Darah

35.4K 2.5K 51
                                    

Malam ini disa hanya menggunakan celana selutut dengan kaos hitam polos, sembari menunggu para sahabatnya disa ingin memberitahu dikran soal ini dulu supaya spesies jomblo seperti dia itu jangan keluar dulu malam ini.

Disa turun ke lantai bawah untuk mencari abangnya.

"Bang dikran." panggil disa ketika menuruni tangga, kini jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, yang artinya sahabat sahabat disa sebentar lagi akan datang dan yang harus ia lakukan kali ini yaitu mencegah abangnya untuk keluar malam ini.

"Apee?" sahut dikran

"Jangan keluar sebentar ya?"

"Emang why?" dikran menaikkan satu alisnya.

"Teman teman disa mau dateng pengen ketemu abang katanya."

"Ada cewek nggak?" tanya dikran

"Ada."

"Oke, gue nggak keluar, lagian gue keluar juga mau nyari cewek, tapi karena teman teman lo mau datang, gue di rumah aja."

Memang salah satu untuk mencegah seorang jomblo akut seperti ini harus menggunakan jomblo yang lain juga.

"Spadaaa yuhuuu sakti yang paling ganteng karena kesaktiannya datang." teriak seseorang dari arah pintu rumah yang membuat semua yang berada di sana menatapnya terkejut.

"Lo agama apa sih ti?" tanya mika.

"Islam lah."

"Kalau islam ya salam dulu bege, jangan bikin malu agama lo"

"Hehe."

"Eh kalian sudah sampai? Sini masuk."  ajak disa.

"Siapa yang teriak tadi?" tanya seorang pria paru baya dari arah ruang tamu dengan wajah yang datar dan mematikan membuat semua yang berada disana menatap pria itu dengan wajah pucat pasih.

"Parah lo ti, bokap disa marah noh." bisik bima.

Sakti malah makin kutu di buatnya, sempat sakti berpikir, bagaimana dendra bisa mengambil hati pria menakutkan seperti ayahnya disa ini? Sangat mengerikkan.

"Ma-af, o-m saya tidak sengaja."

"Hahaha haha haha, parah lo ti haha." tawa disa menggelar di seluruh ruangan, ingat hanya tawa disa!

Mereka semua menatap disa datar, anak itu masih bisa tertawa ketika para sahabatnya ini terperangkap dalam sebuah masalah hanya karena sakti.

Disa menghentikan tawanya ketika melihat semua orang menatapnya datar termasuk ayahnya.

"Biasa aja kali ngelihatnya," ucap disa kepada sahabat sahabatnya dan beralih menatap ayahnya

"ayah sayang, ini sahabat aku di sekolah, kenalin yang di sebelah kanan pakai baju pink itu namanya alin yang di sebelah alin namanya elina, di samping elina namanya mika terus yang di samping mika itu namanya sakti, yang di sebelah sakti itu bima dan di sebelah bima itu calon mantu ayah, hehe." jelas disa.

"Yasudah, ayah balik ke kamar dulu, cup" ucap andika sembari mengecup kening putrinya.

Setelah punggung ayah disa menghilang di balik pintu semuanya langsung bernafas lega dan mengusap dada mereka masing masing.

My Psycopath Man (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang