Hidup bukan hanya tentang siapa yang baik dan siapa yang buruk, tetapi tentang bagaimana cara kita mengatur diri sehingga menjadi apa yang berguna untuk diri sendiri
-author-
-------------
"Alin gue mohon lepasin, gue bakal nyerahin dendra ke elo, tapi tolong lepasin gue, ini sakit hikss.. " entah apa yang sudah disa katakan barusan, tapi sungguh yang disa rasakan saat ini begitu sakit, lebih baik dia langsung mati dari pada di siksa seperti ini
Alin tersenyum miring ketika mendengar kata itu muncul dari mulut disa.
"Lo pikir gue bakal percaya? Iya? Gue nggak goblok ya, gue tahu tipu muslihat lo." gertak alin
Disa semakin merasakan sakit yang begitu perih di area lehernya, tolong siapapun bantu disa kali ini.
"Gue... Kesa... Kitan lin!" lirih disa dengan suara parau seraya memegang tali yang melingkar sempurna di lehernya.
Alin kembali tersenyum miring "Masih mau yang lebih tinggi lagi nggak?" tawar alin seperti menawarkan beberapa es krim kepada anak kecil.
"Gue... Moh... Hon lin!" lirih disa lagi.
"Aduh aduh lo jangan cepat mati dong, kan baru beberapa jam yang lalu kita main main, kalo lo cepat mati bakal nggak seru permainannya." ucap alin dengan wajah yang ia buat buat.
Muka disa semakin memerah menahan rasa sakit, tidak dia harus kuat, orang jahat pasti akan kalah dengan orang baik, itulah prinsip tiba tiba dari disa.
"Oke oke karena lo bakal cepat mati, gue turunin deh supaya permainannya nggak cepat selesai." lanjut alin lagi.
Dan sekarang disa bisa bernafas lega karena kini dia sudah sempurna menapaki bangku tetapi tidak dengan tali yang melingkar di lehernya, tali itu masih ingin bersemayam di leher disa.
"Mau permainan yang lain nggak?" tawar alin lagi.
Mata disa terbelalak ketika melihat kapak yang sudah di genggam oleh alin, entah apa yang akan di lakukan wanita keji itu sekarang.
----------
Andika berfikir sangat keras sekarang, ia sudah memutari seluruh kota bersama dengan dikran dan dendra tetapi nihil untuk mendapat petunjuk keberadaan disa saja tidak mereka dapatkan.
"Tunggu dulu, tadi lo bilang disa di bawa mobil warna hitam bukan?" tanya dikran
"Iya bang, pak satpam yang bilang, tapi nggak tahu juga, pak satpam bilang dia cuma ngelihat mobil hitam itu tetapi disa nggak ada."
"Bentar, ini bisa jadi petunjuk, kita harus samperin pak satpam dan semoga dia hapal plat nomor mobil itu" ujar dikran
Andika tersenyum lebar ketika mendengar ide dari dikran, sungguh putranya ini memang sangat cerdik, andika akan melacak mobil itu setelah mendapatkan plat nomor yang tertera.
"Ide yang bagus, ayo sekarang kita kembali ke rs." usul andika dan langsung di angguki oleh mereka berdua.
Namun sebelum mereka menaiki kenderaan masing masing, mereka terhenti ketika mendengar telpon genggam dendra berbunyi petanda panggilan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Man (Sudah Terbit)
Teen FictionSEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN! #1 in psycopath 10 agustus 2020 #1 in disa 14 mei 2020 #3 in gray 12 mei 2020 #1 in dendra 27 mei 2020 #2 in bestseller 13 juni 2020 #1 in bestseller 20 juli 2020 #3 in teenlit 22 september...