"Eh udah bangun ternyata hehe."

"APA SIH BANG MASIH PAGI UDAH DOBRAK DOBRAK PINTU AKU? KALAU RUSAK GIMANA?" disa meluapkan semua emosinya ketika melihat abangnya itu.

"Disa kenapa masih pagi sudah teriak seperti itu?" tanya bunda dari arah lantai bawah.

"Nih anak laki laki bunda ganggu disa." disa menjawab dan menatap bundanya dari atas

"Abang kan bangunin kamu dek, kok kamu marah sama abang kamu?"

"Bangunin dengan cara sadis." disa menatap tajam abangnya dan turun dari tangga dengan langkah cepat dan wajah yang sangat merah menahan emosi.

"Dek, maafin abang dong." ucap dikran sambil berlari menyusul disa, and wait! Adek? Dikran panggil disa dengan sebutan seperti itu? Hellow kita hanya beda setahun.

Disa tidak mengindahkan panggilan abangnya dia terus melanjutkan langkahnya.

"Dek, abang minta maaf!"

"Bang, pliss jangan ganggu disa dulu oke? Ini masih pa--" ucapan disa terhenti ketika sorot matanya menangkap seorang lelaki yang sedang duduk di sofa ruang tamu dengan mata yang terus memperhatikan pertengkaran antara disa dan dikran.

"Ada apa lagi? Masih pagi sudah ribut kayak pasar?" ujar seorang pria paru baya dari arah kamar yang terletak di lantai bawah, membuat kontak mata disa dan lelaki tersebut terputus.

"Ayah, abang jahatin disaa." rengek disa, sumpah disa tidak mungkin melakukan ini di depan dendra yang sedang menatapnya dari arah ruang tamu, hanya saja dia ingin abangnya jera mengerjainya.

"Manja banget sih!" gumam dikran.

"Kenapa dek?" tanya andika kepada putri tunggalnya itu, putri manjanya.

"Abang tadi gedor gedor pintu kamar disa kenceng banget, kalau rusak nanti gimana yah?" disa mengeluarkan jurus ampuhnya yaitu air mata dan puppy eyesnya. Jurus yang bisa membuat seorang andika wirdana takuti dari putrinya itu.

"Jangan di ulangi dikran!"

"Iya yah." jawab dikran sambil menunduk takut menatap.

"Permisi om tante." panggilan seseorang membuat aktivitas keluarga ini terhenti dan fokus kepada seorang lelaki siapa lagi kalau bukan dendra.

"Eh iya bunda hampir lupa, disa kamu di tungguin dendra dari tadi." ujar aulia

"Iya bund." disa menyalim kepada ayah dan bundanya, ketika dia sampai di depan dikran.

My Psycopath Man (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang