11.Kamar

4.2K 148 5
                                    


Dua bulan kemudian. Nandhini menjalani aktivitas nya seperti saat ia belum menikah,ia memang menikah namun seolah belum menikah. Hanya sekedar satu ranjang namun itu hanyalah semata-mata agar terlihat layaknya suami istri.

Seperti sore itu, Nandhini berjalan membawa tas berisi banyak buku serta buku-buku tebal ditangan nya. Ia baru saja pulang dari rumah temannya yang saat itu menjual buku-buku yang telah ia beli, serta memberinya pada Nandhini. Karena Nandhini menyukai buku jadi ia pun membawa semua buku itu meski berat. Sebenarnya tadi ia sudah menghubungi sang suami namun tak diangkat, jadilah ia memutuskan pulang sendirian.

"Ini sangat berat"ucap Nandhini. Ia terus berjalan meski jalannya sangat pelan.

Untung nya saja rumahnya tak terlalu jauh. Nandhini terlebih dahulu menuju rumahnya sendiri. Untuk meletakkan buku itu.

"Nandhini, untuk apa buku sebanyak itu"ucap Saras yang kesal dengan kebiasaan Nandhini satu ini.

"Sebenarnya aku ingin membacanya kalau ada waktu,jadi aku titip kan disini boleh kan?"tanya Nandhini disertai senyuman.

Saras hanya tersenyum sebagai tanda kalau dia mengizinkan. Nandhini menitipkan buku-buku itu.

"Nandhini, kamu sudah melakukan nya?"tanya Saras, Nandhini menatap sang ibu.

Nandhini menggeleng.

"Apa kamu takut,jika dia menuduhmu?"tanya Saras

"Tidak Bu, hanya saja kami masih ingat memikirkan itu secara matang"jelas Nandhini. Saras hanya mengangguk,meski dalam hati ia takut jika suatu saat putrinya akan dihina oleh keluarga dari sang suami, padahal ini bukan salah putrinya.

"Bu, Nandhini pulang dulu ya, takut nanti dicari"ucap Nandhini. Saras mengangguk, Nandhini mulai melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya menuju rumah sang suami.

*******

Nandhini membuka pintu rumah dan seperti biasa,rumah itu sangat sepi. Nandhini sangat merindukan pria yang selama ini bersamanya. Tapi sepertinya ia belum pulang kerja.

Nandhini pun memutuskan untuk ke kamarnya.
Nandhini hendak masuk kamar, tetapi ia heran,sebelum pergi pintu tak terkunci dan sekarang pintu terkunci.

"Aneh,tadi tidak dikunci"ucap Nandhini,ia menghembuskan nafas panjang. Setelah itu barulah ia mencari kunci cadangan untuk membuka kamarnya.

Setelah menemukan kunci cadangan, Nandhini mencoba membuka pintu.

Nandhini menutup mulutnya dengan tangan, keringat membasahi tubuhnya. Air mata hendak jatuh dari matanya.

Itu adalah Liam, yang sedang bersama Nathalie, mereka berada di atas ranjang. Mereka tertidur seolah lelah karena melakukan sesuatu.

Nandhini kembali menutup pintunya.

"Benar kata ibu,sampai kapanpun kamu tidak akan pernah mencintaiku"ucap Nandhini.

Bersambung..

Vote komen yaaaa

Perfect Human and Bad WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang