bagian 29

20K 1.6K 46
                                    

Belajar untuk mengikhlaskan sesuatu, karena hidup pasti akan merasakan fase dimana akan kehilangan sesuatu yang cukup berharga bagi kita!

-author-

-----------

Disa berlari menyusuri setiap tempat yang berada di rumah sakit, hatinya merasa sangat berbeda saat ini yang ia tahu hanyalah bertemu dengan dendra dan semua baik baik saja.

Ketika sampai disa memelankan langkahnya berjalan sedikit demi sedikit menghampiri tempat dendra.

"Bunda?" panggil disa kepada bunda ayu karena tubuh dendra terhalangi oleh ayu yang berdiri di samping putranya.

"Sini sayang."

Disa berjalan dengan tatapan sendu yang penuh rindu.

"Sa?" panggilan itu terdengar dari arah tempat tidur yang dendra tempati, air mata disa menetes tanpa se izinnya ketika mendengar panggilan itu, disa rindu.

"Hikss.. "

"Jangan nangis." suara serak itu kembali terdengar.

"Bunda tinggal dulu ya." ucap bunda ayu seperti ingin memberikan mereka berdua kesempatan untuk bercerita.

"Kamu jahatt, hikss." ucap disa lagi.

"Kamu nggak hapus air mata aku dari kemarin, kamu udah nggak sayang sama aku, hikss... huaa" dendra memutar bola matanya, ya ampun bisakah gadisnya ini jangan terlalu manja? Dendra baru sembuh loh ini.

"Kok ngomongnya gitu." tanya dendra yang berusaha untuk duduk.

"Kalo mau lihat aku nggak nangis lagi, kamu nggak boleh bangun! Tiduran lagi!" ucap disa tegas seperti memberikan komando.

Namun perkataan itu tidak dendra gubris, dia hanya tertawa dan duduk dengan tegapnya.

Disa mendengus sebal, tetapi ketika melihat dendra yang sudah bisa untuk banyak bergerak, disa ingin langsung bertanya mengenai kejadian beberaoa jam yang lalu.

"Kamu udah bisa ngomong banyak kan?"

"Ya.. Bisa." dendra gugup, entahlah nada bicara disa saat ini sungguh menakutkan.

"Ngapain sama indah?" tanya disa memulai untuk introgasi.

"Nggak ngapa ngapain, sayang." jawab dendra

"Kalo nggak ngapa ngapain ya jelasin." ucap disa masih dengan nada tegas

"Jangan ngegas gitu dong yang, ih."

Disa duduk di kursi sambil menyatukan tangannya di depan dada, dendra tertawa kecil melihat apa yang disa lakukan saat ini, seperti ibu ibu yang sedang memarahi anaknya.

Dari pada melihat disa yang semakin lama emosinya sudah tidak bisa lagi terkontrol akhirnya dendra menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dari semenjak SMS itu dan berakhir tragis dengan penusukkan.

"Masih ngambek?" tanya dendra karena melihat reaksi disa yang hanya diam setelah dendra menjelaskan semuanya.

"Tau." ucap disa judes tetapi kini dia sudah bangkit dari tempat duduknya menghampiri dendra, melingkarkan tangannya di leher dendra dan langsung menyembunyikan wajahnya di cekuk leher milik dendra.

Dendra tertawa kecil melihat reaksi gadisnya ini, sungguh ajaib tadi aja marah marah lah sekarang malah nempel nempel 'pengen cepet cepet halallin'

"Jangan geer ya, aku cuma pengen peluk aja bukan berarti aku maafin kamu." ucap disa seraya mencari tempat ternyaman di dekapan dendra, tidak! Lebih tepatnya ia yang mendekap dendra.

My Psycopath Man (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang